Jangan Bantu Aku

27 1 0
                                        

Seperti biasa hari hariku tak ada yang berbeda, bangun pagi, sarapan lalu berangkat kerja.
Tok,, tok,,,  suara ketukan pintu dari luar
"ta, ditunggu di ruang makan" suara kak bima dibalik pintu
"iya kak" balasku
Semua barang keperluan ngantor sudah masuk dalam tas, pagi ini ada rencana meeting dengan beberapa vendor untuk sample buyer sebelum proses bulk production. 

Di meja makan hanya ada aku dan kak bima, bi umah sesekali gabung bersama kami, tapi pagi ini hanya ada aku dan kak bima.
"ta, nanti siang ada waktu luang gak?" tanya kak bima tiba-tiba
"ntahlah, kalo meeting nya cepet si kek nya bakalan ada"
"kamu gak lupa jadwal untuk terapi kan? " tanya kak bima hati hati
" ohh terapi ya, ingetin lagi aja kak" jawabku sekenanya
"mau kakak jemput? " tawar kak bima
" gak usah kak, aku bisa sendiri kok nanti kek dulu lagi nyampe belum kakak udah ditelfon duluan sama rumah sakit"
"cieee ada yang ngambek nih ceritanya, beneran gak mau? Padahal kakak udah luangin waktu loh sengaja buat bisa berduaan sama kamu ta" gombal kak bima yang receh yang membuatku mual tapi aku suka
"kelamaan jomblo si begitu kan jadinya" ledekku
"jomblo teriak jomblo" tambah kak bima

Aku tinggal bersama kak bima di rumah baru, rumah yang baru saja aku beli, bukan!  Tapi hadiah dari mama, hadiah ulang tahunku yang ke 22, rumah minimalis yang aku design sendiri, rumah ala ala drama korea yang sering aku tonton, ruang tamu dan keluarga yang bertempat di tengah tengah, kamarku dan kamar kak bima saling berhadapan, tepat di samping kamarku ada ruangan lain yaitu dapur dengan mini bar sekaligus meja makan ada disana.

"ta jangan lupa nanti siang yah" sekali lagi kak bima mengingatkan dari dalam mobil yang ia buka kaca pintu mobilnya.
"iya kak iya" jawabku seperlunya
Kak bima pergi dengan mobilnya menuju rumah sakit tempat dia bekerja, aku? Aku pun akan pergi, tapi ketempat lain.
Aku tinggal bertiga dirumah ini, aku, kak bima dan bi umah. Bi umah adalah asisten rumah tangga sejak aku kecil di rumah mama dulu, semenjak pindah bi umah tinggal bersamaku. 

~~~~

"sample awal ko beda sih sama yang ini? "
" oh hmm maaf nih mba kita lagi saving cost jadi quality material kita kurangi" jelasnya hati hati
"loh gak bisa gitu dong mba, kalo gitu saya jual barang palsu dong nanti,  jadwal produksi mau di mulai, kalo mau ada saving cost harusnya dari kemarin nanti saya cari vendor lain, kalo udah gini gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? " emosi ku mulai hadir
" maaf mba gimana kalo kita tetep produksi material ini aja, bantu kami lah mba untuk saat ini" pinta nya, tak lama dia mengeluarkan amplop putih dalam tas nya
"gak banyak sih mba tapi bisa lah biar kerjasama kita panjang"
"hah! " betapa terkejutnya aku, baru kali ini aku merasakan sensasi tikus - tikus luaran sana
" mba, saya gak tau mesti gimana tapi jujur saya merasa terhina dengan sikap mba dan perusahaan, bagaimana kalo kita putus kontrak sampe disini saja " tawarku jelas menahan emosi dan sesak di dada, bagaimana tidak jadwal produksi sudah di tetapkan segala dokumen shipment pun sama, lalu? Sekarang quality berbeda. Mati aja sekalian!

Perdebatan  kami usai sudah dengan keputusan yang sama putus hubungan kerja sama, aku sengaja memilih tempat untuk meeting diluar kantor sumpek rasanya bertemu dengan orang yang sama dengan kerjaan yang sama, monoton. 

Aku pergi lebih dulu meninggalkan mantan clien, mantan? Seketika ingatanku kembali mengingatnya tiba-tiba jantungku berdegup kencang berdebar debar tak karuan nafasku mulai sesak "ayolah jangan di tempat ini setidaknya kalo udah di dalem mobil"  gumamku, kini tempatku berdiri berada di depan pintu masuk lengan pintu yang ku pegang erat erat untuk menahan badanku agar tidak jatuh. 

"ekhmm permisi mba ada yang bisa saya bantu? " suara seseorang dari belakang
Aku tidak bisa menjawab apapun, jantungku terasa sakit, nafasku tersenggal senggal, anxiety disorder. Dia hadir disaat yang tidak tepat
" eehhh mbaa hati hati, mba gak apa apa kan? " orang itu berhasil menahan badanku yang hampir jatuh karna hanpir saja aku kehilangan keseimbangan, lalu membawaku ke kursi dekat bar
" duduk dulu ya mba" dia mempersilahkan dengan sopan, dia pergi menuju bar dan kembali membawa segelas air putih yang kemudian dia simpan di atas meja
"diminum dulu mba"
"ekhmm terimakasih mas saya udah baikan ko gak usah repot repot, maaf udah terlanjur ngerpotin juga" aku berusaha untuk berdiri namun gagal badanku masi lemas
"santai aja mba lagian cuma air putih, gratis ko gak usah bayar" candanya
Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

~~~~

Kali ini aku kehilangan kesempatan untuk terapi lagi, dan aku harus siap siap mendapat wejangan dari kak bima kalo sampai dia tau, ada 2 mobil yang terparkir di depan rumahku 1 mobil yang aku tau itu mobil nenek dan kakek. 

"assalamualaikum "
" waalaikumsallam " jawab mereka yang ada di dalam, benar, semua berkumpul di gubuk kecilku
" loh opa, oma tumben ada disini? Ada acara apa? " tanyaku di bumbui sinisme yang anggun
" ata" kak bima yang melototi
"dari mana aja kamu? Liat hp ada berapa panggilan yang masuk? " tanya oma ketus
" oma, aku cape pengen istirahat bisa kita bicaranya nanti aja? " pintaku lembut
" setelah apa yang kamu lakukan kamu masih bisa bilang kamu mau istirahat? Dimana akal fikiran kamu ata?" bentak oma
"maksud oma apa? Kenapa tiba tiba marah, apa salahku? Sampe oma jauh jauh kesini cuma mau marahin aku? "
" baca ini" oma melemparkan beberapa kertas tepat di wajahku
Hina rasanya aku diperlakukan seperti ini oleh keluargaku sendiri
"kamu memutuskan kontrak sepihak seenaknya tanpa ada komunikasi dengan bily, kamu siapa? Kamu gak ada hak untuk itu paham kamu! " bentak oma yang kali ini benar benar membuatku naik pitam
" apa oma bilang apa hakku? Kalo memang aku gak ada hak kenapa aku yang berusaha dan bily yang menikmati hah!  Jelasin oma!  Apa oma tau alasannya apa? Mulai dari sekarang semua kerjaan bily yang handle aku resign saat ini juga" aku bergegas pergi dari rumah, namun sebelum itu
"hanya karna kehilangan satu client oma memarahiku dan memaki seperti ini, bagaimana dengan waktuku, masaku yang kalian renggut hanya karna sebuah gengsi keluarga" air mata jatuh dipipiku entah kenapa aku menjadi melemah saat menghadapi ini
"ataa, bukan gitu maksud oma,,, " kak bima mencoba untuk menengahi
Aku tak menggubris, aku pergi bergegas menuju mobilku dan melaju tak tau arah sepanjang jalan hanya menangis yang bisa kulakukan, dan aku berhenti tepat di rumah evan. 

~~~~~~~~
" lo kenapa? Berantem lagi? Gak cape apa berantem mulu damai kek, udah cukup peperangan di israel sana" receh evan seperti biasa
" gak mood di ajak becanda"
"yelah jangan bete gitu lah malesin banget liat muka lo" evan yang siap siap untuk berdiri yang memang sedari aku datang kita duduk di tepian kolam renang rumahnya, evan tau hanya dengan melihat air hatiku sedikit tenang
"tunggu sini ya gue mau ambil minuman kesukaan lo" baru saja beberapa langkahnya
"van" panggilku yang kini tepat di belakamgnya
"apa? " membalik badan dan sekarang kami saling berhadapan
" terimakasih ya" senyumku
"yelah dikira apaan" dia membalik badan dan melanjutkan langkahnya
Bayangan punggungnya sedikit demi sedikit menghilang dari pandangan

Byurrrrr,,,,,,, 
Entah kenapa aku bisa melakukan hal ini bayangan cahaya di atas sana begitu indah dan mulai memudar, aku yang tidak bisa berenang dan badanku yang lemah tak bisa berbuat banyak air mulai masuk kedalam paru-paru tak ada lagi harapan, mungkin inilah akhir dari hidupku.

Saat mataku mulai meredup bayangan masa lalu menghampiri, sosok laki-laki yang selama ini menghiasi kisah yang kutulis dalam hidupku, pertama kali kita bertemu, dia yang meyakinkanku akan perasaannya dan penerimaan keluarganya kepadaku, sesak! ini lah akhir dari segalanya.

"ataaaaa,,, " teriakan evan yang samar samar ditambah suara benda jatuh yang nyaring
Aku tak tau apa yang selanjutnya terjadi, hanya bayangan hitam yang bisa kulihat saat itu.

Senandung awan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang