| 02 | Meira & Veira

37 10 3
                                    

"Aku lelah. Lelah berpura-pura sebagai orang lain. Namun, aku juga lelah menjadi diriku sendiri. Jika hidup ini memang sebuah pilihan,jika aku tak mau memilih salah satu dari dua pilihan itu, apakah aku harus tetap memberi jawaban?"

💎💎💎

Suasana apartemen yang sunyi sudah menjadi santapan sehari-hari Meira. Tidak ada keramaian seperti layaknya di rumah orang lain, suara gaduh adik kakak yang sedang bertengkar. Tidak ada suara teriakan wanita yang memarahi anak-anaknya ketika tidak menghabiskan bekal. Tidak ada suara pria yang tengah memotivasi anaknya.

Semua itu, tak pernah terjadi pada Meira.

Sejak duduk di kelas satu SD, mamanya pergi meninggalkan Meira dan Veira dengan keadaan harus bertahan dari semua kekasaran papanya. Meira dan Veira yang masih kecil, harus meringis ketakutan setiap hari, mendengar teriakan papanya yang setengah teler, dan mengahancurkan barang-barang di rumah. Lebih parahnya, sampai memukul Meira dan Veira, yang tidak mengerti apa-apa. Sikap papa yang seperti itu, membuat mama pergi meninggalkan Meira dan Veira.

Beruntung Om Ferdi mau mengasuh Meira dan Veira, meskipun awalnya susah untuk mendesak papa, namun akhirnya papa mengizinkan.

Sejak saat itu, Meira dan Veira tinggal di apartemen milik Om Ferdi. Saat itu om Ferdi bekerja sebagai manajer artis yang super sibuk, membuatnya selalu pulang malam bahkan pagi. Istri om Ferdi sudah setahun meninggal, sebelum mereka dikaruniai anak, dan om Ferdi juga belum mau menikah lagi. Jadi, Meira dan Veira terbiasa hanya berdua di apartemen dengan perasaan sepi dan sunyi.

Lagipula suasana seperti ini masih jauh lebih baik, daripada suasana mencekam dirumah karena papa.

Semenjak duduk di bangku SMP, Veira mulai aktif di bidang seni, dan sedikit melupakan masalah keluarganya. Ia mengikuti ekskul musik dan band, serta sering memposting cover lagu di sosmednya. Berbeda dengan Meira, yang selalu tenang, dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, baca buku, atau mojok di perpustakaan.

Meskipun Meira dan Veira mempunyai paras yang benar-benar sama, namun sifat mereka bertolak belakang.

Mulai memasuki SMA, Veira ditawarkan om Ferdi mengikuti audisi singer junior tingkat nasional. Suaranya yang merdu serta parasnya yang cantik, membuat Veira berhasil sampai semi final 3 besar. Akhirnya, banyak tawaran kontrak kerjasama untuk Veira. Semenjak itu, Veira resmi menjadi public figure yang banyak diidolakan, dan om Ferdi memutuskan untuk menjadi manajer Veira.

Sejak saat itu, Veira sudah jarang berada di apartemen, juga di sekolah, karena sibuk di studio. Itu membuat Meira sering berada sendiri di apartemen, dan mulai membiasakan diri dengan perasaan kesepian yang semakin mendalam.

Jawaban dari seberang telepon membuyarkan lamunan Meira, "Iya, kenapa Meira? Tumbenan kamu nelpon om."

"Aku mau ijin besok ga sekolah dulu ya om." kata Meira dengan suara lemah.

"Kenapa? Ada masalah?"

Meira menghela napas pelan, tanpa ditanya, seharusnya om Ferdi tahu, minggu terakhir ini memang banyak masalah yang dilalui Meira. "Tadi ada wartawan yang minta wawancara, menyinggung tentang kejadian minggu lalu di perayaan festival, tapi aku berhasil ngadepinnya. . Ga ada masalah kok om." Suaranya memelan, "Aku cuma mau nenangin pikiran dulu."

EscolhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang