01. Wajah yang Sama

8.5K 818 142
                                    

Assalamualaikum Wr Wb.

Perkenalkan, nama saya Sahrial Pratama. Kelahiran tahun 1995. Saat ini sedang bekerja sebagai staf di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman dokumen dan barang.

Untuk kesempatan kali ini saya menulis cerita berjudul "Semusim di Seoul". Saya berharap cerita ini bisa menghibur dan memberi manfaat untuk teman-teman semua.

Selamat membaca, :)

***

Arnand menghela napas setelah mengeluarkan koper dari dalam mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arnand menghela napas setelah mengeluarkan koper dari dalam mobil. Ditatapnya rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya untuk sementara. Rumah yang bagus menurutnya. Terdiri dari dua lantai, dikelilingi berbagai macam jenis bunga, dan dinding lantai dua yang menghadap jalan terbuat dari kaca sehingga matahari bebas masuk.

"Kamu kenapa, Nand? Rindu ayah dan ibumu?" tanya Om Heru. "Sudah Om duga akan seperti ini. Dari dulu, kamu tidak bisa jauh dari ibumu. Kamu tahu? Lastri itu terlalu memanjakanmu. Om tidak suka itu."

"Aku memang kangen Mama. Tapi, aku juga nggak bakal kembali ke Jakarta sekarang, Om. Aku masih ingin menikmati kota Seoul. Kalau bisa, aku bakal keliling negara ini."

Om Heru menggeleng. "Jangan banyak omong. Buktikan saja kalau kamu memang betah di sini."

"Kita lihat saja nanti, Om," tantang Arnand.

Om Heru lalu memasukkan mobil ke garasi. Sementara itu, Arnand mendekati bunga sakura yang tumbuh tepat di samping pintu pagar. Ia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya ketika menyentuh bunga yang baru pertama kali dilihatnya itu. Namun, tetap saja hatinya merasa sesak ketika mengingat alasannya meninggalkan Jakarta.

Perlahan, ia memasukkan tangan kanan ke dalam saku jaket, lalu mengeluarkannya kembali. Helaan napasnya terdengar berat ketika merasakan benda yang sekarang dalam genggamannya. Ah, andai saja semua sesuai rencananya, pasti benda itu sudah berada di jari orang lain.

Meski menyakitkan, Arnand kembali melihat cincin yang baru saja dikeluarkan dari dalam saku. Cincin itu berukirkan namanya dan nama seorang wanita. Ingin sekali ia membuang cincin itu. Namun, logikanya menghalangi. Cincin itu terlalu mahal untuk dibuang.

"Arnand! Apa kamu akan terus berdiri di sana?" Om Heru berteriak dari depan pintu.

"Sebentar, Om!" Arnand bergegas memasukkan kembali cincin ke dalam saku, lalu bergegas menyusul Om Heru yang sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah.

"Kalian tepat waktu!" Seorang wanita berjilbab ungu datang menghampiri. Ia langsung memeluk Arnand dan menepuk-nepuk punggung pemuda itu.

Semusim di SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang