6. What Should I Do

2.6K 202 17
                                    

Previously ...

Tap!

Pemuda manis itu menghentikan langkahnya setelah ia keluar dari bandara. Setelah sekian lama, ia kembali menapakkan kakinya di kota dimana ia dibesarkan. Tangan kanannya menggenggam erat pada gagang koper yang ia bawa. Ia menarik nafas, menghirup sebanyak-banyaknya udara kota yang begitu ia rindukan. Kedua matanya mengedar pada bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.

'Tidak ada yang berubah'

Pemuda manis itu mengigit bibirnya, tanda bahwa ia sedang gugup saat ini. Jantungnya berdebar secara tak wajar. Ia berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata di saat ia masih berada di pintu depan bandara. Pemuda manis itu memejamkan kedua matanya, mencoba untuk membiasakan diri. Dan sejenak kemudian, ia membuka kedua matanya. Tersenyum sangat manis dan penuh ketulusan.

'Aku pulang~'

'Aku sudah pulang...'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Cklek!

"Jimin?" panggil Lay membuka pintu kamar Jimin. Perlahan ia memasuki kamar sang adik. Dapat ia lihat bahwa Jimin sama sekali belum berbenah. Kopernya masih utuh berada di samping ranjangnya. Tapi, dimana pemiliknya? Lay mengedarkan pandangannya hingga kedua matanya menangkap sosok pemuda mungil nan manis yang tengah berdiri di balkon kamarnya yang berada di lantai dua.

"Apa yang sedang kau lakukan adik kecil?" tanya Lay mengejutkan Jimin yang tengah menikmati angin malam Seoul tepat setelah tiga jam yang lalu mereka tiba. Lay mengusak surai Jimin dan merangkul sang adik penuh kasih sayang.

"Tidak ada yang berubah hyung. Semuanya masih sama!" gumam Jimin takjub dengan kerlap-kerlip lampu jalan yang begitu indah di matanya.

"Apa kau suka disini?" tanya Lay dan Jimin mengangguk jujur. Setelahnya, hanya ada keheningan antara keduanya. Jimin yang masih begitu merindu dengan pemandangan Seoul sementara Lay yang sedari tadi memandangi Jimin yang entah kenapa terlihat senang dan sedih dalam waktu bersamaan.

"Hyung~" panggil Jimin akhirnya.

"Ada apa adik kecil?" sahut Lay menoleh kearah Jimin. Namun, Jimin tetap memandang lurus entah menatap kemana.

"Bagaimana reaksi keluargaku jika aku tiba-tiba muncul dihadapan mereka?" tanya Jimin, ia menoleh dan menatap Lay. Lay terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa karena ia juga tidak ingin membuat harapan bagi Jimin. Ia takut apa yang ia katakan tidak sesuai dengan kenyatannya nanti.

"Apa kau ingin bertemu dengan mereka?" Jimin menoleh mendapati suara lain dan Lay tersenyum kecil merasa ada seorang penyelamat. "Kyungie hyung, mencarimu hyung. Dia membutuhkan bantuanmu untuk menyiapkan makan malam!" lanjutnya menatap Lay. Lay mengangguk mengerti.

"Arraseo!" balas Lay singkat, ia kembali menatap Jimin lekat. "Jja, jangan berlama-lama diluar adik kecil. Kau bisa kedinginan dan sakit! Segera masuk setelah puas, okay?" Jimin mengangguk menurut.

"Nde hyung!"

"Arraseo, kalau begitu aku tinggalkan kalian berdua!" Lay mengerling pada Sehun yang kini berjalan mendekati Jimin dan berdiri di samping Jimin, ikut menikmati pemandangan malam di Seoul.

SIMPLE PART.-2 ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang