3

37 22 0
                                    

------------------------------------

"Ini semua salahku. Akulah penyebab kamu pergi. Jika bukan karena paksaan dariku. Kamu mungkin masih di sini bersama kami. Merasakan hangatnya dari makna 'keluarga bahagia'."

------------------------------

***

Pertengahan Tahun 2010.

Aku lupa kapan tanggal dan harinya. Yang jelas, di hari itu terdapat sebuah peristiwa yang bisa berlanjut hingga detik ini. Kala itu, Ayah baru saja pulang dari tempat kerjanya. Kerja di salah satu percetakan yang ada di Ibu Kota. Ayah membawa bingkisan untuk ibu. Sebuah barang yang belum pernah ibu pakai atau gunakan sama sekali seumur hidupnya. Barang tersebut berupa telepon genggam atau lebih lumrah disebut handphone.

Memang, itu bukan hp mahal di kelasnya. Tapi hp tersebut bisa multiguna. Selain bisa digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan singkat, hp tersebut juga bisa membuka beberapa aplikasi jejaring sosial –yang salah satunya adalah facebook.

Kala itu aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dan aku telah menggunakan aplikasi tersebut. Kuketahui dari temanku bernama Fairuz, dia yang mengajariku mengenai internet dan semacamnya. Dia juga yang membantuku membuatkan akun sosial media tersebut.

Pada suatu malam, Ibu bertanya satu hal padaku, mengenai aplikasi tersebut. Apa sih keuntungannya? aku menjawabnya dengan sederhana.

"Bisa untuk berkomunikasi. Mendekatkan yang jauh entah di mana dia berada, bisa dijangkau dengan aplikasi ini."

Ibuku hanya mengangguk saja tatkala aku jelaskan fungsinya. Dia bingung, bagaimana cara menggunakannya. Aku menjelaskan, jika ingin menggunakannya, mesti membuat akun terlebih dahulu. Awalnya ibu menolak, namun justru aku malah memaksanya untuk membuat akun tersebut, dengan iming-iming "biar nggak gaptek".

Kubuatlah akun tersebut untuk ibuku. Dengan mencantumkan nomor teleponnya sebagai verifikasi akun. Kuberikan foto profil Kim Bum –salah satu aktor Korea Selatan yang namanya mendunia itu.

"Ibu bisa cari nama teman lama ibu di sini.." kataku menunjukkan ke tempat pencarian orang. Dia hanya mengangguk saja dengan wajah polosnya.

Aku serasa senang setelah membuatkan akun facebook untuk ibu. Mungkin pikirku, agar ibu tidak terlihat gagap teknologi. Di facebook, aku berteman dengan ibuku. Alasanku, agar ibu tahu bagaimana perilaku anak kesayangannya di dunia maya.

***

Hampir seminggu berlalu, setelah kubuatkan akun facebook untuknya. Kini ibu lebih sering menatap layar hp. Kadang tertawa sendiri, juga memaki. Entah apa yang ia maki dan ia tertawakan.

Saat kutanya, apa yang ditertawakannya, dia mangatakan jika ia sedang berkomunikasi dengan kawan lamanya dulu. Dan sering bergurau pada aplikasi tersebut.

"Siapa..?"

"Teman SMA Ibu." Matanya masih terpaku pada layar hp.

"Laki-laki atau perempuan?" dia menatapku curiga.

"Ya pokoknya teman SMA ibu! Bawel, jangan banyak tanya!"

Brukk!!

Pintu kamar ditutup paksa olehnya. Sepertinya dia marah padaku atas pertanyaan itu. Tapi, apa salahnya? justru, harusnya aku yang marah. Sudah sore begini, belum juga ada makanan dibalik tudung saji. Perutku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi dan adikku juga sudah merengek kelaparan. Akhirnya, kuputuskan untuk membeli mi instan dan memasaknya sendiri.

NASUHA (relakan aku pergi tuk ciptakan jati diri yang lebih baik lagi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang