Aku terdiam sendiri di bawah bentangan ufuk. Ku lihat langit yang telah menggoreskan tinta jingga di tubuhnya. Hari sudah beranjak senja. salah satu waktu yang paling dicintai dua anak manusia yang sedang dilanda asmara. Waktu dimana mereka menghabiskan segala keindahan alam dengan tangan yang saling bergandengan.
Senja.
Terkadang kita memang harus belajar dari senja, bahwa sesuatu yang indah pun akan tenggelam.
Tapi tunggu...
Bukankah setelah senja akan ada langit malam yang menyuguhkan sang purnama dan beribu-ribu bintang? Bukankah itu tidak kalah indah?
Coba renungkan. Apa perlu kita menangisi senja yang telah hilang? Kenapa kita tidak coba untuk menikmati langit malam? Menghitung bintang dengan segelas teh hangat di tangan. Bukankah itu juga menyenangkan? Bahkan mungkin menenangkan.
Cobalah untuk tidak menangisi seseorang yang telah pergi. Dunia luas. Kamu hanya perlu melihat siapa yang tulus mencintaimu. Biarkan sayapmu terbang ke alam bebas lagi. Ingatlah bahwa seseorang yang kuat itu bukan mereka yang tidak pernah rapuh, melainkan mereka yang bangkit kembali di saat mereka jatuh.
Jangan lupa vote dan coment readers😊❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Tanpa Tinta
RomanceSebuah coretan semata dari seorang wanita sederhana dengan cinta yang sangat luar biasa untuk laki-laki paling istimewa🍃