Seperti biasa di kantin akan ramai.
Yang tak biasa adalah Jimin yang tak lagi menemaniku makan bersama.
Hal itu menyakitkan. Kenapa ia tega sekali?
Dan bodohnya aku, kenapa saat murid-murid mengajakku berpacaran dan aku tak peduli?
Sepertinya Jimin memang mengalihkan duniaku.
Adik kelasku yang bernama Soobin saja kutolak! Padahal dia paling terkenal diangkatannya.
Kuhapus semua pemikiran itu saat antreanku untuk memesan makanan telah sampai.
"Burger dan es jeruk"
Kin menatapku dengan berbagai makna. Ia tahu betul kalau burger dan es jeruklah yang sering kupesan bersama Jimin.
Wah. Bahkan juru masak di sekolah mengetahuinya.
"Ini aku kasih burger yang jumbo. Harganya biasa"
Kutorehkan senyum tipis kearah Kin dan membayar dengan harga normal. Setelah itu aku melangkah ke meja yang dulu kubagi dengan Jimin.
Biasanya tak akan ada yang berani mengganggu kami makan bersama di kantin. Tetapi semenjak kursi didepanku tak ada pemiliknya, sering sekali orang lain mendudukinya. Untuk sekedar menumpang makan karena kantin sudah penuh, teman sekelasku, ataupun cowok-cowok yang berusaha mendekatiku.
Dan Jimin sudah jarang menuju kantin. Ia sepertinya mendekam disuatu tempat yang tak aku tahu dimana. Pasalnya setiap istirahat kami selalu ke kantin berdua.
Tetapi kali ini aku melihatnya.
Ia sekarang terlihat sangat akrab dengan Yoongi deh. Mereka berjalan beriringan sambil tertawa kepada sesuatu hal yang tak kutahu.
Aku tersenyum dan menyimpan dalam-dalam wajah Jimin yang tertawa itu.
Bolehkah aku mengatakan terimakasih pada Yoongi? Setidaknya berkat dia, aku dapat melihat senyum itu sekarang.
Kembali kumakan burgerku. Tak mengetahui tiba-tiba saja ada yang duduk dihadapanku.
"Kenapa kau melihatku seperti ingin menerkamku?"
Acara makanku terganggu oleh suara berat itu.
"Dengar ya, pucat. Mataku hanya akan sakit jika melihatmu"
Yang kupanggil sialan terkekeh, namun aku tak melihatnya. Aku hanya menunduk menikmati makan siangku.
"Kau belum move on ya?" Tanya Yoongi lalu segera pergi meninggalku.
Yang tadi itu bukan pertanyaan, namun pernyataan.
Dan thanks to Yoongi yang dengan tiba-tiba menguatkan suaranya sehingga beberapa meja disampingku mendengarnya.
"Kukira ia memutuskan Jimin. Wah Jimin keren sekali"
"Berarti Jimin sudah single?"
"Sepertinya aku akan mendekati Jimin-oppa"
"Kau cocok dengan Jimin-oppa kok"
Aku melirik kearah dua meja yang diisi kanan dan kiriku. Yang dikanan diisi murid seangkatanku dan yang di kiri oleh adik kelas.
Aku tak terlalu terganggu dengan bisikan para seangkatanku, jujur saja. Tapi dengan adik kelas yang masih bau kencur itu..
Like, really? Siapa yang cocok dengan Jimin selain aku?! Kenapa kalian memanggilnya Oppa? Seharusnya pamggil ia Sunbae karena ia senior kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Yoonmin)
Fiksi PenggemarSungguh, Jeon Yehri tidak dapat mempercayai penglihatannya. Min Yoongi, ketua basket yang digandrungi banyak cewek, sedang mencium pipi Park Jimin yang terlihat malu-malu. Ia dibuang demi Min Yoongi? Cowok itu bahkan tidak bisa berjalan dengan high...