8. Miss My Family

3K 210 11
                                    

gesa dan segera menghampiri Shinyoung yang kini tengah merangkul tubuh bocah berumur lima tahun.

"Jimin-ie, bagaimana ini—Zyo~" ucapan Shinyoung terbata melihat salah seorang anak asuhannya sudah pucat tak sadarkan diri dan hidungnya yang mengeluarkan darah. Tangan Jimin terulur untuk menghapus darah yang keluar dari bocah lelaki itu, tangannya gemetar, ia tidak pernah mengalami hal semacam ini selama ia mengajar di Beijing kurang dari sembilan bulan.

"Younghsik-ya, Zyo—"

Sret!

Semua orang terkejut saat Jimin tiba-tiba menggendong Zyo. Jimin menatap Shinyoung dengan raut cemasnya.

"Bibi, aku akan membawa Zyo ke klinik terdekat. Jaga anak-anak, aku pergi!" pamit Jimin ia berlari sekuat tenaga dan melewati Youngshik yang melirik kearahnya. Youngshik berbalik badan, menatap punggung Jimin yang berlari jauh dari pandangannya. Seketika, Youngshik tertegun biasanya ia yang menangani Zyo jika kumat dengan penyakit yang di deritanya hanya dengan membangunkan bocah kecil itu bukan sampai repot-repot menggendongnya dan membawanya ke klinik terdekat.

"Bibi Kim!" panggil Youngshik pada Shinyoung yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya menatap kepergian Jimin.

"Ada apa Youngshik-ya?"

"Apa Jimin sudah tahu tentang keadaan Zyo?" Shinyoung mengangguk membenarkan.

"Saat hari ketiganya, Jimin meminta seluruh data anak-anak. Ia mencoba untuk menghafalkannya satu persatu agar ia bisa dekat dengan mereka dan aku bahkan tidak menyangka dalam waktu sebelas hari keberadaannya disini, ia sudah dekat dengan anak-anak. Dia memang mengagumkan."

"Hm, dia memang mengagumkan!" balas Youngshik tersenyum simpul.

.

.

.

.

.

Jimin bersyukur, jika di dekat panti asuhan tempatnya bekerja sekitar 1km ada sebuah klinik kecil. Jimin duduk menunduk di kursi tunggu setelah ia berlari secepat mungkin menuju klinik untuk membawa tubuh Zyo yang terlihat sangat ringkih dan pucat untuk diperiksa oleh dokter. Jimin mengepalkan kedua tangannya cemas, menunggu dokter selesai memeriksa bagaimana keadaan Zyo.

Cklek!

Jimin segera berdiri dari duduknya setelah mendengar suara pintu terbuka. Ia berjalan gugup menghampiri dokter yang juga berjalan menghampirinya.

"Bagaimana keadaan Zyo?" tanya Jimin tak bisa lagi menunjukkan rasa khawatirnya.

"Saya tidak bisa mengatakan bahwa keadaan pasien baik-baik saja. Sel kankernya sudah bersarang di beberapa organ tubunya. Sistem kekebalan tubuhnya juga sangat rentan, dan jika aku tidak salah mendiagnosis, asupan oksigen dalam tubuh pasien benar-benar berkurang sedikit demi sedikit. Saya harap anda bisa membawanya ke rumah sakit besar di kota untuk melakukan tindakan lanjut!"

"Apa Limfoma-nya sudah tersebar?"

"Saya tidak bisa menjawabnya dengan tepat karena mengingat bahwa saya hanya dokter umum. Saya sarankan, anda membawanya ke rumah sakit besar. Jika anda setuju, saya akan membuatkan surat pengantarnya dan menghubungi pihak rumah sakit agar mereka langsung menangani pasien!" Jimin mengigit bibirnya, berfikir.

"Baiklah, dimana rumah sakit yang harus dituju?" tanya Jimin akhirnya.

"Saya sarankan lebih baik di Severance Hospital!"

Deg!

Jimin mengepalkan kedua tangannya, keringat dingin mulai membanjiri seluruh tubuhnya. Jimin mengusap tengkuk belakangnya seraya menggigit bibirnya, cemas. Hanya mendengar satu nama tempat itu saja sudah membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat.

SIMPLE PART.-2 ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang