Setelah melihat motor Ana sudah tidak kelihatan, Nadha kembali ke kamarnya berniat untuk tidur. Namun, lagi-lagi niatnya batal karna seseorang mengetuk pintu lagi.
"Siapa lagi" batin Nadha. Nadha pun menbuka pintu.
"Nadha, teman perempuanmu yang tadi, jatuh di depan warung ibu" ucap Bu Marni.
"Hah? Yang bener bu?" ucap Nadha sontak kaget mendengar berita itu.
"Iya,, ayo ikut ibu" ucap Ibu itu langsung menarik tangan Nadha.
"Tunggu bu" ucap Nadha sambil menutup pintu rumahnya. Nadha pun berlari bersama Bu Marni ke warungnya. Dari kejauhan Ana masih dalam keadaan jatuh dan tak tertolong. Nadha yang tiba langsung mengangkat motor Ana dan melihat Ana dalam keadaan pingsan.
"Duh Ibu kok nggak angkat dulu motor teman saya lalu manggil saya" ucap Nadha sambil menidurkan kepala Ana ke pahanya.
"Ibu mau tapi motornya berat banget neng" ucap Bu Marni.
"Aduh harus minta tolong sama siapa nih, udah nggak ada taksi yang lewat lagi" ucap Nadha sambil melihat di sekeliling. Tempat itu memang kadang sepi kadang ramai, namun saat itu jalanan benar-benar sangat sepi.🍃🍃🍃
"Kita mau makan kemana?" ucap Dinan.
"Ke warung kesukaan gue" ucap Iqbal.
"Pasti harga makanan disana murah kan?" tebak Dinan. Namun Iqbal hanya diam dan serius membawa motor. "Iya kan?" lanjut Dinan lagi. Namun lagi-lagi Iqbal tak memperdulikannya. "Atau jangan-jangan disana ada cewek lo yah" ucap Dinan asal.
"Jaga mulut lo yah" ucap Iqbal sontak kaget.
"Nggak usah kaget kali, gue cuman becanda" ucap Dinan lalu menambahkan senyum miris di wajahnya.
Memasuki lorong menuju warung kesukaan Iqbal, dari kejauhan Iqbal melihat sosok wanita yang sedang tergeletak di jalanan dan seorang perempuan yang duduk memegang kepala perempuan yang tergeletak tersebut. Yap, yang dilihat Iqbal adalah Nadha dan Ana.
"Ana kenapa?" ucap Iqbal.
"Diaa.. Eh, Iqbal untung loh ada disini. Cepat anterin Ana ke puskesmas terdekat disini" ucap Nadha.
"Cara ngebawanya itu gimana?" ucap Iqbal bingung.
"Iya juga yah" ucap Nadha.
"Begini aja, kalian gandengan bertiga aja. Tu cewek kan kecil jadi nggak terlalu banyak ngambil tempat di motor" usul Dinan.
"Okeh" ucap Iqbal dan Nadha bersamaan.
Merekapun mengantar Ana ke puskesmas terdekat dari rumah Nadha. Dinan dititip sementara di warung tersebut. Dititip? Emang barang.
Nadha dan Iqbal menunggu di ruang tunggu. Sunyi menyapa, tak ada suara di antara mereka. Tak ada yang memulai percakapan.
"Kok Ana emang bisa jatuh di dekat warung Bu Marni?" ucap Iqbal angkat suara.
"Tadi tu dia datang ke rumah curhat, nggak lama dia pulang. Lalu, tiba-tiba aja ada Bu Marni yang ngetok-ngetok pintu. Ya udah langsung deh gue ikutin Bu Marni ke Ana" ucap Nadha panjang lebar.
"Se akrab gitu ya Ana ama Loh" ucap Iqbal.
"Nggak juga sih. Waktu dia datang gue juga bingung" ucap Nadha. Setelah ucapan Nadha sunyi menyapa lagi. "Lo sendiri ngapain lewat jalanan situ"ucap Nadha beberapa saat kemudian.
"Ha? Gue mau makan di warung Bu Marni" ucap Iqbal.
"Sejak kapan lo makan di warung Bu Marni? Bukannya rumah loh jauh dari tempat situ" ucap Nadha.
"Suka-suka gue lah. Itukan bukan tempat nenek moyang loh" ucap Iqbal sinis.
"Sans bro" ucap Nadha sambil cekikikan melihay Iqbal yang langsung ngegas. Cekikikan Nadha terhenti setelah melihat Ana keluar dari kamar UGD bukannya dokter yang seperti di TV, dokter yang keluar dulu lalu menjelaskan yang sebenarnya yang terjadi.
"Loh nggak papa?" ucap Nadha sambil merangkul Ana yanh masih sulit berjalan.
"Motor gue mana?" ucap Ana.
"Keadaan lo yang gimana? Langsung ke motor aja" ucap Iqbal.
"Ngapain loh kesini?" ucap Ana.
"Dia yang antar kita kesini" ucap Nadha.
Ana mengangguk. "Gue nggak papa" ucap Ana.
"Pasti loh ngelamun kan? Mikirin Kak Yansar di tengah jalan?" tebak Nadha.
"Nggak, boro-boro mikirin dia. Gue ilang kendali, soalnya ada anjing yang langsung nyebran nggak pake weser" ucap Ana.
"Emang anjing punya weser gitu" ucap Iqbal.
"Umpama bego" ucap Ana cemberut.
"Udah,, Bal cariin taksi geh di luar" ucap Nadha sambil duduk di kursi tunggu bersama Ana.
"Siapa loh nyuruh-nyuruh gue" ucap Iqbal kesal.
"Loh maunya apa? Masa depan? Atau jadi penggemar aja seterusnya?" batin Nahda sambil senyum-senyum sendiri.
"Malah senyum sendiri" ucap Iqbal sambil geleng kepala.
"Sana cepat" ucap Nadha.
"Iya iya bu bos" ucap Iqbal. Tak lama kemudian Iqbal kembali. "Taksi udah di depan tuh" ucap Iqbal. Lalu Nadha pun merangkul Ana menuju ke taksi. Namun, dikarenakan Ana belum terlalu kuat untuk berjalan, Nadha pun juga hampir terjatuh dibuatnya. Dengan spontan Iqbal pun langsung merangkul Ana di sebelah kanan Ana. Nadha merangkul Ana sebelah kiri dan Iqbal di sebelah kanan.^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Or No ?
RomanceDisaat mencoba mengejarmu kau menjauh, kau berlari sangat jauh ke depan. Sulit mendapatkanmu bagaikan matahari yang tak mungkin ku sentuh dan kugapai saat itu dan itu sepertinya sulit. Dan sekarang mungkin tidak mengejarmu adalah solusi terbaik untu...