Mari kita mulai semuanya dari aku, namaku Aleandra Hirata umurku masih 22 tahun terbilang terlalu muda untuk mendapatkan apa yang ku punya saat ini terlebih aku terlahir dari keluarga berada, tidak salah jika orang-orang diluar sana membincangkan kehidupanku yang terbilang mudah untuk mendapatkan sesuatu, nyatanya mereka salah tanpa usaha aku tidak akan mendapatkannya.
Ayahku Hendra Hirata dan ibuku Adinda kanya tidak hanya mereka aku punya kakak laki-laki Bima Hirata semua anak ayah dan ibuku bergelar "Hirata" keluarga besar dari ayah, perusahaan yang kini menjadi perusahaan dimana tempatku bekerja milik keluarga dan kakek masih mempin semuanya, kakek ku galak semua dilihat dari "kasta" berbeda nenekku menjunjung tinggi "Etika" dalam hal apapun semuanya harus berdasar kasta dan etika jika sedang berkumpul. Membosankan, memang itulah yang aku rasakan hanya ada ketegangan yang tercipta saat semuanya berkumpul. Kenapa tidak? ayah mempunyai kakak laki-laki dan kakak perempuan ayah itu anak bungsu, Reza pratama Hirata lalu tante Kiki Dwi Hirata dan terakhir sang raja ku Hendra Hirata.
Sedari SMP aku sudah disuguhi berkas berkas yang membuatku Muak, berkas yang tak mudah kupahami dengan usiaku dan masa ku waktu itu bukan dari ayah atau ibu yang memaksaku untuk mempelajari tapi kakek lah yang memaksaku berdalil agar ada penerus dari gen ayah untuk mewarisi sebagian dari "Hirata" group, mengapa tidak kakak ku? Berbeda denganku kak Bima berani untuk menolak sedangkan aku? Aku hanya bisa menerima, kak bima lebih memilih untuk menjadi Dokter sama seperti mama dan akhirnya akulah sasaran dari geng Hirata.
Tak hanya itu berlanjut saat SMA kisahku tidak seperti teman-teman seusiaku yang bisa bermain dan menghabiskan masa SMA selayaknya, mencoba untuk kabur aku bekerjasama dengan guru BK dan wali kelasku untuk mewajibkan mengikuti ekstrakulikuler yang kupilih adalah Basket aku suka setiap kali suara ketukan bola saat ku dribel menari saat lay up dan gemuruh suara teman-teman saat pertandingan antar kelas, menyenangkan.
Dramaku belum cukup disitu Rival dikeluarga tercipta Bobby Satya Hirata anak dari om Reza umurku dengannya berbeda 3 tahun sudahlah aku tak ingin membahasnya dia orang gila yang ku tahu, dan aku punya dua sahabat evan dan salma kami bersahabat semenjak SMP sampai saat ini mereka lah yang kupunya saat saat sulit disekolah dulu, merekalah saksi saat penderitaanku dimulai.
"ataaaaa" teriak salma dari kejauhan sambil berlari menghampiriku
"ta,, haahhhh haahh si evan ta hahh haahh" nafasnya tersenggal senggal dengan posisi membungkuk
"coba tarik nafass lalu keluarkan pelan pelan" mencoba menetralkan nafas salma yang tersenggal senggal
"fiuuhhhhh ekhmmm ekhhmm jadi gini ta si evan jadian sama si caca anak kelas sebelah" jelasnya
"hah?" melongo sejenak
"kok hah doang sih ta" bingungnya
"jadi kamu teriak terus lari lari cuma mau ngasih tau ginian doang? Receh bet si kamu sal ini masih pagi" rengekku
"yah dikira bakal jadi bahan ghibah sampe kelas gitu"
"astagfirullah sal sal tobat heh tapi gimana ceritanya?" rasa penasaran itu hadir
"ah si kampret tadi bilangnya astagfirullah tau tau penasaran juga kan" dumel nya
"hahaha gitu aja ngambek cepet tua loh, udah ah nanti aja ghibahnya sekarang waktunya kita ke kelas sebelum pelajaran dimulai oke guys" menggandeng lengan salma sambil bercerita apa saja yang kulalui 2 hari tak bersamanya.Pelajaran pertama selesai kami diberi waktu 10 menit untuk beristirahat
"ta baliknya bareng gue ya tenang aja gue pake motor matic spesial buat sama lu" tiba tiba evan berada di depanku
"kalo datang itu ucap salam dulu kebiasaan banget si" omelku yang masih sibuk menulis tugas yang belum selesai
"assalamualaikum" menutup buku ku sambil mentapku
"waalaikumsallam "ku tatap balik dan melepaskan tangannya yang menutup buku ku
" jadi mau kan ta? " tawarnya sekali lagi
" oke, tapi salma gimana? " tanyaku
" yaelah dia kan bawa motor sendiri"
"lalu si caca gimana? "
" lah lu kemakan gosip receh ternyata" kesalnya sambil melanjutkan main game online di Hp
"yelaahhh orang nanya doang jangan ambekan ah jelek aku tunggu cerita dari kamu aku tahu kamu bakalan lebih jujur dibandingkan mereka okay, aku laper mau ke kantin beli cemilan" beranjak dari kursi baru selangkah tiba tiba evan menghentikan langkahku
"gak usah nih gue bawa" menyodorkan coklat di atas meja
"loh tumben banget ada angin apaan?" tanyaku heran karena evan bukan tipikal romantis atau anak mama yang suka beli jajanan untuk dibekal
"beli satu gratis 1 yang satunya udah gue kasi ke si salma" masih sibuk dengan game online nya
"okay terimakasih evankuuhhh hahaa" kembali duduk
"udah gitu doang gue balik ya jangan lupa baliknya sama gue" memperingatkan sekali lagi dengan gayanya yang sok cool
Aku menjawabnya dengan anggukkan.Potongan kenangan masa SMA ku dulu dengan mereka, salma yang ceriwis dan evan yang protective mereka berhasil membuatku tidak masuk ke jurang penderitaan terlalu dalam, bergelar putri mahkota tidak membuatku nyaman "Hanya Gelar tcihhh" gumamku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung awan
Short StoryCerita perempuan penyuka kopi dengan anxiety disorder, belajar dari kopi meskipun pahit masih bisa kau nikmati #kopi