Jangan lupa Vote sebelum baca😉
Happy Reading
"Mana ma?" tanya Nadha seketika saat Mamanya duduk di sofa.
"Ih, jadi anak kok nggak sabarin sih" ucap Nilda. "Loh, kok nggak ada" lanjutnya selagi masih mencari kotak di dalam tas berwarna maroon itu.
"Handphonennya ma" tanya Nadha.
Nilda mengangguk.
"Loh kok bisa si ma,, mama becanda ni" ucap Nilda dengan nada yang mulai kecewa.
"Nggak, mama nggak becanda sayang. Kok bisa nggak ada sih" ucap Nilda yang lalu masih sibuk mencari di tasnya.Clekk
"Paaa,,, liat ni mama" ucap Nadha ketika Aldy membuka pintu.
"Ada apa" ucap Aldy lalu ikut bergabung duduk di sofa panjang itu.
"Handphonennya nggak ada pa" ucap Nadha
"Kok bisa nggak ada" ucap Aldy pura-pura kaget.
"Iya pa" ucap Nadha.
"Ya udah. Besok. Besok kita ke penjual itu lagi, mungkin kelupaan kali" ucap Aldy
"Yah" ucap Nadha kecewa. "Nunggu besok lagi" lanjutnya dengan mata yang mulai memperlihatkan air mata namun dengan wajah yang kesal lalu Nadhapun kembali ke kamarnya.Tengg
Pintu terbanting dengan cukup keras. Aldy dan Nilda tahu bahwa putrinya itu sedang marah. Namun, mereka berdua tetap pada rencana.
🍃🍃🍃
Malam tiba, Nadha pun mempersiapkan untuk pendaftaran menjadi pengurus OSIS. Setelah siap, Nadha pun keluar dari kamar dengan membawa formulir.
"Pa, tanda tangan disini" ucap Nadha kepada Aldy yang sedang duduk di sofa.
"Mm.. jadi kamu beneran mau masuk jadi pengurus OSIS" ucap Aldy sambil menandatangani formulir itu.
"Iya dong Pa, kan udah pengalaman waktu SMP" ucap Nadha meyakinkan.
"Nadhaa" teriak Nilda dari dapur.
"Iya maa" ucap Nadha.
"Ayo makan" ucap Nilda.
"Tungguu" ucap Nadha lalu kembali ke kamarnya. Tak lama kemudian, Nadha keluar lagi dari kamarnya dan iapun menuju ke meja makan.
"Lagi ngurus apa nak" ucap Eda.
"Urus persiapan jadi pengurus OSIS baru nek" ucap Nadha.
"Kamu nggak capek apa jadi pengurus OSIS terus" ucap Nilda sambil meletakkan nasi ke piring Aan, kakek Nadha.
"Nggaklah. Justru senang, bisa cari kesibukan sendiri daripada tinggal di rumah nggak tau mau ngapain" ucap Nadha lalu memasukkan nasi ke mulutnya.
"Good Luck lah" ucap Aldy.
"Makasih pa" ucap Nadha.Setelah makan malam, Nadha beserta keluarga kecilnya berkumpul di ruang keluarga menonton drama film yang menjadi favorit di keluarga itu kecuali papanya. Papanya memang berada di ruang keluarga namun ia sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya.
"Jadi, besok kamu pulang jam berapa? Mau dijemput sama tukang ojekmu?" tanya Aldy.
"Nggak tau pa, soalnya senior juga nggak ngasih tau pertemuannya sampai jam berapa" ucap Nadha.
"Oh. Kalo kamu pulangnya telat" ucap Aldy lalu meminum kopinya. "Kamu telpon papa aja, biar papa jemput" lanjut Aldy.Nadha mengerutkan keningnya. Telpon papa? Papa lupa ingatan atau apasih?
"Pa" ucap Nadha ragu.
"Apa?" ucap Aldy. "Ohiya, papa lupa. Handphonemu kelupaan dicounter tadi" lanjutnya.
Nadha lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, meskipun sebenarnya masih ada rasa kecewa dikarenakan hari ini yang seharusnya hari berharga lagi-lagi harus diundur.Sesaat menonton, tiba-tiba Nadha merasakan sesuatu tertimpa di bahu kanannya. Itu kepala Agus.
"Gus, bangun. Sana pindah kekamar" ucap Nadha sambil mengangkat kepala Agus dari bahunya.
"Agus udah ngantuk yah? Kalo gitu ayo kita pindah ke kamar" ucap Nilda.
Agus hanya menganggukkan kepalanya dan tak bergerak sekalipun. Melihat itu, Nildapun akhirnya mengendong putra bungsunya itu lalu menuju ke kamarnya.Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun Nadha masih saja setia berbaring di depan TV sendiri. Setelah Agus dan mamanya tadi menuju ke kamar, kakek dan neneknya pun juga menuju ke kamar mereka. Mungkin mereka kelelahan, pikir Nadha.
Sedangkan papanya masih sibuk dengan kertas itu.
"Udah malam Nadha, sana tidur" ucap Aldy.
"Iya iya pa. Tunggu bentar, filmnya udah mau habis" pinta Nadha.
"Kalo besok bangunnya telat, jangan salahin papa yah karena nggak bangunin kamu" ucap Aldy.
"Iya pa" ucap Nadha dengan posisi kepala yang masih setia menghadap ke TV."Kapan sih ini anak ke kamarnya. Nggak tau apa kalo disana ada kejutan" batin Aldy.
Selang setengah jam, Aldy lalu membereskan kertas dihadapannya lalu memasukkannya didalam map berwarna biru. Setelah itu ia beranjak dari kursi dan menuju ke kamarnya.
Sebelum menuju ke kamarnya. Aldy mengeleng-gelengkan kepalanya melihat perempuan yang masih setia di depan TV. Namun anehnya, film yang ditontonkan di TV sudah bukan lagi film yang disukai Nadha.
"Sejak kapan Nadha suka dengan bola?" batin Aldy melihat acara di TV itu adalah acara bola. Mungkinkan Nadha tertidur?, pikirnya.
"Nadha" ucap Aldy pelan sambil menepuk pundak putrinya, takut jika memang Nadha sudah tertidur dan itu akan membangukannya.
"Ah, benar. Dia sudah tidur ternyata" batin Aldy.Aldy lalu mematikan TV dan mengangkat Nadha ke kamarnya.
Setelah tiba di kamar Nadha, Aldy lalu tersenyum melihat kotak kecil disamping bantal Nadha.
"Yah, nggak jadi suprise deh ini malam" ucap Aldy lalu mengambil kotak kecil itu dan menyimpannya di atas meja belajar Nadha.🍃🍃🍃
Di sepanjang koridor Nadha tak henti-hentinya melenkungkan senyuman di wajahnya. Mengingat kejadian tadi pagi rasanya ingin mengingatnya terus.
Saat Nadha keluar dari kamar mandi, ia melihat sebuah kotak di atas mejanya. Bukankah itu sebuah..
Nadha lalu melangkah ke meja belajarnya. Saat melihat gambar kotak itu, Nadha rasanya ingin melompat segera. Namun ia juga masih ragu, takut jika di dalam kotak tersebut ternyata tak seperti yang diharapkan.
Nadha membuka kotak itu dengan pelan.
Lalu sebuah teriakan terdengar di kamar Nadha membuat Nilda segera ke kamar Nadha.
"Kenapa Nad" ucap Nilda setelah membuka pintu kamar.
Nadha tidak menjawab dan malah memperlihatkan kotak yak dipegangnya."Makasih ma" ucap Nadha sambil memeluk mamanya dengan erat.
"Iya nak. Maaf baru sempat beliinnya sekarang" ucap Nilda.
"Nggak papa kok ma, Nadha senang banget" ucap Nadha.
"Belajar yang rajin, itu dibelinya pake uang bukan daun loh" ucap Nilda lalu melepas pelukan mereka.Ah, rasanya masih tidak mungkin. Meskipun itu sebenarnya adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh Nadha. Namun Nadha tak menyangka bahwa handphone yang dibelikannya bahkan lebih mahal dari pikiran Nadha sebelumnya. Mungkin ini terdengar biasa saja di kalangan orang lain, tapi bagi Nadha itu adalah sesuatu yang sangat harus disyukuri.
"Woi" ucap Iqbal sambil memukul meja Nadha.
"Apa" ucap Nadha.
"Bengong aja. Nanti kesambet lo" ucap Iqbal.
"Serah" ucap Nadha membuang malas wajahnya.Iqbal terkekeh lalu menuju ke tempatnya meninggalkan Nadha.
Kelas masih terlihat sepi. Jam masuk sudah hampir masuk dan masih baru Iqbal dan Nadha yang tiba di kelas ini.
"Nad. Lo nggak ngeh gitu. Kok kelas sepi" ucap Iqbal di tengah sepi mereka.
"Iya ya. Padahalkan udah mau jam masuk" ucap Nadha sambil menghadapkan badannya ke arah bamgku Iqbal.
"Hm. Kita jadinya cuma berdua disini" ucap Iqbal dan berjalan menuju kebangku Nadha.
Nadha tersenyum, berduaan sama lo Iqbal. Ah rasanya kok seneng banget yah.
"Ya udah gue mau keluar. Malas berduaan ama lo" ucap Nadha.
"Ya elah. Becanda doang kali" ucap Iqbal sambil memegang lengan Nadha.
Nadha terkejut. Tangan gueee
"Eh,, tangan lo" ucap Nadha melepaskan genggaman Iqbal.
"Eh, sorry-sorry" ucap Iqbal lalu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.Eak. Berduaan tuh Nadha ama Iqbalnya.
Jangan lupa Voment yah😉
![](https://img.wattpad.com/cover/170065706-288-k910748.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Or No ?
Roman d'amourDisaat mencoba mengejarmu kau menjauh, kau berlari sangat jauh ke depan. Sulit mendapatkanmu bagaikan matahari yang tak mungkin ku sentuh dan kugapai saat itu dan itu sepertinya sulit. Dan sekarang mungkin tidak mengejarmu adalah solusi terbaik untu...