01 Safir

1.8K 167 28
                                    

Malam ini petaka yang buruk bagiku, aku berada dalam ruang yang dipenuhi atmosfir ketegangan

Manik hitamnya menunjukkan kemarahan yang teramat besar padaku, aku tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun, aku beralih pandangan dan tubuhku semakin kaku ketika aku melihat seseorang yang kukenal mati di pangkuanku

"Kau monster" pria bermanik hitam itu semakin terlihat marah

"Tidak... ini bukan salahku... kumohon percayalah padaku" aku memberi pembelaan

"Sejak awal memang seharusnya aku membuangmu, PERGILAH KAU... BINATANG BUAS..." seketika muncul cahaya dan angin besar mengitari tubuhku, aku merasa terhisap pada suatu titik yang tidak muketahui asalnya

"Tidak... Yang Mulia... jangan..... JANGAN..."

Di saat itulah aku dihempaskan ke suatu tempat, aku berlari lari di atas pasir meski ada rasa sakit di sekujur tubuhku. Apakah aku akan mati disini?

Gilgamesh POV

Malam ini cukup berangin

Aku mengerjapkan mataku ketika melihat awan hitam nan jauh di luar tembok Uruk memunculkan kilatan petir dan cahaya yang cukup menyilaukan, hal tersebut wajar saja terjadi jika akan turun hujan, namun aku yakin bahwa cahya itu bukanlah cahaya akibat kilatan petir

"Hm... aneh sekali" aku bergumam hingga salah satu singaku menatapku sejenak

"Masuklah ke dalam, malam ini mungkin akan hujan" aku mengusap rambut lebat singaku dan mengajaknya masuk kembali ke kandangnya yang berada di salah satu bagian kamarku

Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur sambil berpikir cemas tentang apa yang akan terjadi lewat isyarat alam yang baru saja kulihat, aku berkali kali mengingat isyarat alam yang pernah terjadi sebelumnya, namun ini pertama kalinya aku melihat isyarat alam yang cukup aneh

"Ah... sudahlah, besok aku akan memeriksa ke luar tembok Uruk"

Aku mulai memejamkan mataku, sambil mengusir kekhawatiranku. Menjadi Raja memang sangat merepotkan.

***

TOK, TOK, TOK

Suara ketukan pintu menyadarkanku dari lamunanku

"Siapa?" Aku sedikt berteriak

"Ini saya Yang Mulia" suara Enkidu memang selalu terdengar pertama kali di setiap pagiku

"Masuklah" pintu kamarku terbuka, pria bersurai hijau itu masuk dan menghampiri diriku yang sedang mengenakan beberapa perhiasanku

"Yang Mulia, apa rencana anda hari ini?" Enkidu membuka percakapan sambil membantuku mengambil perhiasanku

"Aku akan pergi keluar tembok Uruk, sambil mencari beberapa domba untuk singa singaku"

"Apakah anda menghawatirkan kejadian semalam?" Pertanyaan Enkidu membuktikan bahwa kecemasan kami sama

"Ya... begitulah, ayo sarapan" aku berjalan keluar kamar menuju ruang makan dimana para Pejabat Kerajaan dan Tetua menungguku untuk sarapan bersama.

***

Aku memutuskan untuk pergi sebelum matahari semakin meninggi, setiap rakyat yang melihatku, Enkidu dan beberapa pengawalku langsung memberi hormat dengan berlutut dan menundukan kepala

King of Heroes [Gilgamesh x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang