Hijrah

4.9K 109 19
                                    

      Hijrah ta' semestinya keluar dari satu kampung ketempat yang lain , juga ta' semestinya harus menyendiri ditempat yang sunyi ,untuk berkhalwat mendekatkan diri kepada Allah ,tapi juga disebut dengan hijrah ialah dia yang ingin berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya ,bertobat kepada Allah ,dan mencoba untuk menjauhi sesuatu yang berbau kemaksiatan.

        Bahkan , ta' heran ada yang berani nekat untuk meninggalkan sesuatu nan sangat ia cintai ,demi hijrah.

          Siang itu, cuaca cukup cerah, ditambah angin yang bertiup lembut melewati sela-sela baju membuat udara disekitar semakin sejuk.

          Di taman kota, tepat dibawah pohon besar yang ada di pinggiran jalan, kadang-kadang daunnya melambai jatuh mngiringi hembusan angin, terdapat sebuah kursi panjang yang berdekatan dengan pohon itu, Dimas sedang duduk berdua dengan orang yang mengajak ia bertemu .
  " Hijrah ? ." Kata Dimas terkejut
  " iya ... ." Sahutnya sambil menghela nafas sejenak.
  " mengapa kamu berfikir begitu ? ." Dimas menatap wajah Zahra
  " menurut kamu Dim , apa landasan terbaik untuk menjalin suatu hubungan ? ". Pandangan nya lurus kedepan .
  " karna cinta ".
  " Allah Dim !!! Bukan cinta namanya kalau bukan karna Allah ".

       Zahra menatap wajah Dimas sejenak yang terlihat kaget, lalu ia palingkan kembali wajahnya kedepan.

  " menurut kamu kedekatan kita selama ini apa sudah karena Allah ? ".
        Tanya Zahra dengan mantap.
Dimas hanya terdiam menunduk, Zahra berdiri dan berjalan dua langkah kedepan .

  " menurut aku nggak , buktinya tiap kali kita mau jalan selau berdua , Zahra tau kok kalo tiap kali minta fotoin Dimas pake kamera milikmu, Dimas nggak hapus foto- foto Zahra ". Jawab Zahra dengan mantap.

        Dimas langsung mengangkat kepal dengan nada bicara cukup nyaring
  " kita bahkan tidak pernah bersentuhan sama sekali, aku juga nggak berfikir macam-macam sama kamu."

  Wajah Dimas mulai berubah agak pucat, Zahra membalikan badan-nya ke arah Dimas.
  " itulah yang aku takutkan Dim, syaithan memang nggak pernah menggoda seseorang untuk berzina, tapi syaithan hanya mengarahkan kita kepada hal itu, aku takut kalau pada suatu saat nanti, disaat kita lalai kepada Allah, tanpa kita sadari, kita sudah melakukan sesuatu yang Allah murkai ."

   " lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang ? ". Tanya Dimas .
Zahra mengulurkan tanganya kedalam tas yang ia slepangkan dibahunya, dan mngeluarkan sebuah boneka mochi ( kelinci ) yang pernah dihadiahkan Dimas dihari ulang tahun Zahra yang ke -18.

   " Dim!!! Tolong terima kembali boneka ini, aku menyerahkan ini bukan berarti aku benci, atau ingin memutuskan tali persahabatan kita, tapi aku ingin menghilangkan semua kenangan yang membuatku semakin jauh dari Allah, maafkan aku jika kata-kataku membuatmu tersinggung, aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu, demi kebaikan kita bersama, aku mohon kau harus mengerti maksudku ".

        Air mata Zahra mulai menetes pelan, mengalir dari pelupuk matanya, setelah menyerahkan boneka itu, Zahra langsung beranjak pergi meninggalkan Dimas yang masih memegang boneka, dengan mengendarai motor meticnya, Zahra pergi meninggalkan Dimas yang diam memaku tanpa mengucapkan selamat tinggal ataupun permisi.

         Zahra memacu motornya dengan kecepantan sedang, disartai air mata yang terus meleleh kepipinya yang lembut, ia tak memperdulikan tatapan para pengguna jalan yg melintas, sesekali Zahra menyeka air matanya setetes demi setetes.

         Tak ayal ia memberanikan diri untuk menyampaikan hal itu kepada Dimas, walapum akan berjung menyakitkan, tapi apa boleh buat jika semua jalan yang kini telah mereka tempuh adalah bujukan alias tipu daya dari syaithan, apabila dibiarkan terus menerus maka akan berdampak lebih buruk, memang ular itu tidak terlihat berselera untuk memangsa, tapi kita tidak tau apa yang sedang direncanakan si ular, tanpa kita sadari ular itu telah melilit diri kita dan siap untuk memangsa.

Kalam CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang