Happy reading yeorobuunnn....
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Malam belum begitu larut, namun mata kedua bocah dari kediaman Park itu sudah rapat dan terbaring begitu saja di soft bed dalam kamarnya, mungkin karena terlalu lelah bermain mengingat weekend adalah hari yang panjang bagi mereka berdua, karena weekday Yifan menghabiskan sebagian harinya disekolah tentu saja. Mereka berada di satu kamar yang sama dengan double bed, dimana satu diantaranya berada dibawah yang lainnya, bed itu ditarik dari bed yang berada diatasnya dimana Chanyeol terbaring dan Yifan menempati bagian bawahnya.
Yifan terhentak kaget, nyawanya seolah tertarik dari alam mimpinya, ketika benda bulat dengan mata besar dan bibirnya yang sedikit terbuka itu menimpanya. Hal ini bukan pertama kali baginya, ia sangat paham kebiasaan Chanyeol yang jika siang hari ia terlalu aktif maka malam hari juga ia akan sangat aktif diatas bed, entah mungkin memori bawah sadarnya merekam kuat kegiatan siang hari yang terlalu menyenangkan itu, hingga terbawa bersama mimpinya. Yifan hanya tersenyum dan menyamankan kembali posisi dia dan Chanyeol tidur, menarik kembali selimutnya untuk menutupi tubuhnya dan Chanyeol, tangannya melingkar di bahu Chanyeol dan perlahan memberikan usapan-usapan ringan untuk memberikan rasa nyaman untuk dongsaeng tercintanya.
***
"Kau berangkat ke Jepang besok?" Mrs.Park bertanya seraya meletakan nampan yang menyangga cangkir dengan teh hijau didalamnya diatas meja tepat dihadapan Mr.Park.
"hmmhh.." Mr.Park hanya bergumam dan mengangguk menjawabnya, bersamaan dengan tangannya mengambil teh hijaunya yang masih mengepulkan uap panas, bibirnya dengan perlahan meniup dan hidungnya sesekali menghirup aroma teh hijau yang menenangkan menurutnya, menyeruputnya sedikit-sedikit.
"Kau ingin aku mengantarmu ke bandara?" tanya Mrs.Park sedikit ragu.
"Tidak perlu, sayang. Kau jaga anak-anak saja, biar Kim ahjushi yang akan mengantarku ke bandara" senyumnya tidak pudar ia sematkan pada istri terkasihnya, tangannya bergerak mengusak pelan kepala sang istri, menjelaskan bahwa ia mengerti kecemasan sang istri, sama dengan apa yang dirasakannya rasa rindu mungkin akan menghampiri keduanya, sebisa mungkin sang suami memberi ketenangan untuk istrinya, tidak ingin melihat raut sedih bertengger diwajah cantiknya tangannya bergerak turun membelai lembut pipi merona sang istri. "Hanya tiga hari, sayang. Setelah itu aku akan segera pulang. Aku janji" tambahnya.
"Aku akan merindukamu" mata yang sedari tadi ia sorotkan untuk manik dihadapannya kini sendu menurunkan arah pandangnya. Sudah hampir lima bulan ia jarang ditinggal oleh sang suami dalam perjalanan bisnis, entah mengapa perasaannya berat untuk merelakan kepergiannya meski dalam waktu yang terhitung singkat itu, ini pertama kalinya ia ditinggal lagi ke luar negeri dalam waktu lima bulan terakhir ini, biasanya Mr.Park hanya memonitor cabang-cabang perusahaannya melalui orang-orang terpercayanya, namun hal satu ini ia tidak bisa diwakilkan pada siapapun karena perusahaanya akan melakukan kartel dengan perusahaan yang berasal dari Jepang.
Mr.Park menaruh nampan dan cangkirnya keatas meja saat menyadari bahu istrinya mulai bergetar dan lelehan air mata jatuh begitu saja mengenai tangan sang istri yang saling meremat diatas pangkuannya. "Hey, uljimayo chagiya ̴ ! aku akan segera menyelesaikan urusanku secepatnya, dan kita akan berkumpul lagi bersama anak-anak nanti. Ssstt... uljima!" segera ia menarik pelan bahu istrinya itu untuk mendekap kepelukannya, memberi ketenangan. Jujur saja ini mungkin berlebihan, namun ia tidak pernah menampik jika ia juga mulai enggan untuk bepergian jauh meninggalkan istri dan anaknya, cukup jarak rumah dan kantor saja yang memisahkan mereka tidak dengan berbeda negara, harinya seolah padam jika ia tidak melihat mentari dihidupnya, siapa lagi jika bukan keluarga tercintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE SIBLNG
RomanceTidak ada seorang kakak yang tidak mencintai adiknya, begitupun aku "aku mencintaimu"..