Mobil hitam mengkilat itu sudah terpakir rapi di di depan sebuah kantor. Lalu setelahnya keluarlah seorang perempuan sexy disusul pemuda berambut hijau. Wajah keduanya bisa dibilang sangat mengerikan. Si perempuan terlihat begitu marah. Wajahnya ditekuk dalam-dalam. Sedangkan si pemuda wajahnya terlihat bodoh dan mengantuk. Untung saja postur badannya sangat HOT sehingga kekurangan di wajah bisa sedikit tertutupi.
"Parkirkan di tempat biasa ya Kobi"
Robin melemparkan kunci mobilnya kearah Kobi. Pemuda berambut merah muda serta memakai bandana itu dengan sigap menangkap kunci itu."Ba.. Baik nona" jawab Kobi sambil tersipu malu.
"Terimakasih" Robin tersenyum manis sebagai balasan.
Tanpa disadari oleh keduanya. Seorang pemuda berambut hijau yang sedari tadi diacuhkan menatap malas pada interaksi kedua orang di depannya. Sambil berjalan cepat Zoro memutus interaksi antara kedua orang itu.
"Cepat!! "
"Fufufufuu... Kau tidak sabaran sekali untuk bertemu ayahmu ya kids"
"Diam. Bukankah kau sendiri yang dari tadi ingin cepat sampai ke tempat ayahku. Kenapa sekarang kau malah bicara tidak jelas dengan nya" kata Zoro sambil menunjuk Kobi.
"Ha? Aku? " Kobi yang tidak tahu apa-apa merasa bingung sendiri. Kenapa pria hijau di depannya ini membawa-bawa namanya.
"Tidak apa-apa Kobi. Dia hanya sedikit pemarah. Baiklah Kobi aku pergi dulu ya. Ayo!! "
"Ya.. Ya.. Ternyata selain cerewet, pemarah, dan suka memerintah ternyata kau itu juga memiliki sifat pilih kasih. Dengan Dobi saja kau bersikap lembut. Sangat berbeda dengan sifatmu padaku"
"Kobi bukan Dobi"
Tanpa mengindahkan Zoro yang masih menggerutu Robin langsung saja pergi."Hei tunggu!! "
.
.
.
"Zorroooo... " Reileg langsung saja berdiri dari kursinya saat dilihatnya Zoro dan Robin masuk ruangannya. Air mata sudah tidak dapat dibendung lagi. Tangisan bombay ala-ala artis bollywod seakan jadi temanya sekarang. Di dalam imajinasinya Zoro akan ke pelukannya dan menangis haru penuh kerinduan bersamanya. Tapi.. Itu hanya imajinasi."Yo pk Tua. Ternyata kau masih hidup. Syukurlah" jawab Zoro acuh sambil berlalu dari pintu untuk duduk di sofa. Menghindari pelukan Reileg yang ditujukan padanya.
"Apa kau bilang. Dasar anak nakal!!"
"Auch.. Auch.. Lepaskan tanganmu dari telingaku pak tua. Telingaku sakit!! "
"Rasakan. Sudah sepuluh tahun kita tidak bertemu. Tapi ketika bertemu kau malah memanggilku pak tua. Anak kurang ajar!! " Reileg masih saja terus menjewer telinga anaknya yang bandel. Mereka benar-benar melupakan kehadiran dari Robin"
"Ekhem.. "
Deheman dari Robin menyadarkan mereka seketika.
"Ah.. Hahhhaa.. Hai Robin. Bagaimana kabarmu. Emm.. Kapan kau kesini? "
"Cih.. Cukup basa-basimu pk tua. Dia sudah sedari tadi disitu. Langsung saja apa maumu" Zoro sudah tidak betah melihat wajah ayahnya yang memerah malu. Menjijikkan. Sedangkan Reileg yang sudah tahu sifat asli anaknya hanya bisa pasrah.
"Ekhem.. Aku ingin kau memimpin perusahaan ini. Aku sudah lelah dan akan beristirahat. Dan untukmu Robin, kau aku perintahkan untuk menjadi sekertaris pribadinya. Bantu anak bodoh ini untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Aku percaya padamu" Reileg tersenyum teduh kepada Robin. Dia sangat percaya seorang Nico Robin akan bisa mengubah putra nya. Sinar matanya memohon kepada Robin agar tidak menolak. Kalau Zoro sih tidak perlu di tanya. Dia sudah pasti mau. Dilihat dariwajahnya yang saat ini tersenyum aneh. Mirip orang gila.
"Ah.. Aku.. Hah. BERSEDIA"
Reileg tersenyum puas akan jawaban Robin.
'Nico Olivia, aku berjanji akan selalu menjaga dan melindungi anakmu. Percayalah'
KAMU SEDANG MEMBACA
BOLEHKAH AKU BERSAMAMU 🔞
RomanceNico Robin putri dari Nico Olivia seorang sejarawan yang terkenal. Memiliki wajah yang cantik dan kepintaran di atas rata-rata. Kisah hidupnya sangat menyedihkan, hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha sukses tapi playboy bernama Roron...