Setelah melakukan perjalanan udara kurang lebih 12 jam lamanya. Nabila akhirnya sampai di bandara Soekarno-Hatta dengan selamat sentosa sejahtera Indonesia.
Dengan disambut oleh keluarganya dan Laila pastinya. Disambut dengan pelukan kerinduan yang tercetak di wajah orang tuanya dan temannya. Tidak lupa juga dirinya.
Ia sangat rindu suasana Jakarta. Jakarta yang panas, Jakarta yang macet, Jakarta yang banyak gedung yang menjulang tinggi dan yang lainnya. Bila rindu itu semua.
Akhirnya, penantian yang sudah tujuh tahun ia nantikan tersampaikan sudah. Menginjak kembali negara kelahirannya, Indonesia.
"Bil, lo gak kangen apa tujuh tahun gak pulang pulang, kaya bang Toyib aja lo" nada canda yang terselip diucapan Ila itu membuat orang yang ada disana tertawa.
"Ya mau gimana lagi? Aku gak ada waktu buat pulang. Disana itu tugas kuliahnya banyak banget. Apalagi selama beberapa bulan belakangan aku gak sampet kasih kabar, karena sibuk lagi bikin skripsi"
Mereka semua -Bila, Ila, Ari dan Asri- berjalan menuju parkiran bandara dan masuk ke salah satu taxi bandara yang sudah stand by disana setelah memasukkan beberapa koper milik Bila yang dibantu oleh supir ke dalam bagasi.
Perbincangan terus berlanjut hingga Bila sadar bahwa ini bukan jalan yang akan membawa mereka ke apartemen pemberian William dulu.
"Bu, kok jalannya kesini? Inikan bukan jalan yang ngarah ke apartemen kita" Bila berinisiatif bertanya kepada Asri yang berada disebelah kirinya.
"Memang. Ayah menjual apartemen itu dan membeli apartemen baru yang lebih murah dan sederhana. Sisa uang dari penjualan apartemen itu, ayah sama ibu sengaja buat bikin toko kue. Karena sekarang, ayah gak lagi kerja jadi security lagi di kantornya pak William. Ayah capek juga kalo harus jaga hampir 24 jam setiap hari. Ayah memutuskan untuk resign dari pekerjaan itu. Dan menjadi ojek delivery pribadi buat ibu kamu" jelas Ari panjang tanpa menoleh ke belakang. Dimana ada tiga perempuan cantik disana.
"Owh. Lalu sekarang kita tinggal dimana?"
"Kita tinggal di rumah sederhana yang baru ayah beli dua tahun belakangan ini"
Bila tidak lagi mengajukan pertanyannya setelah mengangguk mendengarkan ucapan ayahnya.
Setelah beberapa menit dihabiskan dijalanan, mereka menuju sebuah rumah sederhana namun cukup luas.
Dengan cat berwarna putih dan pintu kayu jati berwarna coklat terang. Halaman yang tidak terlalu luas namun cukup untuk menyimpan sebuah mobil.
Tak jauh dari halaman, ada sebuah bangunan kecil sekitar 5 m². Mungkin itu adalah toko kue yang Ari maksud. Toko yang sudah memenuhi kebutuhan hidup Ari dan Asri sehari hari.
"Disini nyaman, tidak bising, juga cukup sejuk. Dari mana ayah bisa menemukan rumah seperti ini?" Bila bertanya saat mereka berjalan melewati halaman dan sampai di depan pintu utama.
"Ayah mendapatkan rumah ini dari rekomendasi teman ayah. Ayah merasa kurang enak saja pada pak William. Masa kita tetap tinggal di apartemen pemberiannya, sedangkan ayah tidak lagi bekerja di perusahaannya"
Mereka masuk setelah Asri membukakan pintu. Obrolan ringan terus berlanjut. Membicarakan tentang kehidupan Bila di Jerman, perubahan Jakarta yang semakin macet, hingga berita yang sekarang sedang semarak tentang Pemilu.
Semua mereka bahas. Hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat berlalu.
Tok...tok...tok...
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Love
Romance'Sequel of Riddle Love' Saya harap sebelum membaca cerita ini baca dulu cerita Riddle Love agar anda dapat mengetahui permasalahan yang akan terjadi di cerita ini :) Tapi jika ingin langsung membaca cerita ini, silahkan saja. Itu hak anda untuk mem...