07. Gomawo

75 7 0
                                    

Sedari tadi bibirku terus berbicara tidak jelas, meluapkan segala hal yang ada dalam otakku. Bahkan aku melupakan fakta jika didepanku masih ada Taeyong.

Aku menangis, bahkan Aku sendiri lupa kapan mulainya cairan bening ini jatuh.
Rasa sakit itu datang lagi, Aku merasa menjadi wanita paling menyedihkan.

"Bisa kau hentikan minummu itu?"
Itu suara Taeyong. Menyuruhku agar tidak melanjutkan minumku.
Saat dua kaleng beer  tadi sudah tandas, Aku tidak berhenti minum begitu saja.
Aku meminta kembali dua kaleng kepada pelayan supermarket. Terserah kalian ingin memakiku seperti apa. Aku tidak peduli.

"Kau tahu--"
Aku menjeda kalimat yang tiba-tiba keluar dari mulutku, menatap sayup kearah Taeyong.

"Aku tidak pernah mempunyai kenangan baik dalam hal percintaan."
Genggaman pada kaleng beer ditanganku merosot.
Sesekali Aku tertawa menerawang kehidupan kisah cintaku yang bisa terbilang rumit.

"Aku-- jatuh cinta pada seorang namja saat duduk dibangku SMA. Dia seorang pemuda dengan pribadi yang baik. Senyumannya begitu manis, Aku menyukainya saat ia tengah tertawa kepada teman-temannya--"

Aku tersenyum sayu, membayangkan betapa manisnya namja itu. Sungguh! bahkan Aku masih bisa melihat senyum pelanginya.

"Dan-- dugaanku salah."
Aku terisak, kenangan cinta masa SMA ku begitu mudah untuk ditertawakan.

"Aku berpacaran dengannya.  Namun-- dia tidak mencintaiku. Dia melakukannya hanya karena sebuah tantangan dari teman-temannya, Ah--"
Aku tertawa namun lebih terdengar seperti menangis. Air mataku terus mengalir keluar.

"--bukankah itu lucu."
Lanjutku.

"Dan--" Aku menarik napas berat, "sekarang Delano mengkhianatiku. Kurasa tidak ada lelaki baik selain Appa"

Aku berhenti menangis, mengusap kasar bekas air mataku.
Tanganku terulur ingin mengambil satu kaleng beer yang masih tersisa. Namun tangan Taeyong lebih dahulu mengambilnya, lelaki itu langsung membuka dan meminumnya sampai tandas.

Aku tertawa melihatnya. Entahlah, pikiranku sedang gila saat ini.
Sampai pandanganku memburam lalu tak sadarkan diri.

Taeyong POV

Aku tertawa hambar saat melihat Kimora tidak sadarkan diri dengan bertumpu lengannya sendiri di atas meja.
Hidungnya memerah akibat menangis, rona merah dipipinya pun kentara sebab dirinya mabuk.

Aku sendiri bingung, kenapa mengikuti gadis bodoh ini. Sebab setelah Aku membawanya masuk ke dalam toilet, Aku mendengarnya menangis  dan itu terdengar sangat memilukan.
Aku pikir dia menangis setelah Aku mengatainya, nyatanya dugaanku salah. Kimora menangis karena urusan kisah cintanya.

Saat pertama kali melihatnya berdiri di ruang make-up waktu itu, Aku merasa telah melihat sosok perempuan yang telah lama hilang dalam benakku.
Senyum pelanginya begitu sama dengan sosoknya. Membuatku merasa sakit di dalam hati saat bertatap wajah dengannya.

Gadis ini ceroboh, bahkan hampir saja melukai mataku. Dan dengan tidak sopannya menyentuh bekas luka dekat mata kananku, luka yang semakin mengingatkanku pada sosoknya.

Aku bahkan tak berdaya saat melihatnya menangis secara terang-terangan dihadapanku. Bukan niatku untuk selalu bersikap kasar kepadanya. Nyatanya perasaanku berkecamuk sampai sekarang.
Kimora begitu sama dengan sosoknya, dan sungguh Aku sangat merindukannya.

Masih kutatap lekat wajah damai Kimora yang sedang tidur. Aku menggeram dalam hati, kenapa mereka layaknya manusia kembar.

"Heol! Kenapa Tuhan mendatangkan dirimu."
Aku mengumpat lalu menutup kepalaku dengan hoddie yang kupakai.

Your Eyes [Taeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang