Pagi ini langit tidak secerah biasanya. Langit tampak kelabu. Semua hewan bahkan enggan keluar untuk mencari makan. Semuanya tampak suram. Sama seperti suasana yang tercipta antara ibu dan anak di ruang tamu keluarganya.
"Robin kau sudah mengertikan apa yang ibu jelaskan. Kau harus segera pergi dari sini"
"Tapi ibu.. Hiks.. Hiks.. Robin.. Robin tidak mau pisah dengan ibu"
Nico Robin menangis sedih. Air matanya sudah seperti air terjun. Bermaksud menghalangi sang ibu untuk memindahkannya ke tempat yang belum pernah Robin ketahui."Tidak bisa sayang. Kalau kau tetap bersama ibu hidupmu akan dalam bahaya. Ibu tidak mau sampai terjadi hal yang membahayakanmu sama seperti ayahmu. Jadi tolong mengertilah anakku hiks..hiks..hiks.. "
Nico Olivia akhirnya tidak bisa lagi membendung air matanya. Hatinya hancur melihat anaknya menagis. Sebagai ibu seharusnya mampu melindungi anaknya. Bukannya malah menjauhkannya. Nico Olivia merasa gagal dalam menjadi seorang ibu.
"Hiks.. Ja.. jangan menangis ibu. Robin mau ibu pindahkan. Tapi ibu jangan menangis lagi. Robin tidak mau melihat air mata ibu. Robin sayang ibu"
Nico Robin mengelap air mata di pipi sang ibu. Memberinya semangat dengan mengecup dahi ibunya.Nico Olivia yang mendapat perlakuan manis dari Robin segera mendekap anaknya. Andai saja waktu bisa berhenti, dia ingin waktu berhenti sekarang juga. Agar anaknya tidak perlu jauh darinya.
"Robin berhati-hatilah nak. Jangan mudah tertipu dengan manusia. Setiap tanggal 6 Februari kita akan bertemu kembali disini. Ingat ya"
Kata Nico Oliviasambil meneteskn mata. Ibu dan anak itu saling berpandangan. Berpelukan untuk yang terakhir kalinya."Janji ya ibu. Kita akan bertemu kembali"
"Iya sayang. Baik-baiklah disana. Jangan makan-makanan sembarangan"
Nico Robin hanya mengangguk. Tak kuasa untuk menjawab pertanyaan dari sang ibu. Air matanya pun tak berhenti jatuh.
Sama halnya dengan Nico Olivia.Satu kecupan di dahi diberikan. Nico Olivia berjalan perlahan meninggalkan Nico Robin. Robin yang saat itu masih berusia 8 thn hanya bisa menangis sedih. Tidak berani untuk mengejar ibunya. Robin teringat janjinya kalau dia tidak akan membuat ibunya susah.
"Ibu... Hiks.. Hiks.. Robin ikuutt.. Hiks.. "
Nico Robin hanya bisa menangis dan memanggil ibunya. Berharap ibunya mendengarnya dan mau kembali menjemputnya. Tapi setelah sekian lama tanpa ada niatan ibunya kembali, Nico Robin akhirnya pergi. Meninggalkan tanah kelahirannya. Menuju tanah asing yang akan memberinya banyak tantangan dan cobaan.Omake
Nico Olivia menangis tersedu-sedu di balik batu besar tempatnya bersembunyi. Mendengar panggilan dari anaknya sebagai seorang ibu hatinya sangat sakit.
"Robiiin... Sayang.. Hiks... Hiks.. Maafkan ibu. Cepatlah pergi anakku. Udara semkin dingin"
Seakan mendengar perintah Nico Olivia, Robin mulai memutar tubuhnya menjauhi lokasi. Nico Olivia menatapnya sendu.
"Selamat jalan anakku yang hebat. Semoga kau selalu aman. Ibu harap kau akan menemukan teman-teman yang baik. Yang mampu melindungimu. Ibu akan selalu berdoa untukmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOLEHKAH AKU BERSAMAMU 🔞
RomanceNico Robin putri dari Nico Olivia seorang sejarawan yang terkenal. Memiliki wajah yang cantik dan kepintaran di atas rata-rata. Kisah hidupnya sangat menyedihkan, hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha sukses tapi playboy bernama Roron...