14. siblings

126 14 1
                                    

"Kak Taeyong cuma anter aku, itu aja"

Anne menjelaskan semua runtutan kejadian yang ia alami sejak pertama kali mengenal Taeyong.

Tadi, Taeyong langsung saja menyuruh Anne pergi ka arah Mark. Tanpa pikir panjang, Mark langsung menarik tangan Anne lalu pergi ke rooftop sekolah.

"Tapi aku gak suka kamu kaya tadi" kata Mark

"Loh? Aku cuma ngobrol sama teman baru Mark"

"Aku gak suka kalian bercanda kaya tadi, kamu kelihatan lebih bahagia sama dia dibandingin sama a--"

Gep

Tubuh Mark menegang seketika, Anne memeluknya--erat. Mulutnya enggan untuk terbuka, memilih untuk diam lalu membalas pelukan gadisnya ini.

"Jangan cemburu"

Mark menautkan alisnya, "Siapa yang cemburu?"

"Jangan bohong, aku sudah pernah bilang aku tidak suka dibohongi." ujarnya, dengan wajah yang masih bersentuhan dengan dada Mark

"Aku sayang kamu, Mark. Kak Taeyong cuma teman, kamu pacar"

Mendengar kalimat dari Anne, pipi Mark tiba tiba berubah menjadi warna merah seperti tomat. Ya, dia tersipu hanya karena kalimat yang sederhana namun berarti dari wanita kesukaannya.
















=ALL OF A SUDDEN=

lucyanana
















Nafas Mark seketika memburu ketika melihat laki-laki di depannya. Dia memalingkan wajahnya lalu bergegas masuk ke kamar, menutup pintunya rapat-rapat.

Mark tertawa sendiri, bisa bisanya ia sok membantu Anne melewati masalahnya--padahal dia sendiri punya masalah yang belum ia selesaikan. Sudah lama sekali.

"Buka!" pintu kamar Mark diketuk lumayan keras

Mark membuka pintu kamarnya kasar, "Apa?!"

"Dia siapa?" tanya orang itu

"Apa urusannya dengan kamu? Kenapa kamu harus tau?"

Pria itu terkekeh sebentar, lalu menatap Mark dengan tatapan tajam. Dia menarik kerah baju Mark, "Mau main-main denganku?"

"Oh hei! Jangan sentuh aku, aku tidak sudi kau menyentuhku" Mark mendorong laki laki itu kencang hingga ia terhuyung

"Dasar adik tidak tahu diri!"

Mark memutar bola matanya, "Hei, Lee Taeyong! Sudahkah anda berkaca hari ini?"

bugh!

Sudut bibir Mark berdarah, pukulan tadi cukup keras menimpa wajahnya. Mark mengakui bahwa ia kalah fisik dengan kakaknya, Lee Taeyong. Jadi ia tidak melawan, namun mendorong Taeyong lalu mengunci pintu kamarnya.

Yah, hari ini ia merasakan sakitnya ditampar oleh kenyataan bahwa kakaknya ini mengenal gadisnya. Mark takut, takut Taeyong mengambil Anne.

Taeyong tidak suka Mark bahagia. Mark adik tirinya. Anak aib. Lebih tepatnya, anak selingkuhan dari ayahnya.

---

"Mark, aku di rumah sakit"

"Yaampun aku udah ada di depan rumah kamu"

"Aku gak suruh kamu ke rumah loh, jangan salahin aku"

"Iya iya. Aku kesana ya. Bye"

Tut

Hari ini hari Sabtu, jadi Anne memutuskan untuk menginap di rumah sakit menemani ibunya. Ibunya baru bisa pulang ke rumah lusa, tubuhnya masih lemah, kandungannya juga.

"Ma, Mark mau kesini" ujarnya sambil menyupi ibunya

Ibunya hanya mengangguk-angguk sambil mengunyah bubur di mulutnya.

"Kemarin aku ketemu teman baru, ma. Namanya Kak Taeyong" jelasnya

"Aku cuma punya dua teman, ma. Laki-laki semua, aku belum punya teman perempuan lagi."

Natasha mengusap pelan pucuk kepala Anne sambil tersenyum. Betapa kuat anak sematawayangnya ini menerima masalah yang sangat berat.

Anne tersenyum, "Aku mau belajar bahasa isyarat"

Natasha melotot, membuat Anne terkekeh.

"Sabar ya ma, bahasa isyarat susah" katanya lalu tertawa

Setelah itu mereka berdua hanya menonton drama di televisi. Perempuan pasti suka dengan drama, apalagi dengan genre romantis.

Anne langsung menengok ke arah pintu ketika seseorang mengetuknya. Dia berjalan ke arah pintu, lalu membukanya--pasti Mark.

"Mark!" Anne memeluknya erat-erat tanpa izin

Anne salah duga, dia bukan Mark. Saat ia mendongak, ternyata itu Taeyong. Saat Anne hendak melepaskan pelukannya, Lee Taeyong malah menarik pinggul Anne dengan tangan kekarnya.

Gadis itu terhuyung lalu jatuh ke pelukan seorang Lee Taeyong. Matanya berkedip-kedip, mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi Lee Taeyong malah menampilkan senyum kemenangan kepada Anne.

Tanpa Anne ketahui, Mark sudah menahan amarahnya yang sedari tadi melihat adegan itu. Dia membalikkan badannya, berjalan keluar dari rumah sakit. Dia menangis, dadanya sangat sesak. Seolah dihantam ribuan pisau secara bersamaan.

Semuanya hancur, hancur karena kesalahpahaman.








tbc

All of a Sudden[paused]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang