12

2.2K 485 98
                                    


"Lagi berantem."

"Kenapa?" Tanya Papa Kai sambil menoleh dengan heran, nggak biasanya Srestha sama Adit berantem sampe diem-dieman gini.

"Ada lah Pa, masalah anak muda. Papa nggak ngerti." Srestha berkata cuek sambil melanjutkan bermain game.

Papa Kai sedikit terkekeh. Masalah anak muda katanya, biar begini kan Papa Kai juga pernah muda.

Ada-ada saja Srestha ini.

"Kakak nggak boleh berantem-berantem gitu loh. Kata guru Ujin nggak bagus." Jendra dari belakang ikut berkomentar mendengar obrolan Papa Kai dan Srestha.

"Betul sekali kata Ujin, jangan lama-lama marahannya ya, cepetan diselesein sama Adit." Papa Kai menambahkan ucapan Jendra.

"Hmm." Srestha hanya bergumam singkat.

Setelah mengantarkan Jendra, Papa Kai kemudian mengantarkan Dhatu dan juga Srestha ke sekolahnya masing-masing sementara beliau sendiri menuju ke kampusnya.

Dhatu berjalan menuju ke kelasnya, ia menatap ke arah lapangan melihat beberapa orang sudah berada di lapangan. Hari Senin waktunya upacara dan beberapa petugas upacara sedang berlatih.

"Aduh." Suara dari arah depan Dhatu mengagetkannya. Mereka sedikit bertabrakan karena orang itu terburu-buru keluar dari kelas Dhatu.

"Yuki?"

"Iya. Kamu Dhatu ya?" Yuki, anak kelas VII B yang berkenalan dengannya saat di kantin waktu pendaftaran itu ternyata mengingatnya.

"Iya. Kamu kenapa?"

"Enggak, tadi abis ngasih topi." Kata Yuki menunjuk ke dalam kelas, membuat Dhatu mengangguk. "Ya udah aku ke kelas ya."

Yuki berpamitan dan berlari menuju ke kelasnya. Sementara Dhatu masuk ke kelas dan bersiap untuk upacara bendera.

"Geser dikit, dong."

"Lukas, ngapain sih?" Protes Dhatu saat Lukas, teman sekelasnya menyuruhnya menggeser posisinya berdiri di lapangan.

"Geser dikit, males di depan." Kata Lukas menyuruh Dhatu menggeser barisannya. Karena barisan laki-laki di depan jadi Lukas menuju ke belakang agar nggak begitu keliatan padahal percuma saja karena badannya yang bongsor jelas akan keliatan di manapun.

"Lukas, ke depan sini!" Wali kelas mereka melihat Lukas di barisan belakang lalu menyuruhnya untuk maju ke barisan depan. Lukas pun maju ke depan sambil manyun-manyun.

Selesai upacara setiap hari Senin adalah waktunya membayar kas bagi kelas Dhatu, dia adalah bendahara di kelasnya jadi setiap pagi sebelum ada guru ia keliling untuk menarik uang kas dari teman-temannya.

"Lukas!" Panggil Dhatu pada Lukas yang lagi becandaan di belakang.

"Apa?"

"Kamu belum bayar uang kas, udah dua minggu loh." Kata Dhatu menunjukkan catatan kas kelas mereka pada Lukas.

"Iya, minggu besok deh." Kata Lukas santai.

"Kok besok-besok terus? Kan janjinya minggu ini?" Tanya Dhatu lagi, dari minggu lalu setiap disuruh membayar uang kas Lukas selalu beralasan membayarnya besok tapi udah dua minggu nggak dibayar juga.

"Nggak bawa uang nih, minggu depan ajalah."

"Ih tapi kamu jajan terus, jajannya juga banyak. Nggak mau tau, bayar sekarang!" Kata Dhatu memarahi Lukas, ia tau Lukas selalu jajan dan jajannya banyak tapi nggak pernah mau bayar uang kas.

"Kok tau sih? Merhatiin gue ya?" Bukannya membayar Lukas malah cengengesan bertanya pada Dhatu.

"Enggak, kan aku liat kamu jajan. Ayo buruan bayar! Kamu jangan nunggak-nunggak terus!"

SynesthesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang