ENAM BELAS
Tidak ada yang berubah, sekolah masih sama seperti seminggu yang lalu, Diandra turun dari mobil dan berharap semuanya akan berjalan lancar. Ya, pasti!
Diandra menjadi pusat perhatian begitu memasuki koridor sekolah, fokus mereka teralihkan dengan kehadiran Diandra. Diandra masih sama seperti seminggu yang lalu, masih tetap cantik dan anggun hanya saja kulitnya yang putih makin seputih salju dan rambut lurus panjang yang dahulu melekat kini tergantikan dengan rambut bob pendek sebatas telinga.
"Diandra?" suara khas yang Diandra sangat kenali memanggilnya dari belakang.
Diandra menoleh, mendapati Trian berada dibelakangnya dengan mata terbelak kaget, Diandra memberikan senyuman terbaiknya.
"L-lo, potong rambut?"
Diandra mengangguk pelan Ia memainkan ujung rambutnya yang pendek, "Iya, bagus nggak?"
Trian tidak menjawab, Ia masih terus memperhatikan Diandra dengan penampilan seperti ini, rambut pendeknya itu kian mempertegas pipi tirus Diandra.
"Kenapa Lo potong rambut?" Trian membuka suaranya
Diandra menunduk, menatap buku yang di dekapnya "Cuman kepengen aja, suasana baru gitu...", jawab Diandra yang sudah sangat jelas berbohong. Ia memotong rambutnya se-drastis itu karena efek dari chemotherapy yang Ia jalani sudah terlihat, rambutnya mulai rontok saat Ia menyisirnya bahkan dengan tangan, untuk itu Diandra mengambil keputusan yang tepat ini.
Keputusan yang tepat untuk membolos hari ini, Lana kini berada di danau kecil yang pernah Ia datangi bersama Adnan dahulu. Danau ini begitu tenang, hanya ada beberapa orang yang sekedar jalan pagi disini, suasana tenang ini begitu damai... mungkin karena inilah Adnan menyukai tempat ini, tempat yang sangat bagus untuk terapi melupakan masalah.
Kepala Lana seakan berputar-putar, Ia tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi. Trian adalah pangeran masa kecilnya, Trian adalah cinta pertamanya, dan Trian juga adalah satu-satunya orang yang paling Ia butuhkan namun menghilang. Lana tidak mengerti semua yang Tuhan gariskan untuknya, ada apa ini? Mengapa Ia merasa Tuhan sedang mempermainkan kehidupannya? Ini benar-benar tidak adil!
Ponsel Lana bergetar, Ia melihat sebuah pesan masuk dari Adnan.
From ; Adnan
Hey, What's going on?
Lana menyeka air matanya, Ia melirik ke kanan dan mendapati Adnan berdiri di depan tiang lampu yang tak jauh dari tempat duduknya.
"Diah, Lo kenapa?" tanya Adnan bingung, "Lo bisa cerita sama gue. Bokap Lo ngamuk nggak jelas lagi?"
Lana diam, hanya menatap Adnan dengan lekat.
"Bokap Lo mukul Lo lagi?"
Lana kembali menyeka air matanya, Ia berusaha menemukan suaranya, "Gue bukan Diah." Kata Lana walau masih serak.
"Apa?"
"GUE BUKAN DIAH!" Teriak Lana, Ia sudah tidak sanggup lagi menjadi orang lain. Ia sudah tidak sanggup lagi menerima kenyataan bahwa Ia begitu sangat mudah untuk dilupakan.
"Gue Lana... Gue LANA!" kata Lana sekali lagi, "Gue capek Adnan! Lo sama aja kayak Kak Rian! Lo gampang banget ngelupain gue! Dari sekian banyak memori yang Lo punya, dari sekian banyak orang yang bisa Lo pilah, Lo milih gue untuk Lo lupain!"
Adnan menatap dengan bingung, kepalanya tiba-tiba terasa sakit—nyeri luar biasa.
"Diah..."
"Gue bukan DIAH!"
![](https://img.wattpad.com/cover/120406111-288-k99399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kamu Tidak Akan Pernah Tahu / And You'll Never Know (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[COMPLETED] Ini cerita tentang sebuah alasan mengapa seseorang bisa berubah, tentang rumitnya untuk bisa mengerti keadaan seseorang, tentang sulitnya membuka pintu hati seseorang, tentang susahnya memanfaatkan waktu yang kita punya... Mengetahui kis...