"Bunda mau jodohin Arin sama duda tua itu? Tahu kan, siapa yang bakal jadi menantu, bunda? Umurnya lebih tua dari bunda," Gadis bernama Arin mencurahkan isi hati dengan air mata bercucuran.
Bukan tak ingin dijodohkan, asal jangan pria tua itu. Arin tak rela menghabiskan separuh hidupnya bersama duda tua. Terlebih pria yang akan menjadi suami sudah memiliki anak yang remaja.
Bukan pria itu yang harusnya menikah tetapi anaknya!
Arin bukan gadis berparas buruk yang tidak bisa mencari jodoh sendiri. Arin mudah saja mendapat pacar, namun untuk saat ini, Arin belum bisa sebelum keuangan keluarganya bagus.
"Bunda rela ngorbanin Arin dengan duda tua demi ekonomi keluarga?" Arin kembali mencurahkan isi hati dengan penuh emosi. Parasnya menyiratkan kekecewaan yang mendalam dengan deraian air mata.
"Arin jaga omongan kamu! Bunda jodohin kamu dengan dia karena dia baik, bukan karena uang!" Soraya―bunda Arin membentak tak suka. Kata-kata Arin terdengar merendahkan dirinya.
"Umur bukan penghalang untuk seorang menikah. Membina rumah tangga bukan tentang apa, siapa dan bagaimana pasanganmu, tapi komitmen. Komitmen untuk bertanggung jawab," tambah Soraya panjang lebar.
Memang harus Soraya akui sedikit bahwa faktor ekonomi lah penyebab dirinya bersikeras menjodohkan anak gadisnya dengan pria tua itu. Soraya tidak bermaksud jahat, keadaan lah yang jahat disini.
Jangan lupakan pria yang akan jadi menantunya tidak setua itu, masih terlihat tampan dibalik tubuh tambunnya. Perut agak menonjol tapi masih bisa tertutupi baju hingga tak terlihat jelas oleh mata telanjang.
Masih tahap wajar, tinggal olahraga dikit akan menyusut, pikir Soraya.
"Terus apa namanya kalo bukan karena uang bunda lepasin Arin dengan dia?!" Bantah Arin kembali.
Keadaan rumah yang sedikit sepi membuat suara Arin bergema di seluruh rumah. Di depan tv yang masih menyala menjadi saksi perdebatan malam ini.
Bagaimana tidak, lelaki yang pernah membantu Arin mengurus beasiswa tanpa sepengetahuan tiba-tiba datang ke rumah. Jika saja adiknya, Nanda tidak menceritakan ini padanya, Arin tidak akan tahu. Kata Nanda, lelaki itu datang bertamu tadi siang dan langsung minta izin pada orangtuanya.
Pulang-pulang sudah ada berita buruk!
"Bunda udah bilang karena dia baik makanya bunda mau. Mau menikah sekarang atau nanti enggak ada bedanya."
"Jelas ada bedanya. Arin menikah sekarang dapetnya duda tua. Kalo nanti dapetnya muda ganteng, bujang lagi," bantah Arin.
"Halah, apa bedanya tua sama muda kalo ujung-ujungnya juga makan pisang. Malam pertama sama duda lebih berpengalaman. Yakin, deh lancar jaya," Soraya dengan nada suara menggoda miliknya mencoba mencairkan suasana.
"Enggak ada malam pertama kalo sama duda itu. Arin enggak mau dikawinin sama pria tua itu," kekeh Arin pada pendiriannya.
Hei! Berhubungan badan juga perlu pemandangan yang indah. Jika yang akan jadi objek tidak indah, mana bisa Arin nikmati.
Soraya cukup mengerti terhadap sifat keras kepala Arin. Sedangkan Anis, Ayahnya hanya mengamati perdebatan. Belum waktunya Anis berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Pria Tua [END]
Romance[DEWASA!] SILAHKAN BACA! JIKA ADA NAMA, TEMPAT DAN SEBAGAINYA SAMA ITU HANYA KEBETULAN BELAKA!! CERITA INI SAYA AMBIL dari KISAH NYATA yang ada disekitar saya dan saya bumbui sedikit PENYEDAP RASA! agar feel dan alurnya nyambung! Baca saja^-^