Karomah Wali

925 31 1
                                    

        Malam mulai larut, purnama menerangi desa Kahakan, jam menunjukan pukul sembilan empat puluh enam menit, sebagian besar penduduk sekitar telah tidur setelah seharian kelelahan bekerja mencari nafkah, beberapa warga juga masih ada yang terjaga, ada yang asyik main catur, ada juga beberapa warga yang tampak sedang asyik menikmati secangkir kopi dan cemilan di sebuah warung malam, mereka tertawa menceritakan tentang keseharianya dalam bekerja, sebagian rumah-rumah ada yang mematikan lampunya kecuali lampu bagian depan, jalanan mulai sepi dan senyap, Zahra berdiri beranjak keluar dari rumah ustadzah Aisyah, begitu juga Nayla, keduanya mencium tangan ustadzah Aisyah dengan penuh rasa penghormatan.
  "Assalamu'alaikum ." keduanya hampir serentak.
  "Wa'alaikum salam ."

        Zahra keluar dari rumah di iringi Nayla di balekangnya, mereka berjalan dengan santai menuju rumah masing-masing, di sela-sela itu ia sempatkan berjalan sambil berbincang.
  " hebat kamu Ra, aku bangga punya teman seperti kamu, apa kamu tifak takut Ra ? ."
  " buat apa harus takut, justru rasa takut itu akan menjadi penghalang buat kita, jangan takut untuk hijrah, karna setiap pria maupun wanita berhak menjadi sholeh dan sholehah, terlepas seberapa buruk masa lalunya ." jelas Zahra rileks.

  "Ooo begitu ya. " Nayla mengangguk pelan, " apa alasan kamu untuk bertekad untuk hijrah ? ." tanya Nayla kembali.

  " ih, kaya reporter saja kamu Nay ."
  " ya namanya juga pengen tau Ra hehe ."
  " oh , oke, alasan aku nekad buat hijrah, aku dulu pernah dengar ceramah Hubabah Ummu Salim... "
  " istri Habib Umar Bin Hafizd ? ." potong Nayla.

  " iya tepat sekali , diterjemah kan oleh Ustadzah Halimah Al-Ayderus, kisah wanita Madinah yang bermimpi Sayyidah Fatimah RA, kemuadian bercerita kepada Hubabah Ummu Salim, ia bermimpi bahwa Sayyidah Fatimah menangis didalam mimpinya, kemudian wanita itu bertanya apa yang membuat beliau menangis ?... ,kemudian beliau menjawab : saya menangisi anak keturunan saya, anak keturunan saya yangembuat saya menangis, mereka lebih meniru perempuan-perempuan Yahudi dan Nasrani dalam cara berpakaian dan lain-lain, sampaikan kepada mereka, tidak ada kesempatan untuk melihatku, kelak mereka akan dibangkitkan bersama orang-orang yang ia tiru ."

        Zahra menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan bicaranya
  " nah setelah mendengar ceramah itu, di Hp milik pamanku, dari situlah aku tersadar dan terinspirasi untuk berhijrah, kalo dilihat- lihat, rujukannya hanya kepada keturunan-keturunan beliau saja, tapi apa jadinya jika kita berada diposisi mereka ? ... ,seorang santri pernah bilang, tujukan semua nasehat yang kamu dengar itu kepada diri sendiri, walaupun bukan kamu yang di nasehati ."

        Nayla mangguk-mangguk mendenhar cerita Zahra.

  " Hidayah tak perlu kau tunggu, seharusnya kita lah yang menjemputnya, segrakan niatmu untuk berubah, jangan kau tunda, jangan membuat umurmu terbuang percuma ."

        kata salah satu Guru ngajar Zahra dipesantren , dan itu sudah Zahra catat didalam buku khususnya.

  " oke lah kalau begitu, aku dukung deh semoga bisa istiqomah, dan nggak mudah pecah ."
  " Amiinnn ."

        Tak terasa, mereka sudah sampai di depan rumah Zahra, mereka berdua berpisah seraya mengucapkan salam.

        Dari luar rumah terdengar suara gedoran, tapi agak pecah dan nyaring

" Dor !!! Dor Dor Dor !!!

        Suara itu berasal dari dalam rumahnya, dari pada tertegun penasaran, Zahra menyapu rasa penasaran itu denagn bergegas memasuki rumahnya.

        Setelah Zahra masuk ,
  " Assalamu'alaikum ."
  " Wa'alaikum salam ." suara laki-laki.

        Ya Zahra mengenal suara itu, suara sang paman, H.Ahmad Junaidie  sedang memakui foto ulama besar, namaya begitu masyhur dan harum, wabil khusus untuk daerah Martapura, semua orang mengenal beliau, siapakah namanya ?... Al-Alimul Allamah Al-'Arif Billah Maulana Syehk Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani, atau biasa dikenal urang Banjar Guru Sekumpul.

Kalam CadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang