💦Episode 5 (Versi Revisi)

108K 3.2K 88
                                    

Akibat tekanan yang dirasa di beberapa bagian tubuh, membuat bulu mata lentik milik Arin bergerak ke kiri-kanan masih dengan mata terpejam. Hari sudah pagi tapi di sekitar masih gelap. Biasanya, Arin akan bangun pada siang hari. Mentok sampai jam sepuluh.

Tapi ia merasa ada beban berat membuat tubuhnya kaku kesemutan. Dan beban itu sangat menganggu kenyamanan tidurnya. Pahanya seperti tertimpa sesuatu dan dadanya ada meremas kasar sampai membuat kedua payudaranya nyeri sakit.

Masih mata terpejam, Arin meraba dan memeriksa apa yang terjadi pada tubuhnya. Pada saat ingin menurunkan piyama, tangannya tak sengaja bergesekan dengan kulit seseorang yang juga saat itu berada di atas dadanya. Sontak saja Arin membuka mata, seiring tangannya menelusuri pangkal tangan itu, otak cerdasnya masih menduga-duga siapa gerangan yang berani meremas dadanya di pagi hari seperti ini.

Kemudian menoleh ke belakang, dan Arin baru menyadari sesuatu. Kenyataan bahwa dirinya bukan gadis lajang lagi, ia sudah bersuami. Dan suaminya seorang pria tua duda beranak satu.

Melihat kembali wajah seorang yang sudah menjadi imamnya. Mata pria itu sudah terbuka lebar, juga melihatnya dengan mata diliputi kabut gairah. Sorot mata pria tua itu membuat Arin gelisah. Jantungnya berdebar, takut pria itu tiba-tiba menyerangnya dengan buas. Sudah di katakan, ia tidak siap memberikan mahkotanya pada pria tua itu. Arin tidak ingin pria itu membandingkan dirinya dengan mantan istri pria itu sesudah merasakan miliknya. Arin tidak suka jika dibanding-bandingkan. Arin tidak suka pada pria tua itu, baik wajah dan perilakunya.

Arin semakin ketar-ketir melihat bagaimana pria itu perlahan menaiki tubuhnya. Karena masih sibuk memikirkan berbagai cara untuk menolak agar pria itu tidak tersinggung, Arin tidak sadar jika situasi itu di manfaatkan Darmo untuk melucuti pakaian Arin sampai benar-benar sudah setengah telanjang. Baju dan bra-nya hilang di buang asal oleh Darmo.

Kesadaran menghampiri ketika tangan suaminya sudah berada di pinggir celana dan hendak menurunkan ke bawah. Tak lagi berpikir kalau bisa saja perlakuannya akan di catat malaikat, karena sudah berani menolak jatah suami. Arin kembali memberikan tendangan dan cakaran seperti yang sudah di lakukannya tadi malam. Kegaduhan kembali terdengar di kamar itu.

Dukk!

"Akh, sakit!" Teriak Darmo penuh kesakitan saat intinya ditendang dengan keras olehnya. Seketika Darmo terduduk memegangi aset berharganya. Arin sendiri melihat itu hanya memandang kesal, walau dalam hati merasa bersalah. Wajah, dada dan lengan pria itu penuh cakaran darinya. Bekas cakaran semalam sudah mengering dan pagi ini Arin menambah cap kukunya lagi di lengan berisi pria itu. Masih baru dan mengeluarkan sedikit darah.

"Kenapa di tendang? Begini caramu memperlakukan suami jika minta jatah? Kamu pernah di ajari sopan santun, kah? Sekolah tinggi, tapi otak nol," maki Darmo keras.

Darmo kesal melihat wanita itu selalu memberinya cakaran setiap kali tangannya meraba bagian tubuhnya. Juga kesal ketika wanita itu tanpa perasaan menendang miliknya keras sampai berdenyut nyeri. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada miliknya? Bagaimana jika miliknya tidak lagi berfungsi? Apakah wanita itu tidak khawatir pada asetnya yang menjadi sumber masa depan wanita itu juga?

Darmo memandang istrinya yang masih berbaring di atas ranjang. Wanita itu sibuk menutupi tubuh setengah telanjangnya dengan bad cover. Namun mata itu masih menatap waspada padanya, terlihat bagaimana cara wanita itu melihatnya. Memandangnya dengan tatapan masih kesal. Darmo berpikir, apakah ia salah jika ingin hak-nya tanpa izin wanita itu terlebih dahulu? Toh, mereka suami-istri, bukan hal berdosa jika mereka melakukannya tanpa persetujuan kedua pihak.

Suamiku Pria Tua [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang