6

9 9 4
                                        

“Hai,” sapa Alvin sembari tersenyum. Senyum yang mampu membuat Amethyst merasa panas-dingin.

“Jadi, kita mau kemana?” tanya Amethyst setelah memasang safety beltnya.

Alvin tertawa. “Sabar dong, Am. Lo baru aja duduk di mobil gue.” Kemudian Kevin menjalankan mobilnya.

“Lo laper?”

“Dibanding laper, gue lebih penasaran lo bakal bawa gue kemana,” gerutu Amethyst.

Kevin hanya tersenyum geli mendengar jawaban teman masa kecilnya itu.

“Am? Lo marah?”

“...”

“Ayolah, Amethyst. Lo nggak mungkin marah sama gue.”

“...”

“Amethyst Hutama? Ya ampun, dia beneran marah sama gue.”

“...”

Dalam hal merajuk, Amethyst sangat mirip dengan Nathan. Sebenarnya dari Nathan-lah Amethyst belajar ‘cara’nya.

“Mungkin gue harus ngebunuh Nathan karena udah ngajarin lo cara merajuk yang baik dan benar,” sarkasme Kevin.

Masih tidak ada jawaban dari Amethyst.

“Gue traktir lima cup besar es krim?” tawar Alvin.

Sebenarnya Amethyst hampir saja tergoda untuk menjawab iya. Namun ia memutuskan untuk ‘jual mahal’.

“Ditambah lima buah coklat?” cecar Alvin.

Taktiknya berhasil. Amethyst tersenyum bahagia dengan mata berbinar.

“Janji?” ujar Amethyst.

“Kapan gue pernah bohongin lo sih, Am?”

“Cih,” decih Amethyst mendengar omong kosong Kevin. “Suka gak sadar diri lo.”

Kevin memberikan senyum miringnya yang sukses mmebuat jantung Amethyst berjumpalitan. Kevin nggak tahu apa kalau Amethyst paling lemah sama senyum miringnya?

“Oke, gue percaya. Awas aja kalo lo bohong,” ancam Amethyst.

Mereka sampai di restauran yang menyediakan berbagai olahan mi. Salah satu tempat yang sering di datangi Amethyst dan Kevin.

Amethyst mengangkat sebelas alisnya. “Ada apa ini? Kok perasaan gue nggak enak?”

“Cuma perasaan lo aja, Am. Udah cepet turun. Gue belom makan dari siang,” ujar Alvin.

Mulut Amethyst hampir saja memarahi kebiasaan buruk Kevin yang serring melewatkan makan siang. Namun karena perasaannya yang masih tidak enak, Amethyst akhirnya bungkam kembali. Amethyst turun dan mengikuti Kevin yang memasuki restauran.

Setelah mendapat tempat duduk, ia langsung memesan. “Mi ayam satu, jus jeruk dan air putih. Lo mau pesen apa, Am?”

Amethyst mengerutkan keningnya. Ada yang tidak beres dengan Kevin. Biasanya ia langsung memesankan juga untuk Amethyst, karena Alvin sudah sangat hapal dengan menu kesukaan Amethyst.

“Kayak biasa aja, Kev,” jawabnya.
Awalnya Kevin terlihat bingung. Namun sedetik kemudian ia paham.

“Mi goreng seafood, tetapi tanpa udang dan teh manis dingin.” Setelah Alvin menyebutkan semua pesanannya, pelayan tersebut berlalu.

“Kenapa lo ngeliatin gue gitu?” tanya Alvin karena Amethyst melihatnya dengan tatapan aneh.

“Nggak,” Amethyst menggeleng.

Sayap Pelindung yang PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang