Tidak Yang Kedua Kalinya

622 30 0
                                    

Astagfirullah...
Astagfirullah...
Astagfirullah...

Berulangkali Zahra mengucapkan kalimat itu, jam menunjukan pukul sembilan tigapuluh empat menit, ia baru menempuh separuh perjalanan menuju rumah sakit, ketika ia sampai dipertigaan yang berdekatan dengan Batalion tentara, Zahra merasakan sesuatu hal yang aneh pada motornya, terasa berat dan melayang, ia menghentikan motornya sembari memeriksa apa yang sedang terjadi.
" yah !!! Ban nya kempes, gimana bu, kita harus cepat kerumah sakit ." kata Zahra cemas.
" kita bawa ketambal ban, disana ada perempatan, tepat disebelah kirinya ada bengkel, kita naik taksi saja ." jelas Bu Aminah.
Zahra menurut dengan Bu Aminah, ia dorong motornya agak sedikit cepat, di iringi Bu Minah di belakangnya .

Panas masih menyengat, keringat keduanya mulai meleleh tetes demi tetes, Zahra hampir kehabisan tenaga menempuh perjalanan kaki sekitar empat ratus kaki sambil mendorong kendaraan nya.

Dalam keadaan seperti itu, Zahra tidak lupa untuk selalu ingat dan berdo'a kepada Allah

Allahumma'jurni fi mushibati, wakhluf li khairan minha

Lirih Zahra sambil menghela nafas berat karna kelelahan dan haus.

Sampai ditempat tambal ban, Bu Minah menghentikan sebuah taxi Cold L300 yang bermuatan bawang merah dan bawang putih, keduanya masuk kedalam Cold, penumpangnya cuma tiga orang, ditambah Zahra dan Bu Minah menjadi lima penumpang didalamnya, Zahra merasa sedikit lega, taxi itu memiliki bak terbuka yang dinaungi serubung diatasnya seperti pick up, kiri kanan terbuka angin sepoi-sepoi menyapu keringat keduanya.

Kurang lebih sepuluh menit menempuh perjalanan, akhirnya sampailah mereka didepan rumah sakit Damanhuri Barabai, keduanya langsung bergegas menuju pintu masuk, Bu Minah memeriksa papan pasyien yang terpajang di dinding sebelah kanan, dari atas sampai bawah ia cari dengan teliti, ya... Mereka menemukan nama HJ. Nor Latifah ibunya Zahra, ada dikamar yang tertulis Jannatul Ma'wa dilantai dua, tanpa pikir panjang keduanya langsung beranjak menelusuri lorong dan mencari lifh.

Di lantai dua, keduanya bergegas mencari nama kamar tersebut, tak lama waktu bsrselang, akhirnya mereka menemukan kamar yang dicari Jannatul Ma'wa tertulis besar disamping pintunya.
" Assalamu'alaikum ." salam Zahra di iringi Bu Minah dibelakangnya.
" wa'alaikum salam ." sang paman menjawab salam Zahra.

Tidak bisa dibendung lagi air matanya, melihat ibunya terbujur lemah tak berdaya, bibirnya pucat, dan masih terlihat belum sadarkan diri.

Zahra duduk disamping kiri ibu sambil menggenggam tangan sang ibu, ia cium tangan nya dengan penuh haru, air matanya terus pecah kepipinya lalu menetes ketangan ibunya, Zahra terus berdo'a didalam hati memohon kepada Allah agar diberikan nikmat kesembuhan untuk ibunya.

Pamanya berdiri dan mengajak Bu Minah bicara diluar
" Zahra kamu tunggu disini sebentar ."

Zahra mengangguk pelan sambil menyeka air matanya, paman keluar ruangan bersama Bu Minah dan duduk dikursi tunggu luar kamar.
" Bu, bagaiman ceritanya hal ini bisa terjadi ? ." tanya paman
" saya juga kurang tau, ketika saya mendengar bunyi toples jatuh, langsung saya tengok lewat jendela, lepas saya tengok Bu Nor sudah memegang dadanya, asmanya mungkin kambuh ." jelas Bu Minah.
" hhmm... Jangan sampai ini terjadi ." lirih paman.
" maksud paman ?."
" aku tidak ingin melihat Zahra selalu bersedih, jika ini kali terakhirnya, bagaimana lagi untuk seterusnya ." menundukan kepala .

Paman kembali masuk kekamar, perasaan paman mulai tidak nyaman, paman mempunyai virasat, bahwa hal kedua mungkin akan terjadi lagi, tapi paman hanya bisa berdo'a dan bertawakal kepada Allah, paman tidak ingin melihat Zahra kembali terhempas dikala ombak menghantam daratan, cukup kali pertama itu terjadi.

Kalam CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang