07 Pemimpin

735 89 11
                                    


Masih dalam atmosfir penuh kesedihan, Sang Raja mengeluarkan proklamasi yang terdengar di seluruh negeri. Seluruh pengrajin tembaga, pandai besi, dan tukang batu ia perintahkan untuk membuat sebuah patung nan agung, menggambarkan saudaranya yang telah tiada agar kehebatannya kelak akan selalu dikenang kala setiap pasang mata memandangi patungnya

Tak tanggung tanggung, emas dan lazuli dikirimkan dari tambang terbaik yang ia ketahui, hanya untuk menciptakan sebuah patung yang patut disembah sebagai wujud dari sahabatnya, Enkidu. Disediakan pula meja dengan kayu terbaik, diletakkanlah mangkuk carnellian diisi dengan madu, juga mangkuk lapis lazuli diisi dengan mentega. Semua itu ia tawarkan pada Dewa Shamash, dengan menangis dia pergi, mengharapkan kebaikan hati Shamash untuk menemani perjalanan Enkidu di alam sana

Deretan wanita berparas cantik, puluhan hewan buas nan elok sekelas singa, bahkan tumpukan emas dalam ruang harta tidak sedikitpun memberi kesenangan dalam relung hati Sang Penguasa Uruk kala itu. Kesedihan dan kehilangan masih menjadi bencana terbesar bagi dirinya

Diletakkanlah kepala tanpa mahkota di atas pangkuan Sang Ibunda, belaian lembut serta lantunan lagu perlahan mulai menenangkan hati Gilgamesh. Entah sudah genap berapa jam ia memposisikan kepalanya seperti itu, hanya saja Ninsun tau, betapa sedih putranya yang satu ini

"Gil.... niatanmu untuk berkelana sudah kudengar kala itu. Aku tidak akan menghalangimu sedikitpun, namun apa jadinya sebuah negeri yang ditinggal pergi rajanya tanpa ada penerus?"

Surai emas itu terangkat perlahan, menunjukan manik ruby yang tak begitu bersinar seperti di hari-hari sebelumnya

"O Ibunda, katakanlah siapa yang layak kutitipkan tugasku? Siapa yang layak menggantikan aku? Dan siapa yang layak mengurus rakyatku?"

"Kau akan menemukan tiga orang itu dalam satu jiwa dan raga. Maka kumpulkanlah para tetua, isteri-isterimu dan para prajurit terbaikmu di hadapanku!"

Dan disinilah mereka yang dipanggil, menunduk tanda hormat di hadapan Nisnun juga Sang Raja dengan bertanya-tanya pada pribadi masing-masing. Dibukalah pintu ruang harta Ninsun, menampilkan tumpukan emas, permata, maupun perhiasan lapis lazuli memenuhi ruangan dengan wujud dan kilaunya

"Ambillah semua yang kalian mau! Sebanyak apapun, untuk apapun, jenis manapun. Kosongkan ruang hartaku!"

Beberapa mulai mundur dan berjalan ke ruang harta dimulai dari dua isteri, lima isteri, empat tetua, dua prajurit, begitu seterusnya hingga menyisakan satu gadis bercadar dengan juntaian kain yang hampir menutupi seluruh tubuhnya, Gilgamesh yakin ia adalah salah satu dari sekian banyak isterinya, gadis itu duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk bagaikan seorang pelayan yang berdosa di hadapan majikannya. Ibunda Ninsun berkata

"Mengapa tidak ikuti yang lain? Masuklah kesana dan ambil apa yang kau mau"

Sela beberapa detik hingga gadis itu begerak, bukan berdiri ataupun langsung berlari, gadis itu semakin menunduk dan mulai membuka suara

"Ampun Ibunda, bukan maksud saya menentang. Namun apa yang Ibunda dan Yang Mulia Gilgamesh berikan sudah lebih dari cukup untuk saya, tiada sedikitpun kekurang dari pemberian Ibunda dan Yang Mulia"

"Maka aku perintahkan kau untuk mengambil apa yang kau inginkan di dalam sana! Tidakkah kau ingin menentangku?"

Senyum penuh kemenangan Ninsun membuat gadis itu tercengkat, dengan segera ia kembali menunduk dan melangkahkan kaki ke dalam ruang harta. Sesak, penuh dengan suara emas beradu, beberapa kali juga terdengar keributan kecil akibat perebutan harta, hingga gadis itu menemukan apa yang ia inginkan diantara karung harta yang terkoyak

Semua yang telah memasuki ruang harta keluar dengan mata berbinar, kecuali satu gadis bercadar yang terlihat membawa sesuatu dibalut kain dalam dekapannya. Ninsun berkata

King of Heroes [Gilgamesh x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang