11

2K 474 64
                                    


"Dhatu!"

"Kenapa kak?" Dhatu yang baru saja selesai dari toilet menoleh ke arah suara yang memanggilnya, Kak Bella dan teman-temannya mendekatinya.

"Nanti pulang sekolah kita mau makan, Dhatu traktir ya?" Kata Kak Bella menghampiri Dhatu.

"Aku nggak punya uang, kak."

"Gimana sih? Kan gue udah bilang kemarin kalau Dhatu harus traktir lagi." Kak Bella berkata kesal, kemarin ia memang sudah berpesan pada Dhatu untuk mentraktirnya dan teman-temannya.

"Iya tapi aku nggak punya uang buat traktir kakak." Dhatu berkata lagi, ia udah nggak berani minta uang lagi pada Mamanya. Ia udah terlalu banyak berbohong pada Mama dan Papa, jadi sekarang ia berkata jujur pada Kak Bella.

"Minta dong sama Papa Dhatu."

"Enggak, Dhatu nggak mau." Dhatu menggeleng, ia takut sebenernya tapi ia teringat pesan Papanya supaya lebih berhati-hati dalam memilih teman.

Apalagi sekarang Kak Bella jelas memaksanya, kemarin-kemarin Kak Bella masih berkata sopan dan Dhatu masih takut jadi ia berani berbohong sama Mamanya. Tapi sekarang Dhatu udah nggak mau lagi berbohong.

"Kok gitu?"

"Iya, Dhatu nggak ada uang. Kalau kakak mau makan ya kakak bayar sendiri. Kan aku juga udah sering traktir, aku nggak punya uang lagi." Dhatu memberanikan diri berbicara membalas perkataan Kak Bella.

"Loh, kan lo yang mau jadi temen kita? Lo harus nurut aturan di geng kita dong. Kan lo udah setuju buat traktir kita?" Kata Kak Bella lagi dengan nada suara meninggi, berani-beraninya Dhatu ngebales omongannya.

"Kita kan bisa temenan tanpa harus traktir-traktir makan, kak."

"Lo berani ya sama gue?" Tanya Kak Bella sambil mendorong bahu Dhatu. Dhatu udah ketakutan karena kak Bella tiba-tiba galak padanya, ditambah mendorong bahunya.

Teman-teman kak Bella yang lainnya berada di depan toilet, menjaga agar tidak ada anak yang masuk ke toilet.

"Udahlah, hajar aja Bel." Teman-teman lainnya mengompori.

"Lo mau dilabrak lagi kalo nggak temenan sama gue?" Kak Bella bertanya lagi, mengancam Dhatu.

"Kak Bella kok gini?"

Kak Bella makin mendorong bahu Dhatu, kesal karena Dhatu bener-bener udah nggak mau lagi nurut sama dia. Dhatu takut banget karena ia cuma sendirian, ia hampir menangis karena Kak Bella mendorong-dorong bahunya. Dan teman-temannya semakin mengompori Kak Bella.

"Ada apa nih rame-rame?" Suara dari belakang Kak Bella terdengar.

Dhatu bernapas lega sambil mengintip sekilas siapa orang yang datang. Kakak itu, yang dulu menemuinya di kelas tujuh pas pertama kali MOS.

Kak Daisy.

"Lagi apa lo, Bel?" Kak Daisy mencuci tangannya di wastafel sambil melihat ke arah Kak Bella.

"Eh, kak Daisy?" Kak Bella agak kaget tiba-tiba Kak Daisy masuk ke toilet, ya jelas sama teman-temannya nggak berani sama Kak Daisy, makanya membiarkan Kak Daisy masuk.

"Enggak kak, ini ada anak kelas tujuh tengil." Kak Bella menjawab pertanyaan kakak kelasnya tersebut sambil menunjuk Dhatu.

"Tengil ngapain?" Tanya kak Daisy lagi.

"Ya gitu deh kak, songong banget kelas tujuh juga.

"Yang songong lo apa dia nih?" tanya Kak Daisy lagi, melipat tangannya di depan dada sambil menyandarkan badannya di pinggiran wastafel.

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang