#8

8.9K 954 36
                                    

Sinar mentari terpancar masuk saat Mingyu menyibak tirai abu di kamar Wonwoo. Pemuda manis yang masih bergelung di dalam selimut tebalnya itu tampak menggeliat pelan saat cahaya mulai memaksa masuk, membangunkannya dari mimpi indah.

"Selamat pagi," Sapa Mingyu dengan senyuman manis, dan oh itukan celemek pink milik Wonwoo.

"Aku sudah membuatkan sarapan," Imbuhnya sebelum menempelkan punggung tangannya di dahi cantik milik Wonwoo. "Demamnya sudah turun." Wonwoo yang masih setia bergelung di selimut tebalnya merasa sedikit deja vu, bukan bermaksud sudah move on, tapi Mingyu selalu membawa kenangan itu kembali. Tapi setidaknya Wonwoo sangat berterima kasih kepada Mingyu untuk dua hari ini.

"Tidak usah repot-repot," Wonwoo menyibak selimut tebalnya, mendudukkan dirinya di ranjang sambil mengumpulkan segenap nyawa untuk menghadapi kenyataan. "Aku akan bersiap-siap untuk berangkat kerja."

"Kau masih belum sembuh." Cegah Mingyu.

"Aku sudah tidak apa, dan berhenti mengkhawatirkanku seperti anak kecil."

"Kalau begitu kita berangkat bersama." Wonwoo memutar bola matanya malas. "Tidak, terima kasih." Dan kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Mingyu hanya menghela nafas sabar saat menghadapi Wonwoo yang galak seperti ini.

Mingyu sudah bersiap-siap sejak dua puluh menit yang lalu. Kini ia tinggal menunggu Wonwoo selesai dan mereka akan sarapan bersama.

"Wonwoo," Panggil Mingyu saat melihat Wonwoo melewati meja makan. "Aku sudah membuatkan sarapan." Mingyu hanya menatap sayu punggung lebar nan kurus itu.

"Kau bisa habiskan sendiri, aku terlambat." Acuhnya. Tidak peduli bagaimana perasaan Mingyu saat ini.

"Setidaknya kau menghargai masakanku, sesuap pun tak masalah." Ucapnya dengan nada setengah putus asa, berharap Wonwoo akan berbalik dan duduk di sebrang kursinya.

"Aku bisa terlambat, Mingyu."

"Aku mengizinkan untuk terlambat, sekarang makanlah." Entah siapa disini yang keras kepala, tapi ego Wonwoo sangat tinggi saat ini.

"Aku tidak bi─" belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, Mingyu sudah menyodorkan kotak bekal yang terbungkus manis dengan kain maroon. "Bawalah, untuk makan siang. Setidaknya usahaku tidak sia-sia. Dan jangan lupakan obatmu." Wonwoo masih tak bergeming, masih menatap lurus ke arah kotak bekal buatan Mingyu.

"Bawalah." Wonwoo meraih kotak bekal itu dan berucap terima kasih yang sangat lirih, yang mungkin tidak di dengar oleh Mingyu.

Mingyu menatap nanar kepergian pemuda manis itu. Sikap acuhnya membuat ia bertanya-tanya. Pedulikah dirinya kepadaku?

───

"Pagi Wonwoo!" Sapa Jeonghan dengam senyum lima jari yang tidak pernah absen di wajah tampannya.

"Ku dengar kau sakit?" Wonwoo membalas dengan anggukkan pelan.

"Oh, apa itu?" Jeonghan menujuk ke arah kotak bekal yang terhias cantik di meja Wonwoo.

"Bekal makan siang."

"Seseorang membuatkannya untukmu?"

"Ya, seseorang," Wonwoo menunduk lemas menatap kotak bekal itu. Merasa sedikit bersalah kepada Mingyu. "Ya, seseorang." Ulangnya lagi yang membuat Jeonghan mengeryitkan dahi bingung.

"Ya sudah Wonwoo, selamat bertugas." Jeonghan tersenyum paksa sambil mengepalkan tangannya untuk menyemangati Wonwoo.

Terlihat beberapa kali Wonwoo memukul pelan kepalanya, membuat Jeonghan terlihat khawatir.

[✔] 전 남편 | MinwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang