Lembar Pertama

31 1 0
                                    

Aku selalu membayangkan senyummu dikala aku menatapnya.
Mungkin mataku akan langsung merekamnya. lantas otakku akan menyimpannya. kelak akan kuputar dikala rindu atau ketika ternyata kau bukan untukku.

Aku sangat mendambakan hari dimana kau datang menemuiku.
Memberikan kejutan kecil,
Menonton film yang kau janjikan seraya Bercengkrama. kurasa adegan terpenting nya adalah kita berdua.

Sesekali aku tertegun pada tiap kalimat yang kau ciptakan. Betapa indahnya kalimat-kalimat itu. Aku bahkan seperti merasa ada didalamnya; dalam setiap barisan kata yang kau buat. Kadang aku merasa beruntung telah mengenal sosok dirimu. Sosok dimana aku merasa telah abadi. Abadi dalam setiap kata yang kau tulis.

Sini.. kemarilah. Akan aku ceritakan kisah yang amat membuatku bingung. sebab, aku dan dia terlampau jauh. Bahkan untuk sekedar bersapa melalui pesan singkat.

Tak ada kata yang bisa kusampaikan, tapi hatiku selalu berkata kaulah satu-satunya yang didambakan, Yang kuinginkan menjadi nyata. Aku ingin bertemu.

Satu hal yang aku takutkan. Aku takut bahwa rasaku hanya sementara. Bahwa ternyata, aku hanya butuh tempat untuk menenangkan. lantas dengan amat kebetulan kamu datang memberikan kenyamanan itu.

"Aku menyayangimu". Kurasa pernyataan itu terlalu cepat untuk ku utarakan. Ada keraguan dalam diriku. Takut-takut tak menerima apa yang ada didirimu.

Aku ingin Kejelasan. Bukan dari kamu, tapi dari diriku sendiri. Aku manusia yang tak pandai menghargai rasa.

Aku telah berubah menjadi seorang perindu. Puisimu bagai candu. Entah ini keberuntungan atau musibah bagi diriku. Yang jelas, aku amat menikmatinya.

Aku tak meminta untuk dipersandingkan denganmu. Tak meminta untuk menjadi teman di hidupmu. Karena yang kutahu, takdirku telah tertulis.

Bersamamu atau tidak, aku tetap merasa beruntung telah mengenalmu. Sosok yang tulus dengan perlakuan yang membuatku merasa istimewa.

Terimakasih untuk kehadiranmu. Berjanjilah untuk tetap menjadi lelaki yang tulus. Meski terus disakiti. Aku tahu itu takkan mudah, tetapi percayalah bahwa manusia memiliki porsi kebahagiaannya, dan tentu saja kamu akan mendapatkannya.

Ketika aku merasa tak dipedulikan. Dan kamu merasa serba salah.

Kamu adalah bahasa yang tak kumengerti. Mengapa begini?
Aku yang banyak berharap atau memang kamu yang tak peduli.

sepertinya aku terlalu mengemis perhatian. Biarkan aku menjadi sosok yang tak peduli. Sebab yang kutahu bahwa peduli ternyata mengenal gengsi.

Kamu sajak-sajak yang kurangkai. kamu alur cerita yang kubuat menjadi tujuan.
Aku berjalan tanpa henti.Dan kamu berlari mengejar hal lain.
Jika jarak adalah alasan tepat untukmu bersama hal lain. Maka jarak adalah alasan yang membuatku kesal.

Kamu yang serba salah. Aku yang merasa diabaikan.

"Salahmu" kataku
"Terserah" katamu.Aku memilih diam.
Marah? Tentu saja jangan kau tanyakan. Atau aku akan membalasnya dengan singkat.

Aku rasa salah satu alasan wanita diciptakan untuk mendapatkan perhatian dari dia yang tak peduli.

Dan dia larut dalam egonya. Lalu siapa yang mengalah. Tentu saja mahluk yang selalu dibenarkan.
Atau malah dia yang selalu merasa disalahkan.

Aku bahkan tak melihat senyumnya. Tak melihat tawanya, dan tak melihat bahagianya. Aku hanya merasakan,padahal kata sebuah lagu:

"Cinta dari mata turun kehati"


Kutulis UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang