ARKEOLOG KECIL

2.1K 64 1
                                    

Matahari bersinar cerah diatas langit. Burung - burung mulai beterbangan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Disana, diatas tebing yang tinggi nampaklah seorang anak kecil perempuan berpakaian kotor sedang memegang sebuah batu besar yang di permukaannya betuliskn ukiran.

Si anak dengan wajah penuh perhatian memikirkan arti tulisan lama yang susah dimengerti. Di sentuhnya batu besar itu. Di rangkainya tiap simbol huruf itu di kepalanya. Merangkaikannya menjadi sebuah kalimat yang benar.

"Haaa..... Akhirnya!!! "

Wajahnya terlihat cerah. Senyum lebar terpasang di sana. Menandakan bahwa dia saat ini sedang menemukan apa yang dia cari selama berhari-hari. Kesabarannya selama berhari-hari terbayar sudah.

"Robiiiiinn... Cepat pulang!!. Ibumu sudah di rumah. Kalau ibumu sampai tahu kau sudah berhari-hari tidak pulang aku bisa di hajarnya. Cepat kesini!! "

"Apa?!  Ibuku sudah pulang?  Yippyy..terimakasih atas pemberitahuannya Profesor. Aku pulang sekarang"

Nico Robin sangat bahagia. Akhirnya ibu yang selama 5 hari ini bekerja di kota akhirnya pulang. Robin sudah sangat merindukan belaian ibunya itu. Di usianya yang masih 8 tahun Nico Robin harus terbiasa dengan kesendirian. Untunglah ada Profesor Clover dan Saulo si raksasa yang selalu menemaninya.

"Ibuu... " teriak Robin senang.
Terlihat di sana di depan rumahnya sang ibu merentangkan tangannya bersiap untuk memeluk Robin.

"Hahahhaha... Anak ibu. Kau darimana sayang. Kenapa bajumu kotor begini? "

"Robin habis dari sana bu"
Robin menunjuk sebuah tebing terjal yang diatasnya terdapat batu poneglyph.

"Apa?  Bagaimana kau bisa sampai sana. Apa yang kau cari disana? " tanya Olivia penasaran.

"Aku belajar membaca huruf yang ada di batu bu. Sama seperti ibu" jawabnya bangga.

Nico Olivia terbelalak. Matanya menatap anaknya tajam. Kedua tangannya langsung mengangkat Robin dan membawanya masuk. kedalam rumah.
'Braakk... '
Suara pintu terbuka keras. Lalu segera menutupnya ,mengunci dan menutup kelambu jendela. Sedikit mengintip keluar. Setelah dirasa aman akhirnya dia berbicara pada anaknya.

"Robin apa kau bisa membaca huruf yang terdapat pada batu poneglyph?"

Robin yang melihat wajah cemas ibunya bingung. Bukankah seharusnya ibunya itu bangga bahwa anaknya ternyata bisa membaca huruf yang jarang di mengerti orang. Menurut Profesor Clover di dunia ini hanya ibunya saja yang bisa membaca huruf itu. Sekarang bukan hanya ibunya saja yang bisa. Dia juga bisa, tapi kenapa ibunya tidak bangga?  Berbagai pikiran masuk kedalam kepala Robin.

"Robin cepat jawab. Jangan diam saja!! "

Robin mulai ketakutan.
Menyadari anaknya ketakutan Nico Olivia merasa bersalah. Dia akhirnya memeluk Robin dan membawanya ke pangkuannya.

"Robin maafkan ibu. Ibu tidak bermaksud untuk membentakmu. Sekarang jawab pertanyaan ibu, apa kau bisa membaca huruf yang terdapat di batu itu? "

Robin mengangguk.

"Lalu dari sejak kapan kau mulai bisa membacanya sayangku"

"Da..dari dua hari yang la..lalu ibu" jawab Robin pelan.

"Astaga. Bagaimana bisa anak sekecilmu bisa membaca tulisan itu hanya dalam waktu 2 hari. Sedangkan aku saja membutuhkan waktu satu bulan lamanya"

Ujar Nico Olivia bangga sekaligus miris. Bangga karena anaknya ternyata memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya. Miris karena membayangkan hidup anaknya yang tidak akan normal lagi apabila sampai ada orang yang tahu tentang keahliannya.

"Nico Robin dengarkan ibu. Jangan sekali-kali kau mengatakan pada siapapun tentang keahlianmu itu"

"Memangnya kenapa ibu? "

"Turuti saja apa kata ibumu.  Apa kau mengerti? "

Robin mengangguk.

"Mau berjanji? "

"Janji. "

Nico Olivia tersenyum senang. Mulai hari ini dia harus lebih berhati-hati dalam menjaga Robin. Kalau sampai 'mereka' tahu anaknya juga bisa membaca ponegliph hidup anaknya akan dalam bahaya. Olivia tidak mau hal itu terjadi. Cukup suaminya saja yang menghilang akibat ketamakan orang-orang itu. Sedangkan anaknya Nico Olivia tidak akan pernah membiarkannya. Nico Olivia harus segera memberitahu Provesor Clover.
.
.
.
"Apa kau sudah benar-benar memastikannya Olivia? "

"Aku bahkan sudah mengetesnya berkali-kali Prof. Dan dia memang benar-benar bisa membacanya"

"Kalau mereka tahu bahwa anakmu bisa membaca ponegliph aku jamin hidupnya akan dalam bahaya" profesor Clover mengingatkan Nico Olivia.

"Lalu bagaimana caranya agar mereka tidak tahu prof". Kata Nico Olivia mulai cemas.

"Kita harus memindahkannya. Mengubah seluruh datanya. Agar mereka tidak bisa menemukannya"

"Apa tidak ada cara lain Prof? "

"Tidak ada. Apa kau mau anakmu dalam bahaya jika dia harus mengikutimu? " Kata profesor meyakinkannya.

"Baiklah.. Besok aku akan mengantarkannya ke tempat tersembunyi"
Nico Olivia mulai menitikkan air matanya. Membayangkan harus hidup terpisah dengan Robin membuatnya sedih.
Profesor Clover pun ikut merasakan kesedihan Nico Olivia. Matanya mulai berkaca-kaca. Membayangkan ibu dan anak harus hidup terpisah.

BOLEHKAH AKU BERSAMAMU 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang