Am I Jealous??

2.3K 148 46
                                    

Nadine menatap seorang wanita yang kini berdiri tepat di hadapannya sambil bersendekap dengan tatapan mata yang tajam dan terlihat angkuh.

"Sekali lagi saya tanya dengan anda, nona. Siapa anda?" tanya Nadine dengan sedikit tegas. Ia harus tahu siapa wanita yang datang ke kediaman James karena biar bagaimanapun, status Nadine saat ini adalah nyonya rumah disana.

"Kamu kok mau tahu banget, sih? Gak usah sok nyonya, deh! Baru juga diperistri James beberapa hari. Tadinya aku penasaran seperti apakah kamu sebenarnya. Ternyata, apa yang dikatakan James benar. Kamu..... Kampungan!" ucap wanita itu kemudian dengan tidak sopannya langsung membalikkan badan dan pergi meninggalkan Nadine yang masih berdiri terpaku dengan kadar emosi yang mulai naik ke permukaan.

"Sialan bener tu, cewek! Siapa sih, dia? Aku harus menelepon James dan menanyakan soal ini! Sekalian mengkonfirmasi, kenapa dia mengataiku kampungan? Kalau memang aku kampungan, ngapain tadi dia teriak-teriak ngaku-ngaku nikmat saat making love denganku!! Making love kok sama cewek kampungan!!" gerutu Nadine mengomel sendiri saat melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan susah payah karena bagian kewanitaannya yang masih terasa nyeri.

Klik!!

Nadine membuka pintu kamar dengan perasaan yang campur aduk. Kesal, penasaran dan lelah. Semuanya menjadi satu. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah drastis saat memasuki kamarnya. Matanya membulat sempurna menyaksikan keindahan di depan matanya. Sebuah bucket bunga mawar merah super besar, terpajang dengan manis di atas tempat tidurnya. Bahkan karena terlalu besarnya bucket bunga tersebut, permukaan tempat tidur pun hampir tidak nampak lagi.

Dengan langkah cepat karena rasa penasaran, Nadine menghampiri bucket bunga mawar tersebut dan dengan cepat mengambil sebuah kartu ucapan yang terselip disana.

~Thanks For The Lunch And The X-tra Lunch~

Robert James Reid

"Dia mengirimkan bunga? Gak salah, nih? Aku gak lagi mimpi, kan?" Nadine mencoba menepuk pipinya sendiri dan kemudian merasa menyesal karena merasakan sakit dan panas di pipinya.

Bergantian ia pandangi kartu ucapan dan bucket besar bunga mawar merah tersebut. Dengan sedikit susah payah ia memindahkan letak bucket tersebut dari atas tempat tidur dan kemudian ia letakkan di atas lantai. Kemudian ia langsung membuka isi tasnya dan mengambil ponselnya. Menekan nomor ponsel James dan menunggu jawaban darinya.

Nadine mencebik. Ponsel James tak dapat dihubungi dengan keterangan berada diluar jangkauan. Berkali-kali ia mencoba kembali namun hasilnya tetap sama. Akhirnya, karena bucket bunga mawar merah tadi, ia menjadi lupa dengan kehadiran wanita aneh yang barusan ia temui. Ia justru memilih masuk ke dalam toilet dan membersihkan diri selama berjam-jam di dalam sana.

.
.
.

James turun dari mobilnya sambil membawa beberapa paper bag di tangan kanan dan kirinya. Dengan langkah cepat dan wajah yang terlihat sumringah, ia memasuki mansionnya dan berlari kecil memasuki ruang utama kediamannya itu.

"Nadz!! Nadz!! Aku pulang," teriaknya dengan cukup keras. Nadine yang baru saja selesai menyiapkan makan malam, menghampiri James dengan masih menggunakan celemek masaknya.

"Hai! Aku baru saja selesai memasak untuk makan malam," ucap Nadine dan James langsung mendesah pelan melihat penampilan Nadine.

"Masak lagi? Sepertinya aku harus memecat beberapa koki di rumah ini karena mereka makan gaji buta!"

"James, please. Aku terbiasa memasak. So, untuk yang satu itu.... Jangan larang aku," ucap Nadine namun James tetap dengan sikap kerasnya. Tak mau mendengarkan alasan apapun.

Conquer The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang