09 Keyakinan

611 60 7
                                    


Malam sunyi kembali mengantarkan angin sejuk membelai surai putih Ratu Uruk, manik safirnya kembali memancarkan kilau di bawah sinar rembulan. Entah sudah berapa purnama ia lewati tanpa keberadaan pemilik surai emas itu, hanya menatap langit malam dan berangan angan tentang apa yang dilakukan suami tercintanya jauh disana

"Yang Mulia..."

Suara seseorang yang ia kenali secara impulsif membuatnya mengalihkan pandangan, helaian surai emas yang baru saja hadir dalam imajinasinya mendadak ada di hadapannya

"Bisa tolong ceritakan lagi kisah dari Negeri Timur?"

Sebuah senyum simpul menghiasi wajah jelita Ratu Uruk. Anak laki-laki dengan tinggi tidak lebih dari dua hasta ini sudah genap dua hari berada di sisi Safir, bukan tanpa alasan dia berada disana, beberapa hari yang lalu ibunya yang diketahui adalah selir Raja meninggal dunia akibat tenggelam di salah satu oase di luar tembok Uruk

Sebagai isteri Raja, sudah menjadi kewajibannya untuk turut merawat darah daging Raja -itulah yang dia pikirkan-, kecenderungannya yang amat menyayangi anak-anak menjadi faktor utama kenapa ia mau merawat anak selir Raja, terlebih siapa juga yang ingin menolak ketika dapat bersama dengan orang yang mirip dengan orang yang kita cintai? Ya.. manik crimson itu tampak lebih bersinar meski warnanya lebih pekat dari milik Gilgamesh sendiri, bahkan berkali kali Safir beranggapan bahwa Athin adalah Gilgamesh yang mengecil

Sang Ratu mencoba menyamakan tinggi dengan sedikit berlutut di hadapan Athin

"Athin... bukankah aku sudah menceritakannya beberpa waktu lalu sampai kau tertidur?"

"Maaf Yang Mulia, aku terbangun setelah memimpikan Ibu, kulihat Ibu menarikku ke dalam air sambil tersenyum. Tapi aku takut... aku tidak ingin seperti Ibu"

Manik crimson yang mulanya bersinar kini tertutupi oleh genangan air di pelupuk mata Athin, dengan segenap kasih sayang diraihlah tubuh mungil yang sedikit bergetar itu oleh Safir

"Mimpimu belum selesai sayang. Andai kau belum terbangun kau akan melihatku dan Ayahmu menarikmu dari dalam air dan mengajakmu berlarian di jalan kerajaan Uruk"

Athin hanya mengangguk dan membiarkan wajahnya terbenam di bahu wanita yang sempat ingin ia panggil dengan sebutan "Ibu". Ia akui, pelukan ini merukan pelukan pertama kali baginya. Karena pasalnya Athin tidak pernah menerima pelukan dari ibunya yang terus menerus sibuk mempercantik diri bersama selir-selir Raja lainnya

"Yang Mulia..."

"Aku tau aku tidak bisa memaksamu memanggilku Ibu, tapi percayalah aku menyangimu seperti Ibu Ninshun menyayangi Yang Mulia Raja Gilgamesh"

Perlahan sebuah senyum disertai airmata kembali menghiasi wajah rupawan Athin, diusaplah surai emas itu dengan tangan Ratu Uruk. Dalam setiap gerakan tangan yang ia lakukan terbayang bayang apa jadinya jika suatu saat Safir memiliki anak dari Gilgamesh? Apakah dia akan tetap memiliki surai emas ini, ataukah hanya memiliki manik ruby ayahnya. Safir tak tahu, lagi pula tidak ada tanda tanda yang menunjukan bahwa ada kehidupan dalam rahim Sang Ratu

Dengkuran halus Athin menyadarkan Safir dari angannya, beruntung tubuh Pangeran Uruk ini terhitung cukup ringan untuk tenaga Safir tanpa perlu mengeluarkan sedikitpun energi spiritualnya, kini tubuh kecil itu terbaring di atas ranjang Ratu Uruk. Kasur yang didominasi oleh kain bludru biru, beberapa jahitan benang emas, serta juntaian kain di beberapa sisinya memanjakan mata dan tentunya sanggup membawa sang empunya ke alam mimpi terindah

Kembali lagi surai emas Raja Uruk melintas tanpa izin dalam benak Safir, lembaran lembaran memori tentang keberadaan suaminya di ruangan tersebut seolah menampilkan ulang kejadian yang belum berselang satu tahun lamanya

King of Heroes [Gilgamesh x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang