StayOrNo.06

23 9 0
                                    

Jangan lupa Vote dulu sebelum baca;)

Happy Reading

Keesokan harinya Nadha pun ke sekolah. Seperti yang telah ia duga, Ana tidak ke sekolah. Memang Nadha menyuruh Ana untuk tidak ke sekolah hari ini. Namun, Nadha tak berpikir bahwa Ana akan mengikuti sarannya itu.

"Eh, Ana nggak datang yah" ucap Nadha yang langsung menjadi pusat perhatian teman sekelasnya.
"Sejak kapan lo peduli sama Ana" ucap Putri.
"Ah, nggak Ana kemarin nelfon katanya mungkin ia nggak datang ke sekolah" ucap Nadha.
"Oh" ucap Putri acuh.
"Iya dia nggak kesekolah" ucap Iqbal dari belakang Nadha.
"Oh.ok" ucap Nadha lalu menuju ke tempatnya.

Di sela-sela mereka menulis tugas yang diberikan oleh Bu Nurul. Senior mereka datang.
"Ganggu bentar dek" ucap Yulia, senior mereka. "Ada yang minat jadi pengurus OSIS?" lanjut Yulia.
Nadha dan Iqbal pun mengangkat tangannya. Hanya mereka berdua yang minat masuk ekstrakulikuler ini. Ekstrakuliler yang dapat disebut eskul terbaik dan ternama di sekolah.
"Hanya dua orang" ucap Yulia. Yulia yang melihat sudah tidak ada tanggapan dari juniornya pun memanggil Nadha dan Iqbal untuk ikut dengannya.
"Okeh, kalian berdua sini. Ikut kakak" ucap Yulia.
Mereka berduapun ikut dengan seniornya itu, mereka berdua jalan berdampingan di belakang seniornya.
"Gue nggak tau, kalo lo suka sama eskul ini" ucap Iqbal membuka percakapan di antara mereka.
"Yah, gue juga" ucap Iqbal.
"Nggak nyangka juga lo bisa ikut eskul disini" ucap Iqbal.
"Nggak. Nggak nyangka kalo lo ikut juga" ucap Nadha.
"Oh.. Gue mah emang pengurus OSIS sejak SMP" ucap Iqbal.
"Oh" ucap Nadha ber-oh-ria

Jam pulangpun tiba. Saat menuruni tangga, Nadha terhenti karena mendengar suara yang memanggil namanya.
"Nad" ucap Iqbal.
"Kayak kenal suara itu" batin Nadha lalu membalikkan badannya.
"Eh nomor lo dong" ucap Iqbal.
"Nggak punya" ucap Nadha.
"Nggak punya WA" ucap Iqbal lalu berjalan berdampingan dengan Nadha menuruni tangga.
"Nggak punya ponsel malah" ucap Nadha.
"Apa" ucap Iqbal kaget.
"

Santai doms bro" ucap Nadha.
"Ah iya" ucap Iqbal.
"Jadi lo nanti sore kesini" ucap Iqbal.
"Maybe" ucap Nadha.
"Aku jemput" ucap Iqbal. "Kan ngirit uang ojek" lanjut Iqbal.
"Emang kamu tau rumah aku" ucap Iqbal.
"Nggak sih" ucap Iqbal bohong.
"Nggak jelas deh kamu" ucap Nadha. "Ya udah duluan" lanjut Nadha dan menuju ojek langganannya.

Jam tangan Nadha menunjukkan pukul 03.00 pm. Namun, belum ada taksi ataupun ojek tang lewat. Jalanan depan rumahnya benar-benar sepi sore ini. Dari kejauhan, Nadha melihat seseorang dengan mengendarai motor. Ia pun langsung berdiri yang sebelumnya jongkok karena sudah terlalu lama nunggu. Saat motor itu mendekat, tak lain wajah yang diliatnya "Iqbal" batinnya.

"Lo masih disini, pertemuan calon pengurus OSIS sebentar lagi" ucap Iqbal.
"Iya nih, masih nunggu ojek" ucap Nadha.
"Ya udah, yok naik" ucap Iqbal.
"Dimana" ucap Nadha.
"Yalah, di belakang gue lah masa di depan gue. Emang lo tau ngendarain motor" ucap Iqbal.
Nadha terdiam, jantungnya berdetak sangat cepat. Ia tak menyangka bahwa lelaki yang ia idamkan diam-diam akan satu motor dengannya. Meskipun terdengar lebay, cuma sekedar boncengan di motor namun itu membuat Nadha sangat deg-degan.
"Kelamaan mikir lo" ucap Iqbal lalu menarik Nadha agar segera naik di motornya. Nadha yang ditarik oleh Iqbal hanya terdiam, ia masih sangat deg-degan akan hal itu. Ia takut Iqbal akan mendengar detak jantungnya yang semakin cepat sekarang.

Setelah rapat, Iqbal dan Nadha pun menuju parkiran. Iqbal dan Nadha berjalan berdampingan. Di tengah-tengah jalan, Iqbal tiba-tiba merangkul Nadha.
"Menurut lo, kita bakalan lolos nggak seleksinya" ucap Iqbal dengan posisi tangan kanannya merangkul Nadha.
Nadha dibuat kaget oleh itu. Nadha tak habis pikir oleh Iqbal, bisa-bisanya ia merangkulnya di tempat umum seperti ini.
"Ih tangan lo, kayak akrab aja" ucap Nahda lalu melepaskan rangkulan Iqbal dari pundaknya.
"Yalah, emang kita udah akrab kok. Sans aja kali" ucap Iqbal lalu kembali merangkul Nadha.
"Emang iya, sejak kapan kita akrab" ucap Nadha dan membiarkan tangan Iqbal merangkulnya. Merangkul pundaknya.
"Sejak aku dan kamu bertemu" ucap Iqbal disertai senyum mengejek.
"Ssiee,, pake acara aku kamu an" ucap Nadha tertawa.
"Yok pulang" ucap Iqbal lalu melepaskan rangkulannya dari pundaknya Nadha dan beralih ke setir motornya.
"Kita ke cafe dulu yuk" lanjut Iqbal.
"Tadi katanya pulang" ucap Nadha.
"Iya pulang, setelah kita ke cafe" ucap Iqbal.
"Lo mau ke cafe mana, kitakan nggak pake helm. Kalo polisi nemuin kita, kita bisa di tilang" ucap Nadha.
"Ya udah, kita ke..." ucap Iqbal terpotong.
"Ke rumah gue, setelah itu lo pulang ke rumah lo" ucap Nadha memotong perkataan Iqbal.
"Ya udah" ucap Iqbal lalu membunyikan motornya. "Dasar bawel" gumam Iqbal namun masih di dengar oleh Nadha.
"Apa? Bawel?" ucap Nadha sambil menaiki motor
"Salah denger lo" ucap Iqbal.
"Terus apa kalo bukan bawel" ucap Nadha.
"Nadha yang cantik" ucap Iqbal lalu melajukan motornya dengan cepat.
"Dasar" ucap Nadha lalu memukul pundak Iqbal dari belakang.

🍃🍃🍃

Setelah mengantar Nadha pulang, Iqbal langsung menuju ke rumah neneknya. Ayah dan Ibu Iqbal sedang ke luar kota. Iqbal sudah biasa ditinggal pergi oleh orang tuanya itu. Ia memaklumi pejerjaan orang tuanya. Meskipun orang tuanya sibuk dengan dunia pekerjaan dibandingkan keluarganya, namun orang tua Iqbal masih memenuhi kebutuhan anaknya. Iqbal yang hanya selalu diberi uang jajan dua kali sebulan tak merasa keberatan akan hal itu. Menurutnya orang tuanya sudah memenuhi kewajiban mereka, walaupun itu secara tidak langsung melainkan melalui uang.

Toktoktok

Suara ketukan pintu langsung membuat Asri, pembantu rumah, membukakan pintu.
"Siapa yang ngetuk-ngetuk pintu. Emang nggak liat ada bel gitu" guman Asri.
Pintu terbuka, Iqbal melihat yang muncul adalah bukan sosok yang ia harapkan melainkan perempuan yang mungkin umurnya sebaya dengannya.
"Mana Bi Tari" batin Iqbal.
"Maaf, cari siapa ya" ucap Asri dengan nada seolah-olah pemilik rumah ini.
"Gue Iqbal, cucunya Meisya" ucap Iqbal.
"Oh, maaf tuan. Saya tidak tau" ucap Asri sambil menundukkan kepala.
"Dasar pembantu nggak tau diri" ucap Iqbal lalu pergi Asri.

Meisya yang sedari tadi menonton TV di kamarnya dikejutkan oleh kedatangan Iqbal, sang cucu.
"Serius banget nontonnya nek" ucap Iqbal.
"Kamu kapan datangnya" ucap Meisya yang terkejut melihat Iqbal yang sudah duduk di dekatnya.
"Sepuluh menit yang lalu" ucap Iqbal bohong.
"Kok bisa ya nenek nggak ngerasain kamu datang" ucap Meisya.
"Nggak kok nek, Iqbal baru aja" ucap Iqbal.
"Pembantu yang diluar itu siapa" lanjut Iqbal.
"Oh. Itu anaknya Bi Tari" ucap Meisya dan melanjutkan keseriusannya menonton adegan di depannya.
"Emang Bi Tari kemana?" ucap Iqbal namun tak dipedulikan oleh neneknya. Ia mengerti bahwa Neneknya memang sangat serius melihat sinetron yang berjudulkan "kisah nyata".
"Kebiasaan emang sulit untuk diubah" batin Iqbal lalu menunu ke kamarnya.

🍃🍃🍃

Walau cuma sesaat, itu akan menjadi kenangan yang terindah. Harapan memang terkadang tidak selalu terpenuhi, namun mungkin dengan harapan lah yang membuat bahwa kemauan itu ada

Nadha beranjak dari tempat tidurnya. Ia mendengar suara pintu dari luar terbuka. Nadha langsung berlari dari kamarnya menuju ke pintu depan. Mengapa tidak, Ibunya menjanjikannya handphone hari ini.


Part yang ini bagus nggak?
Nadha bahagia. Tapi apakah mungkin Nadha akan selalu bahagia?
Ikuti terus ceritanya yah😊
Jangan lupa voment juga😉
Dan follow akun si penulis juga😅

^NuYouL

Stay Or No ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang