12

550 105 11
                                    

Hari ini Junghwa ke sekolah, Junghwan telah keluar dari rumah sakit karena kondisinya mulai membaik lagi, sekarang uang mereka habis untuk biaya berobat. Sedangkan Jeongwoo, penyakitnya makin parah dan beritanya menyebar ke seluruh penjuru sekolahnya.

"Kasian ya, padahal dia pintar Lo. Ganteng lagi, kaya juga, masa depannya cerah. Tapi sayang sakit-sakitan," ucap seorang siswi yang asik mengobrol bersama temannya.

"Iya, Jeongwoo itu udah sempurna. Aku juga minat kalau jadi istrinya nanti, gak usah takut miskin. Keturunan juga bagus, tapi enggak deh. Dia punya riwayat penyakit. hahahaha!" ucap teman yang lainnya.

Junghwa muak mendengar ocehan-ocehan teman sekelasnya. Mereka semua seperti mengejek Jeongwoo saja. Bukannya prihatin.

"Hey, kalian berdua itu!. Kalian tau nggak? Kalian itu ngejek Jeongwoo tau!" bela Junghwa dengan sedikit teriak.

"Kami gak ngejek kok, cuma bicarain dia. Kan memang semuanya fakta! " ujar orang itu enteng.

Junghwa terdiam, iya juga ya. Kenapa dirinya tadi langsung membela Jeongwoo?
Junghwa merasa tadi itu refleksnya .

"Kenapa kamu bela dia? Jangan-jangan... " kata teman yang satunya.

Junghwa segera kembali duduk di tempatnya, kenapa juga dia harus memikirkan Jeongwoo.

Sekarang disinilah Junghwa, dagunya bertumpu pada tangannya.

Ia memikirkan bagaimana nasibnya nanti, ia tak bisa ikut lomba sendirian minggu depan. Ia memang pandai matematika, tapi satu, ia sangat lemah dalam perhitungan aljabar.

"Aduh, Jeongwoo gimana sih. Kalau sekolah kalah kan malu" batin Junghwa.

Bel masuk berdering, pelajaran pertama pun dimulai.

Saat semua sedang berkonsentrasi mengerjakan soal matematika dari bu Kyunghe, tiba-tiba...

"Maaf mengganggu bu," seseorang tiba-tiba datang dan mengetuk pintu kelas Junghwa.

"Iya, ada apa?" tanya bu Kyunghe.

"Maaf Bu, ada yang mencari bu Kyunghe" ucap orang itu,pak satpam sekolah.

"Oh baiklah, terimakasih" ucap bu Kyunghe. Satpam itu mengangguk lalu pergi.

"Anak-anak, kerjakan saja yang di papan tulis. Ibu akan periksa saat datang nanti, semua harus jadi ya." suruh bu Kyunghe lalu pergi.

Semua murid mendengus, mau bahagia atau mau sedih, guru pergi tapi di tinggalkan tugas.

•••

"Eh, nyonya Shinwa?" tanya bu Kyunghe saat mengenali siapa yang mencarinya.

"Selamat pagi bu, maaf datang tanpa membuat janji." ucap ibu Jeongwoo.

"Tidak apa-apa nyonya, ada apa? Apakah menyangkut Jeongwoo?" tanya bu Kyunghe dengan tatapan menyelidik.

"Iya, kondisi anak saya memburuk. Ginjalnya semakin parah bu, saya meminta maaf karena Jeongwoo tak dapat mengikuti lomba minggu depan, saya juga ingin mengabsenkan dia selama satu bulan karena kami ingin ke Gangnam untuk operasi, saya pastikan Jeongwoo akan mengikuti ujian akhir." jelas ibu Jeongwoo.

"Begitu ya? Tidak apa-apa bu, saya mengerti. Saya akan menyuruh salah satu murid agar bersedia meminjamkan catatannya nanti untuk Jeongwoo. Saya jujur merasa sedih karena keadaan Jeongwoo. Semoga operasi nya lancar dan ia cepat sembuh" ucap bu Kyunghe.

Dada Junghwa merasa sesak mendengar pembicaraan dua wanita di dalam ruangan milik bu Kyunghe.

Jeongwoo tidak akan ikut lomba minggu depan?

Jeongwoo sakit parah hingga akan di operasi di Gangnam, apa tidak bisa di Seoul saja?

Pikiran Junghwa penuh dengan Jeongwoo, bagaimana ini, dia tidak tau rasa apa yang ia rasakan sekarang. Satu sisi dia merasa khawatir karena Jeongwoo tak dapat ikut lomba, dan pasti dirinyalah yang akan ikut lomba sendirian, sedangkan ada satu materi yang ia sangat tak kuasai. Satu sisi juga dia khawatir, semoga operasi Jeongwoo lancar dan ia dapat sembuh.

"Saya akan membuat surat izin untuk Jeongwoo!" kata bu Kyunghe.

Shinwa berpamitan lalu pergi. Dengan kecepatan penuh Junghwa berlari ke kelasnya.

•••

Jihoon yang awalnya sangat tidak suka Jeongwoo selalu di prioritaskan oleh ibunya, akhirnya sadar bahwa Jeongwoo memang harus dan sangat di prioritaskan. Ia bahkan absen setengah bulan untuk menemani adiknya. Jihoon berubah.

"Aku bakalan sembuh nggak?" tanya Jeongwoo pada kakaknya yang sudah berpakaian rapi.

"Iya, taruhan ya. Kalau kamu sembuh, sehat walafiat seperti sedia kala, kamu harus traktir aku jus mangga setiap pulang sekolah." kata Jihoon.

"Kalau tidak sembuh?" tanya Jeongwoo kemudian.

"Aduh, itu mulut ya. Pengen di cium rasanya," ucap Jihoon kesal.

"Ih, jijik. Kok malah mau nyium sih. Gay. Masih banyak perempuan diluar sana. Junghwa juga bisa Kakak cium." kata Jeongwoo, ia tidak tau kenapa bisa menyebutkan nama Junghwa.

"Kok Junghwa sih? Cie lagi kangen ya? Mau ketemu?" goda Jihoon.

"Hey, tidak. Bukan Junghwa yang itu, banyak Junghwa di dunia ini!" elak Jeongwoo.

"Emangnya Junghwa mana lagi? Dasar remaja labil introvert," ejek Jihoon.

Jeongwoo hanya diam.


Vote.


Closer | Park Jeongwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang