Juda melihat jam yang melingkar di tangannya. Memandang jalanan dengan perasaan gelisah. Otaknya terus berpikir, mencari ide bagaimana pertemuannya malam ini dengan dua kekasihnya lancar tanpa dicurigai.
Sela baru saja mengirim pesan bahwa wanita itu udah menunggu di kafe. Dan Cara, wanita itu juga sama. Mengatakan bahwa udah menunggu di tempat yang sering mereka kunjungi. Dan sialnya, tempat yang mereka pilih adalah tempat yang sama.
"Halo?" Juda langsung mengaktifkan loud speakers ketika panggilan masuk diterimanya.
"Sayang, masih di mana? Jadi gak sih? Aku udah nunggu lama di sini," rajuknya, suaranya mendayu manja.
Juda membuang napas. "Iya, sebentar lagi aku sampai. Tapi ..." Juda memberi jeda di dalam kalimatnya, menatap layar ponsel untuk melihat nama siapa yang tertulis di sana. "Sel, bisa gak kita ketemuannya jangan di kafe itu?"
Suara di sana terdengar kebingungan. "Kenapa? Biasanya juga kita ketemu di sini."
Juda memutar otak, mencari alasan. "Itu, aku lagi mau makan sesuatu."
"Makan apa?"
Juda berpikir. "Umh, itu ... sushi! Ya sushi."
"Malam-malam makan sushi?"
"Iya, kenapa? Kamu nggak suka? Aku bisa beli makan apa aja, asal jangan di kafe itu," kata Juda.
"Kenapa? Kok kayaknya kamu cemas banget. Jangan-jangan kamu nyembunyiin sesuatu di sana?" tuduh Sela dengan akurat.
Juda gelagapan. "Gak, bukan itu. Tapi aku cuma bosen aja, setiap kencan kita di kafe itu terus. Sekali-kali cari suasana baru dong, Sayang," bujuknya.
Sela membuang napas berat. Dan jawaban berikutnya membuat Juda menarik napas lega. "Ya udah, deh."
"Oke, tunggu di parkiran kafe aja ya, aku jemput di sana."
"Iya."
Juda membuang napas lega, lalu kembali fokus pada kemudinya. Suara telepon kembali berdering, Juda mengangkatnya secara otomatis. Tanpa mengatakan halo, suara di seberang sana masuk dengan nada keras.
"Kok teleponnya sibuk terus! Kamu habis teleponan sama siapa?!" teriaknya marah.
Juda meringis, menatap layar ponsel. Nama baru kembali muncul. "Kenapa marah-marah sih, Rani? Tadi aku habis telepon atasanku," elak Juda.
"Malam-malam gini telepon atasan, kamu ngibulin aku, ya?"
Juda meringis, bisa-bisa gendang telinganya pecah mendengar teriakan ini terus menerus. "Kapan sih aku bohong sama kamu, Yang. Kamu tahu sendiri aku udah naik jabatan. Jadi kerjaan ku banyak. Harusnya kamu paham dong, jangan marah-marah."
"Gimana aku gak marah. Minta ketemu susah, ditelepon sibuk terus. Kamu pikir wanita mana yang gak curiga!"
"Aku tahu, maafin aku. Matiin dulu teleponnya ya, nanti aku telepon balik."
"Ju—"
Juda langsung menutup teleponnya sepihak, menyimpan ponsel di dasbor mobil dan lanjut mengemudi. Sebelum itu, Juda mematikan ponselnya lebih dulu. Pria itu membuang napas, menyisir rambutnya ke belakang. "Susahnya jadi orang ganteng."
**
Sesampai di kafe untuk menjemput Sela, Juda menghentikan mobilnya dan langsung keluar dari sana. Bersiul sembari merapikan pakaiannya. Berjalan ke tempat di mana Sela berdiri menunggunya.
Sebentar lagi kaki Juda sampai dan siap memanggil Sela. Sela tersenyum, melambaikan tangannya. Wanita itu terlihat sangat cantik untuk nilai plusnya, sementara Cara memiliki tubuh yang aduhai sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Houskeeper Kece (Housekeeper Series)
RomanceResivy Chelsea. Mahasiswi semester 4 yang merangkap menjadi seorang Housekeeper demi mendapatkan uang untuk membayar kuliah dan kebutuhan lain. Kepergian Kakaknya 3 tahun lalu membuatnya hidup sebatang kara. Kerja apa pun digeluti Ivy, sampai akhirn...