.
.
.Ku kira Jaehyun akan kembali ceria seperti biasanya.
Lelaki tampanku sedang murung.
Aku tidak tahu apa yang terjadi.
Tapi kurasa hanya satu penyebabnya.
Yeri.
Gadis itu, sudah lama ku tak mendengar ceritanya dari mulut Jaehyun.
Lelaki itu menjadi tak banyak bicara.
Aku sungguh tidak bisa melihatnya sedih seperti ini.
Ada perasaan yang begitu menyesakkan.
Melebihi saat dimana Jung Jaehyun mengatakan bahwa ia menyukai orang lain.
Aku ingin melindunginya.
Melindunginya dari rasa sakit.
Tanpa memikirkan perasaanku sendiri.
Tak apa aku yang merasakan sakit hati ini, asal jangan dia.
Jung Jaehyun hanya pantas bahagia.
Melihatnya sedih membuatku jauh lebih sedih.
Gadis itu, aku harus bicara padanya.
Tak peduli seberapa keras Jaehyun melarangku.
Aku harus tahu apa penyebab yang terjadi.
.
.
.Siang itu matahari tak terlalu terik, menyinari bumi di musim semi tahun ini.
Aku berjalan menyusuri jalanan kota yang sedikit padat.
Ini hari libur, bisa saja aku menghabiskan waktu bersama lelaki tampanku, Jung Jaehyun.
Dia bahkan sudah mengajakku ke tempat tujuannya. Sekedar hiburan.
Wajahnya dan penampilannya tadi saat mengajakku sungguh tampan.
Rupanya ia sudah menyiapkan semuanya.
Namun dengan berat hati aku menolak.
Aku harus bertemu Yeri. Gadis yang sudah membuat lelaki tampanku sedih kemarin.
Meski hari ini ia nampak ceria, tak di pungkiri jika ia mengingat masalahnya akan membuatnya kembali murung.
Jaehyun pandai menyembunyikan perasaannya.
Dan aku jauh lebih pandai untuk mengetahui itu.
Karena aku sudah jauh lebih lama menyembunyikan perasaan cinta itu darinya.
Jaehyun memang kecewa dengan penolakanku, tapi ia tidak marah.
Dia memutuskan untuk menungguku pulang sambil bersantai di apartemen kecilku.
Aku memang tidak tinggal bersama orang tua.
Bahkan aku tidak tau siapa dan dimana kedua orang tuaku.
Begitulah aku dibesarkan. Di sebuah panti asuhan. Yang mengajarkanku banyak hal, termasuk menjadi seorang yang tak pernah mengandalkan orang lain.
Aku tak sadar kakiku melangkah seberapa jauh.
Aku berhenti disebuah perempatan jalan.
Di depan sana, ku lihat gadis itu, sedang bersama orang lain.
Seorang pria.
Siapa dia? Apa dia-
"Tinggalkan dia, dan kembalilah padaku!"
"Tidak!"
Sayup-sayup ku dengar perdebatan dari dua orang itu.
Aku tidak mengerti. Pria itu menarik lengan Yeri dengan kasar. Memaksanya untuk ikut masuk ke dalam mobil hitam miliknya.
Kakiku terasa berat untuk melangkah.
Aku ingin membantu, namun aku masih mencerna kejadian yang ada di depanku.
Yeri dipaksa untuk kembali padanya? Kembali untuk apa?
"Aku mencintainya! Apa kau tidak mengerti? Pergilah, aku benci padamu!"
Gadis itu berteriak, mengatakan hal itu dengan berani di depan pria itu yang sedang tersulut emosi.
Sepertinya aku memang harus membantu.
Aku memberanikan diri melangkah mendekati dua orang tersebut.
Namun langkahku kembali terhenti saat aku merasa lenganku ditahan oleh sesuatu.
Aku menolehkan kepalaku melihat siapa pelakunya.
Jung Jaehyun.
Lelaki tampanku?
Oh tidak! Apa dia melihat semuanya?
Aku melepaskan pegangan tangannya dan menarik nya pergi dari tempat itu.
Jaehyun menahanku. Tatapannya lurus ke depan memandang dua orang yang sedang bertengkar disana.
"Jaehyun-ah, ayo pergi dari sini."
"Aku harus menyelesaikan masalah ini, Nuna."
Ah tidak! Ku mohon jangan. Aku tidak ingin kau terluka.
"Tunggulah disini, aku akan baik-baik saja."
Aku menggeleng lemah, sambil berusaha menariknya pergi dari sana.
Ada dua kemungkinan hal buruk yang terjadi.
Pertama, Jaehyun mengetahui jika selama ini Yeri menyembunyikan sesuatu darinya. Dan kedua, pria itu akan melukainya saat tahu bahwa dialah lelaki itu. Lelaki yang menjalin hubungan dengan Yeri.
Dengan keras kepala, Jaehyun berjalan menghampiri mereka.
Namun baru dua tiga langkah, ia berhenti.
Ku lihat sorot matanya tak seperti tadi.
Matanya terlihat sendu.
Aku mengikuti arah pandangannya dan ikut terkejut.
Di depan sana Yeri dan pria itu sedang berciuman.
Aku kembali mengalihkan pandanganku ke wajah Jaehyun.
Air mukanya sangat tersirat akan rasa kecewa yang mendalam.
Aku memberanikan diri menarik tengkuknya.
Membawa kepalanya yang jauh lebih tinggi dariku bersadar di bahuku.
Setidaknya aku ingin membuat Jinyoung merasa tenang, meski ku tahu rasanya sakit.
Yah, rasanya tak seberapa jika dibandingkan dengan yang ku rasakan.
Air matanya menetes, kurasakan sekitar bahuku sedikit basah.
Jaehyun sangat rapuh.
Dan aku jauh lebih sakit melihatnya seperti ini. Bagaikan separuh kehidupanku runtuh saat itu juga.
"Kau pantas bahagia, Jung Jaehyun."
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/181336418-288-k469498.jpg)