001. Bolekah merindu?

20.2K 1.1K 135
                                    

"Melihatnya memalingkan wajahnya dariku, seakan duniaku berhenti berputar"

***

Sinar matahari yang masuk lewat celah-celah jendela kamarnya membuat pemuda jangkung itu perlahan membuka matanya. Ia mengerang kecil sembari bangkit dari tempat tidurnya lalu mengucek matanya pelan. Tangannya terlihat meraih gelas berisi air putih pada nakas lalu ia menenggaknya habis.

Matanya melirik jam dinding yang tertera jam 08.00 disana, ia terlihat mendesah pelan lalu melesat masuk ke kamar mandi.

Pemuda berambut tebal itu terlihat semakin tampan dengan jakun yang menonjol pada bagian lehernya. Hidung mancung lancipnya seakan menegaskan betapa indahnya ciptaan Allah itu.

Ia menggerutu saat mendengar ketukan keras pada pintu kamarnya, ia sudah hafal siapa pemilik suara berisik itu. Yap, dialah Yena. Anak sahabat papanya yang kini selalu mengekori dirinya kemanapun ia pergi.

Gadis mungil itu seperti anak itik yang selalu mengikuti induknya, pemuda bernama Alvaro Perwira Yuda itu telah kembali dari Jepang. Setelah beberapa tahun ia menghilang, pemuda itu kembali dengan seorang gadis yang notabennya sangat menyukainya. Walau Alvaro sudah menolaknya berkali-kali, namun perempuan itu tetap gigih menjadikan Alvaro tahanannya.

Pemuda itu melangkah keluar dari kamar mandi sembari menatap pantulannya pada cermin. Ia menghela kasar sembari mengusap rambut basahnya dengan handuk. Dengan sigap ia berpakaian rapi dengan kaos dan juga jaket abu-abunya sembari membuka pintu.

"Lo ngapain aja sih di dalam? Gue capek tahu gak nungguin lo," Alvaro mendelik kecil sembari mendorong pelan tubuh gadis itu agar menjauh dari pintu.

"Gue lagi mandi," ujarnya sembari meraih daun pintu dan menutupnya rapat.

"Lagian lo ngapain ke rumah gue pagi-pagi gini? Ganggu orang tidur aja," gerutunya sembari menuruni tangga, "Lo baru mandi? Pantesan wangi," ujarnya sembari tersenyum lebar.

"Antarin gue ke kampus, terus kita jalan-jalan. Itung-itung kencan pertama di Indonesia," Alvaro memutar matanya jengah sembari menggeleng heran.

"Gak usah ngaco," Yena mencebikan bibirnya pelan sembari masih mengekori pemuda jangkung itu.

"Ayo dong Al, masa ngantar ke kampus aja lo gak mau?" Rengeknya sembari mengekori Alvaro yang mengambil roti pada kulkas untuk sarapannya.

"Gue baru pulang dari Jepang lo Na, gue masih capek." Katanya lelah, tangannya terlihat mengambil selai lalu meratakan pada roti miliknya.

"Gue telepon papa yah," ancamnya sembari mengeluarkan ponselnya, "Iya, iya gue antar. Gak usah ngadu elah." Kesalnya lalu menggigit kasar rotinya.

Kalau Yena sudah bicara mengenai papanya, pemuda itu pasti akan luluh seketika. Karena Om Farhan, papanya Yena sudah mau berbaik hati mengurusnya sewaktu dirinya di Jepang. Disana dia tinggal bersama dengan keluarga Yena, walau beberapa bulan kemudian ia memilih tinggal sendiri. Karena dia tidak ingin tinggal satu atap dengan perempuan lain, dia masih ingin menjaga hati wanitanya.

Keduanya pun melesat ke kampus dengan motor besar milik Alvaro, sampai di sanapun gadis mungil itu tidak mengikuti kelas malah mengajak Alvaro pergi ke supermarket untuk membeli makanan ringan. Alvaro awalnya menolak, namun karena lelah mendengar rengekan gadis itu Alvaro akhirnya menurut begitu saja.

Begitu setiap harinya, Alvaro selalu menjadi pengawal setianya Yena. Walau terpaksa tapi ia harus melakukannya, sebagai balas budi atas kebaikan keluarga Yena.

Seperti siang ini Yena memintanya untuk mengantar ia jalan-jalan entah kemana, Alvaro sebenarnya ingin menemui sahabat lamanya namun gadis itu malah membujuknya untuk ikut bersamanya.

AZURA STORY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang