Tak bisa percaya, itulah yang Agra rasakan sekarang. Dua jam lalu dia masih menjadi kapten divisi pertahan sekarang dia harus terima stempel baru di hidupnya, yaitu menjadi pemberontak. Tak ada yang berbeda ketika dia masih menjadi kapten ataupun seorang pemberontak dia masih saja memikirkan bagaimana menggagalkan perang takdir, namun dia harus kesampingkan itu dulu untuk sementara, karena yang dia butuhkan sekarang adalah tempat bernaung.
Dengan memakai mode penyamaran–memakai Dex dan berjaket sederhana–Agra pergi ke jantung kota Beta berharap menemukan seseorang. Seseorang yang dapat membantu.
Agra benar pergi dengan tergesa-gesa dikarenakan dia seorang pemberentok namun dia tidak melupakan barang-barang penting, setidaknya benda yang mudah dibawa dan membantu yang dia bawa. Langkahnya terhenti di sebuah taman indah. Tanpa pikir panjang dia duduk di bangku panjang yang di sediakan.
Lima belas menit menunggu di bawah matahari yang sudah membumbung tinggi akhirnya orang yang di tunggu datang. Yaitu adalah Mata dari divisi pertahanan, Claire.
"Ada apa?" Claire ikut duduk bersampingan dengan Agra. "Aku dengar, kau menjadi pemberontak. Bahkan kini kepalamu bernilai tinggi. Kau bersedia aku yang mengantarkan kepalamu?"
"Tidak, itu terlalu cepat untukmu. Aku kesini untuk menambah sekutu."
"Kau membujukku menjadi pemberontak? Sungguh luar biasa," tutur Claire tidak percaya.
"Lebih buruk dari pemberontak, kau akan menjadi mataku."
"Apa untungnya bagiku? Kau sudah tidak punya uang lagi, bahkan tidak akan pernah dapat. Kalau kau mau membujuk dengan kata-kata, pergilah." Claire berdiri.
"Kumohon..," lirih Agra. "Aku perlu bantuan untuk menjalankan rencana ini."
"Rencana tidak bisa membuatku kenyang." Claire mulai melangkah menjauh.
"Setelah cukup lama menjadi Mata, apa yang kau rasakan."
Claire berhenti lalu menoleh.
"Aku ingin tahu, apa yang kau rasakan ketika hidup berdampingan dengan Nerver."
"...Aku punya banyak pekerjaan." Claire melangkah lagi sebanyak tiga kali lalu berhenti lagi oleh kata Agra.
"Aku tahu yang kau rasakan. Aku juga dulunya Mata. Hidup bersama Nerver menurutku... Indah."
Claire mendekati Agra lalu menatap tajam dirinya. "Apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin menggagalkan perang takdir."
"Bodoh... Kau mau melawan seluruh non-Nerv?"
"Jika itu dapat menggagalkan perang maka jawabanku adalah iya."
"Untuk apa kau gagalkan perang?"
"Disini. Ditempat ini. Keadaan begitu tenang dan damai. Anak-anak tumbuh dengan bahagia tanpa pernah merasa takut. Apakah kita akan hancurkan itu? Keadaan sudah damai sekarang, perang hanya akan membuka luka lama."
Claire mengambil tempat di sebelah Agra. Lalu membuka kaleng jus jeruk yang dia simpan dikantong. "Jujur saja, hidup dengan tenang disini sangatlah menyenangkan. Melihat anak-anak tertawa, melihat semua orang saling tolong menolong, dan melihat manusia dengan hati mulia membuatku tersentuh. Walau tak bisa dipercaya tapi itulah kenyataannya, Nerverlah yang menciptakan sang pembunuh."
"Aku butuh bantuanmu untuk memastikan itu, makanya aku menemuimu. Apakah kau mau membantuku?"
"Aku ini mata, aku tidak mungkin dapat info penting. Kecuali... Brez."
"Brez sudah berpihak denganku."
Claire melirik Agra. Lalu meneguk lagi minuman kaleng miliknya. "Seberapa banyak kau punya sekutu di markas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NERVTEX: Perang Takdir
Science FictionEden, sebuah negri masa depan yang nyaris sempurna dengan teknologi canggih, masyarakat patuh, dan pemimpin yang murah hati. kini nasibnya berada ditangan seorang yang asing. . . . . . Agra, seorang kapten divisi pertahanan harus rela tersungkur da...