9th

1 1 0
                                    

.
.
.

Dia lelaki tampanku.

Dia lelaki yang membuatku jatuh cinta.

Dia lelaki yang mengisi hari-hariku.

Senyumannya indah.

Tawanya bagai lantunan sebuah melodi.

Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga.

Aku sangat bersyukur bisa mengenalnya.

Andai saja waktu berputar secara lambat, aku ingin lebih lama menghabiskan waktu bersamanya.

"Nuna!"

Ah panggilan itu. Aku sangat menyukainya.

"Kau tahu ini hari apa?"

Tentu saja! Aku bahkan menantikan hari ini sejak seminggu yang lalu.

Namun aku ingin mencoba sedikit menggodanya.

"Hari apa ya?"

Kataku sambil memainkan jari-jariku di bawah dagu. Tindakanku membuatnya kesal ternyata.

"Kau lupa?"

"Tentu saja aku ingat. Ini hari ulang tahunmu."

Ya. Ini adalah hari spesialnya. Hari terbaik untuk orang yang istimewa dihatiku.

Aku tidak akan merusaknya. Aku akan membuatnya bahagia hari ini.

"Ku pikir kau lupa." ujarnya sambil tertawa kecil.

"Jadi, kau ingin apa dariku?"

Jung Jaehyun tersenyum, sangat tampan. Membuat persendian kakiku melemas seperti jelly.

"Temani aku jalan-jalan."

Hanya itu?

"Baiklah."

Seribu tahun menemanimu berkeliling dunia pun tidak masalah. Asal kita berdua bersama.

.
.
.

Dan disinilah kami.

Puncak namsan tower.

Jaehyun bilang ia hanya ingin menaruh gembok cinta di pagar pembatas namsan tower. Lalu membuang kuncinya. Sebagai bukti permohonan agar impianmu terkabul.

Mitos itu, rupanya lelaki tampanku masih percaya hal seperti itu. Lucu sekali.

"Tulis namamu, Nuna."

"Kenapa aku harus menulis namaku?"

"Agar keinginanku terkabul."

"Kau menginginkan apa?"

"Aku ingin kau dan aku selalu bahagia bersama."

Ah indahnya. Aku juga mengharapkan itu.

Dia menuliskan namanya. Kemudian menyuruhku menuliskan namaku juga di gembok yang sama.

Setelah menguncinya, dia menatapku.

Tatapannya sangat teduh. Memabukkan hingga membuatku tak bisa berpaling, walau hanya satu detik.

Dia mengecup sekilas kunci gembok tersebut.

Sambil tersenyum, ia menempelkan kunci itu dibibirku.

Cukup lama sampai aku menyadari jika kami baru saja-

berciuman secara tidak langsung?

Kesadaranku kembali saat Jinyoung membuang kunci tersebut ke bawah sana.

Seseorang bisa saja terluka terkena lemparan kunci itu kan.

Tapi-hey siapa peduli?

Aku hanya masih memikirkan yang tadi.

Hello DearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang