#14

8.3K 756 12
                                    

"Bagaimana keadaan Wonwoo?" Itu Ibu Mingyu, datang bersama suaminya. Kebetulan Mingyu menghubungi orangtuanya dan Ibu Wonwoo untuk menuju rumah sakit tempat Wonwoo dirawat sekarang. Karena saat Dokter Hwang sampai dan memeriksa Wonwoo, tubuhnya tiba-tiba mengalami kaku yang tak berangsur membuat Mingyu panik. Dan berakhirlah Wonwoo di rawat inap di rumah sakit.

"Melewatkan 2 obat pagi dan siang." Jawabnya pelan.

"Bagaimana bisa Wonwoo melewatkan obatnya?" Nyonya Kim langsung terduduk di samping kursi kosong sebelah Mingyu. Setidaknya ia juga khawatir. Namun tidak ada balasan dari Mingyu, ia hanya menatap kosong objek di depannya. Nyonya Kim mendesah berat, dan Mingyu hanya menggumam kata 'maaf' yang lirih. Sadar jika ini semua salahnya. Meninggalkan Wonwoo dan terlebih tak mengabari pria itu dengan jawaban yang pasti.

"Mingyu?" Kali ini yang datang Nyonya Jeon, Ibu Wonwoo. Pasti sangat lelah menjadi beliau, jarak Changwon ke Seoul tidak bisa di tempuh dalam waktu yang singkat. Belum lagi raut ketakutan meliputi wajah keriput Ibu Wonwoo. Ibu mana yang tak khawatir jika anaknya harus berjuang melawan takdir?

"Wonwoo dimana?" Mingyu berdiri dan menuntun Nyonya Jeon untuk melihat dari jendela pintu yang langsung menuju ruang VIP tempat Wonwoo dirawat sekarang. Nampaknya Wonwoo masih tertidur karena efek obat yang berhasil di suntikkan di dalam tubuhnya.

"Kenapa bisa?"

"Maaf Ibu." Mingyu hanya mampu menundukkan kepalanya berat, tak mampu mengadah dan menatap obsidian itu; terlalu takut jika hal buruk terjadi.

"Wonwoo pasti sembuh. Dia anak yang kuat." Kekuatan batin seorang Ibu takkan ada yang bisa mengalahkan. Keduanya menguatkan satu sama lain. Berharap suatu keajaiban akan datang. Tak perlu sembuh, Wonwoo bangun dan menjalani semua terapi dengan sehat sudah cukup. Karena penyakit langka ini memang belum ditemukan obatnya hingga sekarang.

"Mingyu, kau percaya kan Wonwoo pasti baik-baik saja?" Ibu Wonwoo menggeggam kedua tangan yang terkepal itu. Meyakinkan Mingyu bahwa semua akan baik-baik saja.

Dan tentu, Wonwoo merupakan sosok pria tangguh meskipun terkadang orang akan terkecoh dengan wajah manisnya. Ia bersungguh-sungguh untuk melawan penyakitnya agar tak menguasai penuh atas dirinya. Wonwoo masih mempunyai Ibu, Mingyu dan orang-orang yang menyayanginya, itu adalah satu dari seribu alasan ia tetap mau berjuang dikala tubuhnya tak lagi se-sehat dulu.

Sudah menginjak minggu kedua Wonwoo masih dirawat dan belum menunjukkan perubahan signifikan untuk melanjutkan rawat jalan. Dan sudah 2 minggu juga, Mingyu harus melawan lelah tubuhnya karena ia harus tetap bekerja dan merawat Wonwoo. Sebenarnya Ibu Wonwoo sudah memperingatkan Mingyu ─begitu pula dengan Ibunya sendiri─ untuk menforsir tubuhnya. Karena jika Mingyu juga sakit, maka Wonwoo akan sedih.

Seperti hari ini, Mingyu tetap menyempatkan dirinya untuk datang padahal hujan deras sudah mengguyur Kota sejak siang tadi.

"Aku membawa makanan kesukaanmu." Mingyu datang dengan tas hijau kecil yang Wonwoo duga adalah masakan dari pria itu.

"Kau kehujanan?"

"Sedikit." Mingyu melepas mantelnya, menyampirkan long coat yang ia kenakan di samping sofa ruangan Wonwoo. Kemudian ia menarik meja portable yang tersedia disana, dan mengeluarkan beberapa masakan yang ia buat sebelum  berangkat ke Rumah Sakit.

"Terima kasih." Wonwoo tersenyum singkat, ia mengambil sendok dan garpu yang sudah Mingyu siapkan. Namun pergerakannya terhenti oleh tangan Mingyu.

"Kali ini aku yang suapi." Wonwoo mengangguk setuju.

Selama sepuluh menit, hanya bunyi kecapan pelan dan denting garpu yang terdengar. Mingyu terlalu memfokuskan diri kepada Wonwoo. Sudah bukan hal awam lagi, karena setiap hari Wonwoo akan merasakan hal seperti ini.

[✔] 전 남편 | MinwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang