SATU

266 9 0
                                    

SATU

Lana menghempaskan tubuhnya keatas ranjang, Ia membentuk bintang besar sambil memandang langit-langit kamarnya, kamar besar bernuansa biru itu sebenarnya sangat nyaman tapi Lana selalu dengan sengaja membuat kamar itu berantakan hanya untuk membuat para pelayan dirumah tersebut kesusahan. Semenjak orang tua Lana bercerai Lana tinggal dengan Papanya, hal itu membuat Lana sangat terpukul karena Ia harus berpisah dengan Mamanya, Papanya melarang Lana untuk berhubungan dangan Mamanya lagi dan membawa Lana pindah apalagi tepat setahun setelah kedua orang tuanya bercerai Mamanya meninggal dan itulah yang membuat Lana semakin terpukul. Lana sudah tidak memperdulikan apapun lagi semenjak hal itu terjadi, sekarang sudah jam sebelas malam dan Lana baru saja pulang dari sekolah-walau sebenarnya Ia tidak benar-benar kesekolah.

Lana menatap bingkai foto yang berada di meja dekat ranjang, Ia menatap foto tersebut, seorang anak perempuan berkacamata dengan rambut dikepang bersama kedua orang tuanya sedang tersenyum lebar dengan latar belakang sebuah taman hiburan menambah kesan bahagia dalam foto tersebut.

"Efek kamera.", gumam Lana sambil membekap dirinya dengan selimut.

"Drrrttt!!", ponsel Lana berbunyi, Ia melihat layar ponselnya dan ada sebuah pesan yang masuk.

From : Papa

Papa nggak pulang malam ini. Ada urusan mendadak jadi Papa ke luar kota sekarang.

Lana menatap layar ponselnya lekat, seharusnya Ia tak usah mengabarinya karena toh Lana juga tidak peduli.

# # #

Waktu menunjukkan pukul enam pagi, Lana sudah siap dengan seragam sekolahnya, Ia turun kelantai bawah dan segera menuju dapur, di ruang makan yang besar itu beberapa pelayan sudah menyiapkan sarapan untuknya.

"Pagi Non Lana.", sapa Bi Ica kepala pelayan dirumah tersebut.

Lana hanya tersenyum lalu segera meminum habis susu yang ada di meja makan dalam sekali teguk.

"Lho, Non Lana nggak sarapan?", Tanya Bi Ica

Lana menggeleng, "Nggak usah, buat Bi Ica aja.", dengan segera Lana segera berjalan menuju keluar, Ia segera mengambil helm dan menuju garasi mengambil motor beat putih miliknya.

Lana segera menyalakan mesin motornya, dan dengan segera melewati pagar besar lalu meninggalkan rumahnya, Lana memecah keheningan kompleks dengan suara mesin motornya yang melaju dengan cepat, Lana dengan gesit meninggalkan area kompleks lalu menuju jalan raya yang masih cukup lenggang sehingga Lana menambahkan kecepatan motornya.

Lana menghentikan motornya begitu sampai di sekolahnya yang baru Ia masuki dua hari yang lalu, Lana berpikir untuk masuk sekolah atau tidak hingga akhirnya Ia memutuskan untuk masuk karena mengingat dirinya yang masih berstatus murid baru.

Lana memarkir motornya di lapangan parkir yang tersedia disekolahnya, Ia segera berjalan masuk kedalam sekolahnya dan menuju ke kelasnya yang berada tepat di ujung koridor. Semua mata tertuju pada Lana yang baru saja memasuki kelasnya, tentu saja mereka semua menatap Lana karena Lana memakai seragamnya secara awut-awutan, baju yang tidak dimasukkan kedalam rok, tidak memakai dasi, lengan baju yang digulung sampai siku dan memakai sepatu berwarna biru. Hal itu pasti sangat menarik perhatian para siswa di SMA Cahaya Bangsa yang notabene adalah sekolah unggulan yang murid-muridnya terkenal akan kerapihan dan prestasinya dalam semua bidang.

Lana tidak memperdulikan mereka yang menatapnya, Lana tetap kembali berjalan masuk dan menuju ke mejanya yang berada di pojok kelas paling belakang.

"TRIAN!", pekik seorang gadis begitu seorang laki-laki masuk kedalam kelas, seorang laki-laki tinggi, putih, dengan kacamata yang menggantung di hidungnya.

Dan Kamu Tidak Akan Pernah Tahu / And You'll Never Know (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang