Berusaha tidak percaya apa yang dia dengar tadi Agra mengajukan pertanyaan, "maaf aku tidak mendengar perkataanmu tadi. Bisa di ulangi? Kumohon."
"Aku sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Bukan begitu kapten Agra? Atau harus kukatakan, bekas kapten Agra?"
Dengan cepat Agra mundur dengan tangan di belakang yang siap kapan saja mengambil pistol yang di sangkutkan dibelakang sabuknya yang aman dan rahasia. Dalam pikirnya jika perempuan ini melakukan tindakan mencurigakan peluru plasma siap sedia menembus kulit putih pucat miliknya.
"Woah tenangkan dirimu sobat. Kita berada di dunia dimana kekerasan tidak diperbolehkan."
"Siapa kau," selidik Agra.
"Kau tidak mengenalku?" perempuan itu membalikan badan menghadap Agra. "Bagi gadis cantik jika dia dilupakan akan menyakiti hatinya lho."
"Cepat katakan siapa dirimu!" Agra mulai emosi.
"Seharusnya kau harus lemah lembut kepada gadis, tapi yasudahlah. Perkenalkan namaku Dwi Hardyan, kapten divisi pertahanan kota Delta."
"Dwi? Anak dari naga itu?"
"Aku benci julukan itu, tapi ya, aku adalah Dwi anak dari naga."
Walau sempat percaya Agra harus tetap waspada bisa saja orang didepannya ini berpihak pada ketua bawah tanah untuk membunuh dirinya.
"Bagaimana kau menemukanku?"
"Aku mencarimu selama tiga hari, asal kau tahu saja."
"Apa tujuamu?"
"Tujuan? Yah aku juga sedang mencarinya."
"Aku tidak akan bertanya lagi, apa tujuanmu!"
"Kurasa mempermainkan dirimu sudah selesai sampai disini," kata Dwi Sedikit menyunggingkan bibir. "Aku adalah Dwi mantan kapten dari kota bawah tanah Delta."
"Mantan? Apa yang terjadi?"
"seharusnya kau tahu, mengingat engkaulah yang memberi saran konyol itu. Tapi berhentilah bersikap waspada, aku tidak ingin bertarung disini."
Agra mulai mengendorkan kewaspadaannya. "Tapi jika aku melihat hal yang mencurigakan, aku pasti akan tahu."
"Terserah saja, bisa kita bicara di tempat lain? Lagipula hujan telah berhenti."
Saking fokus terhadap Dwi, dia tidak sadar suasana hujan yang kini telah berhenti.
"Bagaimana?" tanya Dwi.
"Kenapa tidak disini?" Agra menatap curiga Dwi.
"Cih mata itu lagi. Baiklah, aku akan yakinkan kau," kata Dwi. "Aku adalah mantan kapten sekarang, yang artinya aku telah tidak mengabdi lagi bagi kota bawah tanah, itu karena... Hal yang kulindingi telah hilang, dan juga ketua kami yaitu ketua Lucas telah di tangkap para ketua bawah tanah."
"Apa maksudmu di tangkap?"
"Entahlah, mungkin karena dia menuruti seseorang yang akhirnya jadi pemberontak, yaitu... Kau kan?"
"..." Agra diam mendengarkan.
"Setelah kami di perintahkan agar menyerahkan diri kepada Eden, kami mendapat pesan dari pengawal ketua Lucas yang memberitahukan dia telah dipenjarakan oleh para ketua bawah tanah lainnya. Setelah itu aku mendapatkan pesan baru lagi dari divisi pertahanan kota bawah tanah Alpha bahwa kami semua jangan menyerahkan diri dan berpindah tempat ke Alpha untuk membantu menjalankan rencana mereka–perang takdir."
"Lalu?"
"Aku tahu ketua Lucas di buang karena tidak berguna lagi bagi mereka, berbeda dengan kami divisi pertahanan Delta yang jika bergabung dengan mereka akan memperkuat pasukan. Tapi, untuk apa aku bekerjasama dengan mereka? Jika disaat aku tidak berguna juga akan di buang layaknya ketua kami. Lagipula apa untungnya mengikuti sampah seperti mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NERVTEX: Perang Takdir
Science FictionEden, sebuah negri masa depan yang nyaris sempurna dengan teknologi canggih, masyarakat patuh, dan pemimpin yang murah hati. kini nasibnya berada ditangan seorang yang asing. . . . . . Agra, seorang kapten divisi pertahanan harus rela tersungkur da...