Alasan paling masuk akal

12.5K 2.4K 164
                                    

Juda tidak tahu kenapa dia menjadi gelisah seperti ini. Juda mulai terganggu dengan sosok wanita yang setiap hari selalu mendebatnya. Tidak mau kalah, matre dan menyebalkan. Sekian lama Ivy bekerja di apartemen, mengurus rumahnya. Juda tidak pernah merasa terganggu. Juda akan selalu tetap menganggap Ivy wanita yang harus dijauhinya.

Entah mulai dari kapan, semua tentang Ivy sekarang mulai mengganggunya. Lebih tepatnya, dimulai ketika wanita itu dekat dengan seorang pria bernama Putra. Tidak tahu kenapa, Juda membenci itu. Kebenciannya kepada Ivy semakin menjadi dan membuat Juda bertanya-tanya kenapa dia harus sebenci itu kepada wanita yang bahkan sedang tidak mendebat atau mengusiknya?

Dulu, Juda tidak memedulikan Ivy. Semua hal yang dilakukan Ivy akan terlihat memuakkan di matanya. Caranya memeras uang seperti Sari. Mulutnya yang kurang ajar dan bentuk tubuhnya yang standar seperti wanita kebanyakan. Tidak spesial yang jelas bukan tipenya.

Tetapi, kenapa sekarang Juda mulai gelisah? Ia tidak terima melihat Ivy dekat dengan seorang pria. Tidak terima wanita itu bahagia dengan seorang pria. Tidak terima jika nanti Ivy akan berhenti datang untuk membersihkan apartemennya.

"Ah sial!" geram Juda, kembali mengumpat ketika memikirkan banyak hal konyol yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan.

Tidak! Tidak! Tidak! Tidak mungkin Juda menyukai Ivy. Mustahil. Satu kata itu yang sekarang diratapi Juda.

Drt!

Dahi Juda mengerut mendengar dentingan suara ponsel di sekitarnya. Pria yang sedari tadi sibuk dengan batinnya, mendongak melihat cahaya yang terpancar di atas meja ruangan.

Juda memperhatikan Ivy yang sedang menyelesaikan pekerjaan mencucinya. Pria itu melangkah, diam-diam mengambil ponsel Ivy yang biasa wanita itu letakan di atas meja. Ivy memang sering kali menyimpan ponsel ketinggalan zamannya di sana agar ketika ada yang menelepon, suaranya bisa Ivy dengar.

Juda membuka layar yang kebetulan tidak terkunci. Dengan tidak sopan membuka pesan masuk dari pria yang sangat dia kenal.

Mas Putra.

Vy, kamu sibuk nggak? Siang ini mau makan siang bareng? Aku yang traktir.

Rahang Juda mengeras. Tanpa berbasa-basi atau memikirkan bagaimana respons Ivy nantinya. Pria itu langsung menghapus pesan masuk dari Putra. Dengan dengusan gusar, Juda menyimpan kembali ponsel Ivy ke tempatnya semula.

"Mas, tadi Ivy dengar ponselku bunyi ya?" tanya Ivy yang tiba-tiba saja muncul. Sepertinya wanita itu tidak melihat apa yang dilakukan Juda.

Juda mengangkat bahu. "Salah dengar kali."

Dahi Ivy mengerut, berjalan mendekati Juda dengan Appron yang melekat di tubuhnya. "Masa?"

"Lihat aja sendiri."

Ivy mendekat, mengecek ponselnya yang tidak mendapatkan pesan masuk atau panggilan. Ivy manggut-manggut, lalu menyimpan kembali ponselnya di atas meja.

"Mas Juda ngapain di sini?" tanya Ivy, menatap Juda heran.

Juda mengangkat bahu. "Kenapa? Ini rumahku. Suka-suka aku mau ngapain."

Ivy mendesis sinis. "Gak jelas."

Ivy kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaan terakhirnya sebelum akhirnya dia pergi dari apartemen Juda seperti biasa. Tidak ada rasa curiga sedikitpun dari benak Ivy. Wanita itu dengan santai kembali mengerjakan pekerjaannya.

Tapi tidak dengan Juda yang entah kenapa kembali gelisah. Ada banyak pertanyaan dibenaknya. Bagaimana jika Putra menelepon Ivy setelah pulang dari sini. Bagaimana jika pria sialan itu makan siang bersama. Bagaimana jika akhirnya mereka menjadi dekat.

Houskeeper Kece (Housekeeper Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang