18. sorry and sorry

128 12 0
                                    

"Aku gak ada apa apa sama Kak Arin"

Anne melengos,"Ohh, namanya Arin. Cantik"

"Anne, kamu ngomong apa sih?"

Mark menggenggam tangan gadis itu cepat - cepat sebelum Anne berhasil untuk pergi kabur lagi.

Anne melihat wajah Mark sambil menangis tanpa suara, lalu perlahan dia melemaskan tangannya, melepas genggaman Mark.

"Anne, Kak Arin yang cium aku duluan" katanya memohon, "Aku gak bohong"

"Aku gak apa apa" bantah Anne, "Mending kamu temuin Kak Arin, dia pasti-"

"Kamu ngomong apa sih?!" Mark lalu memegang kedua pundak Anne dengan kedua tangannya.

"Jangan berpura pura, aku tahu semua isi kepalamu jadi.. berhenti berbohong. Aku sayang kamu, ok?"

Anne hanya diam masih sambil menangis melihat kekasihnya itu, dia bingung harus percaya pada Mark atau tidak. Andai dia bisa membaca pikiran.

"Percaya aku, Anne. Buat apa aku kejar kamu dengan susah payah tapi malah aku tinggalin?"

"Kalau kamu sayang sama aku, tolong percaya sama aku"

Anne memeluk tubuh Mark lebih dahulu, masih sambil menangis.

Mark memeluk Anne erat erat, takut ia pergi lagi. Tapi baru sesaat ia memeluknya, Anne sudah mendorong Mark duluan dan ia sangat terkejut dengan sikap Anne

"Hanya sayang?" tanya Anne tiba tiba

Anne berdecak melihat Mark yang kebingungan, "Dasar"

Dengan perlahan Anne maju satu langkah lalu meletakkan tangannya di pipi Mark.

Anne berniat untuk menghapus bekas bibir Arin di bibir Mark.

Ia mencium bibir Mark duluan, yang dicium awalnya hanya diam saja tapi lama lama ia membalas ciuman gadisnya ini.

Setelah merasa keduanya harus berhenti, Anne melepaskan tautannya dengan Mark lalu kembali mundur satu langkah.

Ia meraih tangan Mark, "Harusnya kamu bilang cinta, bukan sayang" katanya sambil tersenyum, "Karena aku cinta kamu, Mark"

"Tapi kamu harus jelasin tentang kamu sama Kak Arin, aku masih marah"

Mark terkekeh lalu mengacak acak rambut Anne, "Nanti kita ketemu Kak Arin" kata Mark lalu dibalas anggukan kecil oleh gadisnya.

"Dan.. Aku lebih cinta kamu, Anne"

---

"Apa? Aku?"

"Iya Arin, udah aku bilang berapa kali"

"Gak bisa, Mark itu udah punya pacar Taeyong!" sungut Arin

Taeyong bersikukuh untuk membuat Mark dan Anne berpisah dengan cara menghadirkan Arin, cinta pertama Mark. Taeyong tau sekali sepupunya ini masih menyimpan rasa kepada Mark.

"Kamu masih sayang kan sama Mark? Jangan terlalu naif Arin"

"Taeyong sadar! Kamu harus berubah!" teriak Arin sambil menunjuk dada Taeyong

Tidak lama setelah itu Arin mengambil kembali kopernya yang belum sempat ia bereskan kemarin.

"Hei mau kemana kamu?!" tukas Taeyong melihat Arin membawa kopernya lalu keluar dari kamar

"Taeyong, kamu harus berubah. Jangan selalu ingin mengambil milik Mark"

"Hah?! Kapan aku seperti itu?!"

"Kamu iri sama Mark, kamu lemah, kamu payah" marah Arin lalu pergi keluar dari rumah dan masuk ke dalam taksi

Entah hari ini mungkin Arin harus tidur di hotel, dia tidak mau berada di rumah itu sementara waktu.

Arin menangis di perjalanan, kalian tahu? Arin awalnya senang mendengar telpon dari Taeyong yang berbunyi 'aku dan Mark merindukanmu'

Arin berpikir kalau Mark masih menyimpan rasa padanya, seperti dirinya sekarang ini yang masih sayang pada Mark.

Mau ditaruh dimana muka Arin sekarang, mencium Mark lebih dulu itu memalukan. Dan lagi ternyata Mark sudah mempunyai gadis lain.

Arin merasa bahwa dia tidak punya harga diriㅡperempuan murahan.

---

"Kak Arin! Kak Arin!"

Dengan tubuh mungil miliknya, Anne berlari menghampiri Arin yang tidak sengaja ia lihat saat jalan pulang.

"Huaaah.. ketangkep" ujarnya dengan nafas tergesa-gesa sehabis berlari mengejar Arin

"Loh? Kamu pacarnya Mark, kan?"

Arin memandangi siswi SMA di depannya ini, manis dan cantik. Kulitnya putih pucat, rambutnya lurus sebahu, pantas saja Mark menyukainya.

"Eh? Iya kak. Kakak kemana aja? Aku sama Mark cari kakak udah hampir seminggu?" kata Anne sambil memegangi tangan Arin

Arin merasa heran, kenapa Anne tidak marah sama sekali kepadanya? Padahal dia kanㅡah sudahlah.

"Ohh, kakak pengen tinggal sendiri hehe. Me  time!" elaknya

"Ohh" jawab Anne sambil mengangguk - anggukan kepalanya, "Kakak punya waktu? Aku harus bicara sama kakak"

Arin tersenyum, "Ehm, boleh"

"Oke"

Anne mengajak Arin berjalan ke taman di dekat situ. Tapi sedari tadi Arin bingung harus bagaimana karena pacarnya Markㅡ Anne ㅡtidak mau melepas genggamannya dari tangan Arin.

Sekarang mereka berdua malah terlihat seperti kakak adik.

"Nah, disini kak. Ayo duduk" ajak Anne

"Iya iya"

"Kak"

Arin menoleh, "Ehm?"

"Mau jelasin sesuatu?"

Nafas Arin tercekat saat itu, mulutnya bungkam. Anne pasti marah padanya, tidak mungkin tidak.

Anne tiba - tiba memasang wajah datar, Arin sampai kaget bagaimana siswi SMA bisa semenyeramkan ini.

"Kak Arin kenapa diem?"

Mendengar panggilan Anne, Arin sadar dari lamunannya, "Ahh, ehh, iya"

"Kak Arin minta maaf"

"Aku minta penjelasan kak, bukan kata maaf. Anne udah maafin Kak Arin kok"

Mendengar ucapan Anne tadi, tanpa aba - aba bibir Arin tersenyum.

Ternyata ini yang membuat Mark suka padanya.


-tbc-

All of a Sudden[paused]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang