.
.
."Nuna, kenapa kau menjauhiku?"
Tidak, ini tidak seperti yang kuharapkan.
"Aku hanya berusaha melupakan, Jaehyun."
"Jawab Nuna, sebenarnya ada apa?"
Bodoh. Dia tidak bisa mendengar isi hatimu Kim Yuri.
Akhir-akhir ini setelah Bae Jinyoung memberitahuku 'kabar baik-nya', aku sedikit memberi jarak.
Menjauhinya, mencoba menghilangkan perasaan ini.
Ini tak wajar.
Tak seharusnya aku mencintainya.
Aku hanya temannya.
Mungkin dia sudah ditakdirkan oleh Tuhan berbahagia dengan wanita lain.
Dan itu bukan aku.
Takdir Tuhan yang sungguh ku sesali.
Mengapa Tuhan tidak membuatku menjadi takdirnya Jung Jaehyun?
Mengapa Tuhan tidak membuat Jung Jaehyun saja yang jatuh cinta padaku?
Aku bodoh. Menyesali apa yang sudah terjadi.
Bahkan aku sempat tak mensyukuri apa yang Tuhan sudah berikan.
Tuhan mempertemukan aku dengan Jung Jaehyun.
Seharusnya aku berterima kasih.
Kurasa aku memang salah.
"Sebentar lagi ujian kelulusan. Aku tidak mau diganggu."
Ya, sebuah awal yang dibuat dengan kebohongan. Semakin lama akan semakin menumpuk dusta yang ku buat.
Tak apa, setidaknya Jaehyun tidak marah.
Atau sedikit kecewa?
"Baiklah Nuna, maaf sudah mengganggumu."
Ah tidak.
Kehadiranmu adalah kebahagiaan bagiku.
Aku yang seharusnya meminta maaf padamu karena aku sudah membuatmu kecewa.
Adakah cara lain agar aku bisa merelakanmu.
Aku tidak bisa berhenti mencintaimu secepat saat aku jatuh hati padamu.
Semua membutuhkan proses.
Dan aku sedang berada dalam proses 'mencoba melepaskan'
Cinta tak harus memiliki kan?
"Semangat belajarnya, Nuna"
Jung Jaehyun!
Kau membuatku semakin susah melupakanmu!
Apa maksud perlakuannya tadi?
Mengelus rambutku sambil tersenyum tampan dan mengucapkan tiga kalimat penyemangat.
Huft.
Menghilangkan perasaan pada orang yang kita cintai ternyata tak semudah yang kubayangkan.
.
.
.