5

9 9 1
                                    

Langit sedang menurunkan hujannya. Amethyst mendesah bahagia mendapati hujan menurunkan rintiknya.

Dengan segera ia menyeberangi lapangan yang sudah basah oleh hujan.

Bruk!

Lagi-lagi Amethyst menabrak orang. Dan ini hanya berjarak satu minggu dari waktu dia menabrak Alvin.

“Lo emang nggak punya mata apa gimana, sih? Masa jalan aja gabisa bener?!” sentak orang yang baru saja ditabrak Amethyst.

Amethyst otomatis mendengus begitu mengenali suara menyebalkan itu.

“Sori maafin gue. Gue bener-bener nggak sengaja,” jawab Amethyst. Ia sama sekali tidak memedulikan hujan yang mulai membasahi kepalanya.

Tiba-tiba mata Alvin terbelalak mendapati sesuatu sudah terjatuh ke dalam selokan di depan halaman sekolah mereka.
“Lo...” desis Alvin yang membuat bulu kuduk Amethyst meremang karena merasa ngeri. Dengan segera Alvin menarik lengan Amethyst ke lorong yang kering tanpa memedulikan benda yang sudah hanyut ke dalam selokan.

“Woi, ck, lepasin gue. Sakit tau! Lo dengen nggak, sih? Lepasin. Gue bisa jalan sendiri,” protes Amethyst namun tidak dipedulikan Alvin.

Begitu mereka di lorong yang kering, Alvin segera menyentakkan lengan Amethyst.

“Lo... lo udah ngancurin sesuatu,” desisnya lagi.

“Gue - apa?! Emang gue abis ngapain selain nabrak lo?” tanya Amethyst tidak terima dituduh seperti itu.

“Lo...” Alvin seperti kehabisan kata-kata. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi. Dengan segera ia kembali menarik Amethyst menuju selokan tempat benda miliknya terjatuh. Ia mengambil barang dari dalam selokan dengan tangan kosong.

Mata Amethyst membelalak melihatnya. Yah, walaupun selokan di depan sekolah mereka tergolong bersih, tetap saja itu selokan. Tempat segala sesuatu yang menjijikkan berkumpul.

Dan Alvin mengambil sesuatu tersebut dengan tangan kosong! Itu sukses mebuat Amethyst bergidik jijik.

Mata Alvin menatap nanar pada flashdisk yang sudah tidak mungkin terselamatkan.

Amethyst mengerutkan kening. Mengapa seorang Alvin Yudhistira sangat marah hanya gara-gara sebuah flashdisk?

“Sempurna rusak. Rusak total,” ujar Alvin dengan suara menahan geram.

Melihat tidak ada tanggapan dari Amethyst, Alvin membentak gadis di depannya. “LO SUDAH NGERUSAK FLASHDISK PUNYA GUE, NONA!”

“Terus?” tanya Amethyst dengan tenang. Ia tidak mau memancing pertengkaran dengan orang yang sedang kalut di depannya.

“Lo nggak tau apa yang ada di dalam flashdisk ini?” tanya Alvin geram.

Amethyst menggeleng. Dalam hati ia merutuk, bagaimana mungkin ia bisa tahu, kalau melihat isinya saja tidak.

“Flashdisk ini isinya lagu buat untuk album baru gue!” ujar Alvin dengan sangat ketus.

“Bukannya lo aktor, ya? Kenapa lo bisa punya album?” tanya Amethyst dengan polos.

Alvin menganga tidak percaya. Benarkah gadis di depannya ini warga negara Indonesia? Karena setahu dirinya – bukan bermaksud sombong – ia sangat terkenal di Indonesia.

“Lo nggak punya tv ya dirumah?”

“Gue nggak puny waktu buat nonton tv. Kecuali buat nonton Disney Channel,” jawab Amethyst tak kalah polos dari pertanyaan sebelumnya.

Alvin menggeleng frustasi. Tidak ada gunanya ia menjelaskan kepada gadis di depannya ini karena Amethyst memang selemot itu.

“Kenapa lo marah? Bukannya lo bisa copy filenya dari komputer lo?” tanya Amethyst yang sukses membuat Alvin naik pitam lagi.

“Asal lo tau, Nona, lagu ini bersifat rahasia. Eksklusif. Jadi gue nggak mungkin menyimpan salinannya di banyak tempat dan lo baru aja merusak satu-satunya salinan yang ada,” jelas Alvin.

“Terus? Apa yang harus gue lakuin?” tanya Amethyst. Belum sempat Alvin menjawab, bel sudah berbunyi.

“Gue tunggu lo di perpustakaan abis jam istirahat. Gue tau lo lagi jam kosong saat itu,” ujar Alvin lalu meninggalkan Amethyst yang memandangnya dengan tatapan tidak mengerti.

Sayap Pelindung yang PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang