BAB IV

51 15 7
                                        

[Jungkook's POV]

"Psst!"

Sekelebat samar kudengar suara bisik dan jujur saja, aku tidak ingin beranjak dari sini hingga suara gebrakan membuat jantungku bekerja lebih cepat.

"Jeon Jungkook!" panggil guru pengawas sementara tawa memenuhi kelas membuatku hanya dapat tersenyum kecil dan menggusak wajah dan kelopak mataku dengan punggung tangan. Badanku terasa lelah dan mataku terasa berat karena tidak tidur sampai pagi ini. Perasaanku sangat tidak nyaman dengan segala hal.

Namjoon hyung...

Aku menggeleng kepalaku dan mencoba fokus pada soal dan menyelesaikan nomor terakhir karena setelah ini aku akan membantu Jimin hyung untuk mencari kemana Namjoon hyung berada atau kami... Bisa terseret kedalam jeruji besi bersama.

Kuhela nafasku dan meneguk saliva yang terasa tercekat. Rasanya sangat aneh membayangkan keadaan kemarin. Kami sama-sama berjalan dan tertawa. Melakukan hal yang bahkan kami jarang lakukan akhir-akhir ini dan dunia seakan berbalik ketika Namjoon hyung menyatakan hal gila itu. Ia benar-benar pergi malam tadi.

Dia bahkan tak mendengarkanku. Namun, aku juga tidak ingin menceritakan apapun, apalagi kepada tuan meski aku memegang kendali sebagai mata-matanya. Aku tidak ingin menempatkan Namjoon hyung dalam posisi bahaya.

Hampir semua orang menoleh kearahku saat aku berdiri dan mengumpulkan kertas lebih dulu, karena kusudah pastikan untuk mengisi semua nomor soal dan izin untuk pergi. Berlari melewati koridor sekolah yang sepi, memastikan tidak ada siapapun yang mengikuti dan pergi kearah atap. Tempat dimana aku bisa menyendiri dan menghabiskan waktu tanpa ada siapapun disana.

Semilir angin dan cahaya matahari hangat membuatku memejamkan mata dan merebahkan diri pada bangunan lapang yang kusebut atap. Sudah beberapa kali kuhabiskan waktu disini atau lebih banyak di ruang baca sekolah. Kedua tempat itu adalah yang terbaik kecuali rumah.

Rumahku adalah hal terburuk yang ada didunia.

Kurogoh saku celana dan mengambil ponselku, memutar lagu dengan volume kecil melakukan kembali pelacakan terhadap Namjoon hyung dan membaca beberapa pesan terbaru Jimin hyung yang sudah mengunjungi kantor polisi. Gila. Kami sungguh gila.

Namun, Namjoon hyung tidak ada disana.

Panggilan masuk...

"Untuk apa?" gumamku menonaktifkan panggilan dari bibi dirumah dan melihat kembali pada aplikasi pelacak yang kubuat hingga satu lagu habis terputar. Membagikan lokasi terbaru kepada Jimin hyung saat menemukannya membuatku segera bangun dan menyilangkan kakiku. Suhu semakin meninggi dan mataku menyipit menatap betapa luasnya langit biru terang diatas sana. Menghentikan lagu.

Namjoon hyung... Untuk apa dia mengarah kesana?

Untuk apa dia ke Busan?

Panggilan masuk...

Kupejamkan mataku dan menggeser ikon hijau dan menerima panggilan yang sudah kutolak. Itu masihlah nomor rumah. Bibi begitu giat.

"Halo." ucapku membuat bibi memekik. Telingaku sangat sakit dan suara isakan terdengar, memanggil namaku.

"Halo?" ucapku lagi, menggigit bibir bawah.

Nevermind [BTS Fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang