Honeymoon In Worry

2.6K 156 46
                                    

James duduk di hadapan Malcolm sambil menundukkan wajahnya. Malcolm menatapnya dengan tatapan mata yang sangat tajam seolah mengintimidasi James habis-habisan. James hanya bisa terdiam membisu denga perasaan yang campur aduk.

"Ceraikan Nadine!!!"

"No!!"

"Tinggalkan dia atau kau harus meninggalkan segalanya!!"

"Dad?? But i love her!!"

"Divorce her!! I give you a choice!! Daddy or Nadine!!"

"Dad!!! No!!!"

*****

"No!!!! No Dad!!! I love her!! Please!!! Nadzzzzz!!!!!!" James terbangun dengan nafas yang tergopoh-gopoh.

.
.
.
.

Nadine membersihkan dirinya dengan berendam di dalam bathtub, menyandarkan tubuhnya,  merebahkan kepalanya dan memejamkan matanya dengan nyaman. Menghirup aroma theraphy dari lilin yang sengaja ia nyalakan dan ia letakkan di pinggir bathtubnya, membuatnya ingin kembali masuk ke alam mimpinya. Tertidur dengan sangat nyenyak. Tubuhnya benar-benar memerlukan relaksasi setelah hampir semalaman tidak beristirahat sama sekali karena kegiatan malamnya bersama James.

Nadine kembali tersenyum saat mengingat kejadian semalam. James benar-benar memperlakukannya seperti seorang putri yang sangat dicintai oleh pangerannya. Membawanya terbang ke nirwana dan berkelana menikmati perjalanan indah cinta mereka. Tanpa sadar, Nadine yang masih larut dalam khayalan indahnya, menggerakkan tangannya sendiri, menggosok seluruh tubuhnya seolah sedang merasakan sentuhan tangan James yang menjamah setiap inchi tubuhnya, seperti apa yang dilakukannya semalam.

Braaaakkkkk!!!!

"Thanks God!! Finally i found you, love!"

"James!!!! Kenapa gak ketuk pintu dulu? Aku kan kaget!!!" protes Nadine sangat terkejut saat James membuka pintu kamar mandi dengan tiba-tiba.

"Love!! Are you okay?" James menghampiri Nadine dengan ekspresi wajah yang penuh ketakutan. Ia pun langsung berjongkok dan menyentuh wajah Nadine dengan kedua tangannya. Memeriksa setiap inchi wajah Nadine dengan seksama.

"James? Ak... Aku baik-baik saja. Me... Memangnya ada apa?" tanya Nadine heran dengan sikap James yang tiba-tiba berubah menjadi aneh.

"I love you, Nadz... I love you..... Aku gak mau kehilangan kamu.... Gak!!!" James memeluk tubuh Nadine dengan erat. Sangat erat hingga membuat Nadine kesulitan bernafas.

"Ja...mes..... I can't breathe....." ucapan Nadine membuat James spontan melepaskan pelukannya.

"Sorry.... I'm sorry," ucap James sambil kembali mendekap wajah Nadine dengan kedua tangannya.

"Hey, what's wrong? Tadi saat aku hendak ke kamar mandi, aku lihat kau masih tertidur pulas. Aku tak tega membangunkanmu," ucap Nadine sambil mencoba membuat James merasa tenang dengan menggenggam erat tangan James.

"Aku habis mimpi buruk," ucap James sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. Tak ingin mimpi buruknya kembali terekam di memori otaknya.

"Mimpi buruk? soal apa? Apa ada hubungannya denganku hingga kau kelihatan panik seperti ini?" tanya Nadine dan James pun menjawab dengan menganggukan kepalanya pelan.

"Daddy memintaku menceraikanmu. Meninggalkanmu!!! Dan aku gak mau, love!! Aku gak mau!!!" James kembali terlihat panik dan Nadine pun berusaha kembali menenangkannya.

"Okay...okay...calm down. Sebaiknya kau masuk kesini dan bergabung denganku," ucap Nadine meminta James untuk masuk ke dalam bathtub bersamanya.

James melepaskan boksernya dan masuk ke dalam bathtub, bergabung bersama Nadine. Walau Nadine sudah berkali-kali melihat simbol keperkasaan milik James, namun tetap saja ia selalu spontan memalingkan wajahnya saat benda vital itu terpampang jelas di hadapannya.

Conquer The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang