Sisipan Bodoh

7 0 0
                                        

Malam ini berjalan sepi mencari makan ,di pinggir kota berjalan gontai susuri trotoar sepi, Tak sengaja melihat seorang perek menunggu di kolong jalan layang sebatang rokok dia hisap ,tak berani aku menegur aku pikir dia sedang menunggu seorang lelaki bejat beristri namun tak puas nafsu sangek dia.Aku tak pernah risau melihat seorang perek yang aku pikirkan adalah mengapa bisa di zaman semodern ini yang di kata Negara telah maju masih ada perempuan yang rela di setubuhi banyak pria,lalu apakah mereka benar – benar mendesah menikmati ataukah hanya berpura – pura menyenangkan lelaki bejat pelangganya.

Ya memang aku juga tau pendidikan tak menjadi pengaruh bahkan mungkin seorang Profesor pun dapat manjadi seorang perek ,Namun aku rasa di sini yang menjadi masalah adalah sempitnya pekerjaan,wanita berpendidikan mungkin saja bisa memilih untuk bekerja kantoran maupun berwirausaha bagaiman dengan yang tidak, mengapa tak menjadi pembantu ? menjadi pembantu pun tak menghindarkan mereka menjadi perek, mungkin sajalah mereka malah menjadi perek nirlaba bagi majikan dia ,alhasil merekan memilih menjadi perek jalanan bepenghasilan yang penting bisa hidup.

Lalu apakah mereka berdosa ? tentu dalam konteks agama mereka telah berdosa namun mungkin dari pandangan orang sepertiku mereka bak seorang hero nafsu lelaki bejat,ya andai saja orang – orang beristana megah mampu membagi sebagian harta mereka dengan membuka lapangan pekerjaan mengkin itu dapat menjadi penghalang seorang wanita menjadi perek ,satu sisi hal itu juga membantu Negara dari tanggung jawab mengurangi pengangguran.

Tak usah terlalu serius membaca tulisan bodoh ini ,ini hanyalah opini dari secuil kehidupan.

HATI KECILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang